"Apa yang mereka lihat itu tidak benar. Aku tidak melakukan apapun dengan dia di kamar hotel itu. Mereka salah sangka, aku tidak ingin menikah dengannya!"
Pernikahan bahagia dengan pasangan yang dicintai adalah sesuatu yang diimpikan setiap manusia begitu juga Bianca, tetapi impian itu kandas setelah dia terjebak di sebuah pernikahan yang tidak dia inginkan.
Menikah dengan pengusaha kaya, tetapi melalui sebuah peristiwa yang tidak sengaja, terekspos media mereka tidur berdua di kamar hotel.
Entah mereka akan dapat saling mencintai atau malah berpisah di meja pengadilan, hati memang tidak bisa diperkirakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudhi Nita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tantangan Key
Bianca bangun dari tidurnya saat siang menjelang sore. Dia segera duduk dan menggeliat pelan, lalu turun dari kamarnya. Dilihatnya Susan sedang duduk di ruang makan, dengan beragam makanan di atas meja makan. Bianca menemaninya makan.
"Susan, makan sendiri? Aku temani, ya?"
"Iya, Kak. Yuk makan bareng."
Bianca merasa lebih bebas saat makan siang dibandingkan dengan saat sarapan. Gadis itu bebas memilih seberapa banyak dia akan makan. Selera makannya meningkat tiba-tiba melihat semangkuk besar rendang sapi, sayur nangka muda, serta sambal.
Bianca mengambil dua centong nasi ke piringnya. Susan tersenyum-senyum melihatnya.
"Laper, Kak?" tanya Susan melirik Bianca.
Bianca hanya tersenyum.
"Iya, laper plus doyan." Mereka tertawa.
"Susan, apa ruang fitness sering digunakan?"
"Dulu iya, Kak, tapi sekarang Kak Key agak sibuk jadi belum lagi menggunakannya. Meskipun begitu, ada pelayan yang selalu merawat alat-alatnya."
"Oohh, apa aku boleh menggunakan alat-alat itu?"
"Tentu boleh, Kak. Bilang saja sama Felix. Dia akan memanggilkan pelatih pribadi Kak Key."
"Mmm ..., baiklah."
Usai makan, gadis itu menemui Felix yang sedang berbaring memakai kacamata hitamnya, di sofa ruang kerja Key. Sementara tuannya entah kemana. Bianca ragu untuk membangunkan pria itu. Dia berbalik, mengurungkan niatnya.
"Ada apa, Nona?"
Aih, orang ini, tidur nggak, sih?
"Felix, bolehkah aku meminta sesuatu?"
"Boleh, asal tidak lagi membawa anak balita ke rumah ini, Nona."
"Anak balita? Alicia?" ujar Bianca dengan dahi berkerut.
"Benar."
"Eh, iya Felix. Maaf ya?" Meski bingung kenapa Felix mengetahui tentang Alicia, tapi Bianca mengabaikan saja, dipikirnya Felix kan tahu segalanya. Namun, gadis itu tidak tahu drama anak menangis tadi siang.
"Felix, bolehkah aku memakai ruangan fitness?" Matanya berkedip-kedip dengan memasang wajah manis.
"Boleh saja."
Dia segera menelepon pelatih untuk datang ke rumah, tanpa diminta.
"Tu-tunggu." Bianca mencoba menghentikan Felix, tapi Felix telah membuat perjanjian dengan si pelatih.
Gimana sih, pakai alatnya doang tidak perlu pelatih kan? Lagian masa aku pake daster, baju biasaku belum kering, sebagian kutinggal di rumah.
"Nona, saya tidak bisa menjamin keselamatan anda jika menggunakan alat-alat itu tanpa pelatih."
"Huh, baiklah." Gadis itu mendesah pelan.
"Lebih baik Nona segera berganti baju agar leluasa berlatih."
"Pelatihnya perempuan atau laki-laki?"
"Laki-laki, Nona."
Duh, aku tidak mau menggunakan baju terbuka di hadapan lelaki yang bukan suamiku, tapi Key? Ah dia suami abal-abal. Ya sudah, aku cari baju untuk latihan.
Felix memberi tahu pada Hana untuk menyuruh seorang pelayan agar segera mempersiapkan ruang fitness untuk digunakan Nona Bianca.
Bianca bergegas mencari baju di lemarinya. Key yang melihat gadis itu sibuk mengaduk-aduk lemari pakaian, mulai kesal melihatnya.
"Kenapa kamu berlama-lama di depan lemari?"
"Aku mencari baju."
"Bukankah banyak baju di dalamnya??"
"Aku ingin latihan fitness."
Key menutup laptop yang sedang dia pegang mendengarnya.
"Apa Felix telah memberi tahu pelatih untuk datang?"
"Sudah, Tuan Key," katanya masih sambil mencari-cari baju.
"Baiklah, aku akan ikut latihan. Sudah lama aku tidak menggunakan ruangan itu. Carikan aku baju untuk latihan!"
Ish, belum juga aku dapatkan bajuku sendiri, ini orang sudah nyelonong minta dicarikan baju! Sultan!
"Baik." Gadis itu membuka lemari Key, lalu mencari baju untuk latihan.
"Hadap tembok!" Bianca berbalik menghadap ke tembok.
Selalu tiap dia ganti pakaian, aku seperti tahanan saja menghadap ke tembok!
