Masalah ekonomi membuat sepasang suami istri terpaksa harus tinggal di salah satu rumah orang tua mereka setelah menikah. Dan mereka memutuskan untuk tinggal di rumah orang tua sang istri, Namira.
Namira memiliki adik perempuan yang masih remaja dan tengah mabuk asmara. Suatu hari, Dava suami Namira merasa tertarik dengan pesona adik iparnya.
Bagaimana kisah mereka?
Jangan lupa follow ig @wind.rahma
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wind Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Izin Bekerja
Hubungan Dava dengan adik iparnya terus berlanjut. Sudah hampir satu bulan mereka berhubungan layaknya sepasang kekasih tanpa sepengetahuan Namira. Keduanya sama-sama tidak merasa bersalah atas hubungan yang mereka jalani. Bahkan tak jarang keduanya melakukan adegan yang seharusnya Dava lakukan dengan Namira.
Sejak Dava sering berhubungan badan dengan adik iparnya. Ia jadi kurang tertarik untuk melakukannya lagi dengan istrinya. Di tambah lagi karena baginya Sera lebih mantap di bandingkan dengan Namira.
Sudah selama itu, Namira sedikitpun tidak merasa curiga akan suami dan adiknya. Ia merasa semua berjalan baik-baik saja. Akan tetapi memang ia merasa suaminya sedikit berubah. Hanya saja Namira tidak terlalu memperdulikan hal itu. Ia lebih fokus pada kesehatan ibunya.
Sampai suatu hari, Namira mendapat chat dari mama Sofia. Jika wanita paruh baya itu baru saja menghadiri acara syukuran atas kehamilan putri temannya. Mama Sofia jadi menanyakan apa dia sudah hamil atau belum.
"Kamu serius banget baca chatnya. Chat dari siapa?" tanya Dava penasaran melihat Namira tampak fokus pada layar hp.
Saat ini mereka tengah berada di atas tempat tidur dan berencana akan tidur.
"Mama, mas. Mama bilang katanya mama barusan menghadiri acara syukuran atas kehamilan putri temannya. Terus mama jadi nanya kapan aku hamil," jelas Namira.
Entah kenapa, Dava merasa sentisif atas pertanyaan mamanya. Ia jadi kurang suka akan pertanyaan itu.
"Gak usah di pikirin. Lagian kamu harus fokus dulu sama kesembuhan dan kesehatan ibu. Kalau kamu hamil terus nanti kita punya bayi, kamu juga yang repot kan?"
Namira tidak habis pikir dengan jawaban Dava, akan tetapi jika di pikir ada benarnya juga. Kesembuhan dan kesehatan ibunya masih lebih penting.
"Emangnya kamu belum mau punya anak ya, mas?" tanya Namira dengan hati-hati.
Dava terdengar menghela napas berat.
"Kamu pikir aja sekarang, Namira. Biaya hidup kita aja masih pas-pasan. Belum lagi kita harus sisihkan buat berobat ibu, di tambah lagi bantu biaya sekolah adik kamu. Bukannya gak mau punya anak, semua orang pasti mau punya anak. Tapi kita juga harus pikirkan lagi kita udah siap belum jadi orang tua? Kalau ibu udah sembuh, tahun depan Sera lulus, setidaknya beban kita berkurang. Baru kita omongin lagi soal anak."
Namira menundukan kepalanya. Ia jadi merasa bersalah dan segan lantaran semenjak ia menikah, ia berhenti bekerja. Dan semua biaya pengobatan ibunya serta biaya sekolah bergantung pada pendapatan suaminya. Mungkin ia memang harus keja lagi dan berharap Dava mengizinkan.
"Kalau begitu bagaimana kalau aku kerja aja, mas? Aku gak enak kalau harus membebankan kamu."
Dava berdecak, ia pikir Namira salah paham akan dirinya.
"Aku sama sekali gak berpikir kalau semua ini beban, Namira. Bukan itu maksud aku."
"Iya, mas. Tapi aku rasa aku perlu bekerja, juga. Aku mau cari uang buat bisa meringankan beban kamu, mas. Biar bisa bayar pengobatan ibu sama biaya sekolah Sera juga. Uang hasil kerja kamu buat makan sama biaya hidup kita. Aku janji gak bakal melupakan tugas aku sebagai istri."
Dava diam seraya berpikir sejenak. Mungkin tidak ada salahnya jika Namira ikut kerja dan bantu perekonomian keluarga. Lagipula ini keinginan Namira sendiri, bukan atas paksaan dirinya.
"Namira, kamu yakin mau kerja?"
Namira mengangguk. "Iya, mas. Besok aku mau cari kerja paruh waktu. Aku mau cari tempat dimana aku bisa kerja siang setelah Sera pulang sekolah, biar ibu ada yang jaga."
Dava pun mengangguk setuju.
"Iya, Namira."
Namira senang lantaran suaminya memberi dia izin untuk kerja. Tapi yang membuatnya akhir-akhir ini merasa suaminya berubah, Dava jarang bahkan hampir tidak pernah lagi memanggilnya dengan sebutan sayang seperti biasanya. Dava selalu menyebutnya dengan nama.
_Bersambung_