Istri Tengil CEO Tampan

"Apa yang kau lakukan, hah,"Sahut Tuan Raditya dari arah belakang, ia tak terima jika istrinya ada yang mendekati seorang pria. Entah apa yang ia rasakan saat sang istri ada yang mendekati, apakah dirinya sudah tertarik dengan sosok istri kecilnya itu ia abaikan sejak menikah sampai sekarang.

"Mas Raditya," ucap Rembulan begitu kaget dengan kedatangan suaminya itu, ia pun mencari keberadaan pelayan pribadinya itu yang pasti sudah memberitahukan ini semua.

"Tata kemana? Kok gak ada," tanya Rembulan yang mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan pelayan pribadinya itu.

"Saya di sini, nyonya. Tadi kebelet," sahut Tata sudah dari toilet, ia tadi mencari tempat toilet.

"Kamu yang memberitahukan pada dia," tuduh Rembulan pada pelayan pribadinya itu yang telah memberitahukan jika dirinya ada di sini.

Tata menggelengkan kepalanya, ia juga tak tahu apa-apa begitu kaget dengan kedatangan Tuannya itu.

"Bukan dia, yang jelas kamu sudah keterlaluan ya, di kasih izin malah kaya gini. Ayo pulang," ajak Tuan Raditya yang kesal saat melihat pemandangan yang membuat kesal.

"Aku gak mau, belum puas keliling mall nya," tolak Rembulan yang tak ingin di ganggu kesenangan hari ini.

Lagi lagi Tuan Raditya memaksa, ia menggendongnya ala bridal style di tempat umum seperti ini. Ia hiraukan orang-orang yang melihatnya dengan tatapan aneh.

"Turunkan aku, aku malu," rengek Rembulan berada dalam gendongan Tuan Raditya.

"Kalau malu jangan seperti tadi, kamu tuh sudah punya suami ngerti gak sih," omel Tuan Raditya yang seolah ia sudah tak malu lagi memarahi istri sambil mengendong keluar dari gedung untuk memanjakan para wanita.

"Malangnya kamu Ulan, ingin jalan-jalan bebas pun tak bisa," gurutu Rembulan yang ada di dalam gendongan.

"Kamu ingin jalan-jalan bebas?" tantang Tuan Raditya yang sudah memasukkan istrinya ke dalam mobilnya.

"Iya," jawab Rembulan dengan singkat.

"Tapi ada syaratnya," goda Tuan Raditya yang mengedipkan sebelah matanya.

"Apa?" tanya Rembulan seolah ia tahu syarat apa yang akan suaminya berikan.

"Melayani suaminya," bisik Tuan Raditya dengan pelan agar pelayan pribadinya sang istri yang duduk di depan tak mendengarnya.

Seketika Rembulan membulatkan kedua matanya, ia dengan bodohnya menantang suami dinginnya itu untuk bernegosiasi agar ia bebas.

"Enggak..," jawab Rembulan dengan cepat, rasanya Rembulan takut dengan hal itu walaupun halal untuk ia melayani suaminya dengan baik, tapi rasa sakit saat di gagahi oleh Tuan Raditya dengan rasa paksa membuat Rembulan merasa trauma untuk mengulang kembali.

"Kenapa?" tanya Tuan Raditya.

Rembulan terdiam, ia bingung harus menjawab apa karena itu ke hal pribadi dan ia belum bisa menyerahkan kewajiban menjadi seorang istri.

"Gak jadi deh, biar aku di sini saja bersama Tata, iya kan Ta?" tanya Rembulan pada Tata, pelayan itu gelagapan di tanya oleh majikannya karena ia takut akan hukuman apa nanti yang akan Tuannya berikan padanya. Karena telah lalai menjaga istrinya.

"Kamu kenapa, Ta?" tanya Rembulan yang aneh dengan sikap pelayan pribadinya itu yang sedang melamun.

"Tidak apa-apa, nyonya." ucap Tata yang mengalihkan pertanyaan majikannya.

"Bagus, jadilah istri yang baik,"

Sampai di rumah Rembulan lebih dulu turun ia yang sudah tak semangat untuk keluar dari rumah ini.

Tuan Raditya menatap Tata. "Apa seperti ini tugas mu menemani majikan mu, hah? Bagaimana jika dia seperti tadi lagi?" omel Tuan Raditya pada Tata.

"Maafkan saya, Tuan," ucap Tata dengan lirih.

"Jangan salahkan dia, ini kemauan ku," bela Rembulan, ia tidak ingin pelayan pribadinya mendapatkan hukuman gara-gara dirinya yang ingin kebebasan.

"Jadi kamu yang harus ku hukum," ucap Tuan Raditya yang memandang istrinya yang selalu membuat ulah dengan tingkahnya.

"Mana ada suami menghukum istrinya yang ingin kebebasan, iya wajarlah aku bosen di sini terus," jawab Rembulan, dan Tuan Raditya bisa mengerti kemauannya.

"Istri pertamaku saja tidak protes seperti mu, kau baru beberapa minggu sudah mengeluh,"

"Jangan samakan aku dengannya, iya?" protes Rembulan, ia tidak ingin berlama-lama dengan pria dingin itu.

Rembulan yang kaget saat ingin jatuh, ia menatap wajah suaminya dengan dekat hanya beberapa centimeter saja.

"Tampan," batin Rembulan yang mengagumi keindahan ciptaan Tuhan.

.

.

.

.

.

.

.

Ngapain melamun, ayo masuk. Mau ku gendong lagi...