Key melangkah keluar menuju ruang fitness, sementara Bianca masih menghadap tembok. Alhasil, dia menggerutu saat melihat pria itu telah keluar dengan santai.
"Apa tidak punya mulut, kenapa tidak bilang kalau sudah selesai ganti pakaian?" gumamnya.
"Hey, apa kamu tidak punya mata, lihat aku punya mulut!" Bianca terperanjat melihat wajah pria itu nongol di celah pintu.
"I-iya, maaf."
Gadis itu mengelus dadanya yang berdetak tidak karuan karena kaget. Sial, kenapa itu manusia musti muncul dadakan sih?
Akhirnya Bianca menemukan baju yang cocok untuk latihan, baju yang tidak terbuka dan sedikit longgar tentunya. Dengan yakin dia berganti dengan pakaian itu. Dia hanya membawa baju kerja, kaus, baju rumah dan celana jeans di rumah ini. Tak mungkin dia memakai celana jeans.
"Tuan, sudah lama anda tidak latihan, sebaiknya kita melakukan warming-up dulu," ujar pelatih yang telah tiba di ruang fitness.
"Oke," kata Key yang langsung mengikuti arahan si pelatih.
Bianca masuk ke ruangan fitness, tak menyangka bahwa pelatih telah tiba. Pelatih yang bernama Marcel menahan tawa melihat penampilan gadis itu.
Gadis aneh ini bukannya memakai baju gym tapi malah memakai baju karate! Dasar aneh, Nona, anda pernah atau setidaknya menonton latihan gym tidak sih?
Felix melihat penampilannya dari atas ke bawah, tapi gadis itu seolah tak peduli dengan tatapan Felix, lalu mengeluarkan sabuk hitamnya untuk mengencangkan pinggang.
Hah, sabuk hitam, sudah-sudah biarkan saja dia semaunya.
Pelatih itu langsung terhenyak dan tidak bisa lagi tertawa. Key malah melihat gadis itu dengan tatapan yang kagum. Felix sudah akan menyuruhnya mengganti baju, tapi tuannya mencegah.
"Biarkan saja, Felix! Dia nampak-...." Pria itu menghentikan kata-katanya.
Tuan Key sebenarnya mau bilang apa, kenapa dia ini? Apa keanehan gadis itu menular?
"Mari kita memulai latihan," ujar instruktur mengagetkan Key yang sedang melihat gadis dengan baju karate itu.
Kenapa dia melihatku seperti itu, apanya yang salah? Bukankah aku bisa memakai baju ini untuk latihan? Lari mengelilingi lapangan saja dulu aku pakai baju ini, kenapa mereka seperti melihatku aneh? Yang penting aku tidak memakai daster kan?
Bianca mengerutkan dahi menyadari Key memperhatikannya. Dia memulai latihannya dengan menggunakan treadmill, sementara Key mengangkat beban bersama pelatih.
"Bianca, apa kamu mau menerima tantanganku?" tanya Key tiba-tiba saat gadis itu menggunakan stepper.
"Apa itu?"
"Kita bertanding push-up terbanyak dalam waktu satu menit! Jika kamu berhasil melampaui jumlahku, maka kamu boleh minta apapun dariku."
Gadis itu mengangguk, meski ragu.
"Kamu takut?"
Ih, ngapain juga takut!
"Baiklah, Tuan."
Key diberi kesempatan pertama untuk berpush-up. Sang instruktur menghitung menggunakan stopwatch, dan Felix menghitung jumlahnya.
"Enam puluh, Tuan." Dia melirik pada Bianca.
Bianca bersiap pada posisinya, lalu mulai berpush-up menggunakan kepalan jari, bukan telapak tangan.
"Enam puluh, Nona Bianca!" ujar Felix. Jujur Felix percaya nonanya itu bisa melakukan dengan mudah, melihat tendangannya pada pintu hotel semalam. Apalagu sabuk hitam yang menunjukkan tingkatan karate paling tinggi. Tuannya tidak akan paham tentang itu.
Key membelalak, "Hmm ..., baiklah, karena kamu perempuan dan skor sama denganku, maka kamu menang!"
Bianca memeluk Felix, Ah Nona, ini hanya pertandingan keluarga, bukan atlit internasional.
"Apa yang kamu minta?" tawar Key.
"Aku hanya ingin jalan-jalan di alun-alun kota dengan Susan." Sesederhana itu permintaannya.
Nona, anda bisa minta handphone keluaran terbaru, atau mobil, atau perhiasan, tapi anda malah memilih jalan-jalan saja?? Uggghh ....
Felix memandang Nona Bianca, meyakinkan bahwa dia sedang sadar.
Key melihat kesungguhan permintaannya, "Baiklah, kapan pun, silakan saja kalian jalan-jalan di alun-alun kota, tapi Felix yang akan mengantar kalian!"
"Baik, Key!" Binar kebahagiaan terpancar dari mata Bianca. Kebebasan itu begitu mahal di rumah ini. Dia bisa menukarnya dengan enam puluh kali push-up!
🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃
Author \= Maaf ya readers, itu Bianca emang aneh atau kepedean atau terlalu cuek pake bajunya, mungkin kalian bayangin orang nge-gym pake baju karate. Ya begitulah. Daripada pake daster. Karena nemunya cuma baju itu yang dia pikir bisa dipake latihan apapun. Kecuali latihan koor ya ....
tapi niatmu jahat.