Subgenre: Wanita Kuat · Second Chance · Love Healing
Tagline pendek: Kisah tentang aktris yang hidup lagi — dan menemukan cinta manis dengan CEO muda, si sponsor utama dalam karirnya
Sinopsis:
Cassia, adalah artis cantik A-class. Semua project film, drama,iklan bahkan reality show nya selalu sukses dan terkenal. Namun, menjadi terkenal tidak selalu menyenangkan. Cinta yang disembunyikan, jadwal padat tanpa jeda, dan skandal yang merenggut segalanya. Maka dari itu ketika mendapatkan kesempatan terlahir kembali, Cassia mulai menjauhi orang-orang toxic di sekitarnya dan pensiun jadi artis. Ia ingin menikmati hidup yang dulu tak sempat ia lewatkan, dengan caranya sendiri. Bonusnya, menemukan cinta yang menyembuhkan dari CEO tampan, si sponsor utama dalam karirnya.
Ayo klik dan baca sekarang. Ikuti terus kisah Cassia, si aktris kuat ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 🌻Shin Himawari 🌻, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24 - Panggung Drama di Mulai
...Enjoy the story...
...🌻🌻🌻...
Sepuluh menit yang di janjikan Felix sudah lewat. Dan pria itu masih saja merayu dengan kata kata manis yang busuk.
“Kita hanya perlu melanjutkan hubungan kita seperti sekarang. Kamu tetap kekasihku selamanya, aku juga akan bilang pada Cherry kalau hatiku sudah milik kamu. Kamu hanya perlu bersabar sampai aku menemukan cara membatalkan pernikahanku dengannya. Setelah itu kita bisa menikah dan hidup dengan bahagia.” Ucap Felix penuh percaya diri.
Cassia mengepal tangannya, jemarinya dingin. Matanya berkaca-kaca, bukan karena terharu, tapi karena muak.
Pria itu selalu bicara seolah dirinya punya hak atas hidupnya. Seakan Cassia hanyalah sebuah benda, yang harus selalu jadi miliknya. Sebuah benda, yang tidak punya perasaan.
Kamu selalu begitu, Felix. Tidak pernah berubah. Batin Cassia menahan muak di hatinya.
Manis di permukaan tapi manipulatif di setiap jeda katanya. Yang paling menyebalkan dari semuanya, kata kata itu diucapkan tanpa rasa malu apalagi rasa penyesalan.
Padahal tadinya, Cassia berniat mendengarkan penjelasan Felix lalu mengakhiri semuanya dengan baik baik. Melepaskan cinta pertamanya—yang sudah menemaninya hampir sepuluh tahun, dengan tulus. Tanpa drama.
Sayang sekali… Felix tidak pernah tahu kapan harus berhenti, pria jahat itu terus saja melukai hatinya dengan semua omong kosongnya itu.
Cassia memejamkan matanya, ia sudah memutuskan.
Baiklah. Jika Felix ingin drama, sebagai seorang aktris tentu aku harus mengimbanginya. Batin Cassia.
Karena kali ini Felix sendiri yang membuka tirai panggungnya, maka Cassia lah yang akan memegang kendali naskahnya.
Cassia mengangkat wajah perlahan. Senyum tipis terbentuk.
Saatnya berakting.
“Sungguh…?” Cassia membiarkan suaranya sedikit bergetar. Tepat seperti yang Felix harapkan.
Cassia dapat melihat jelas reaksi Felix. Pria itu menegakkan bahu, sorot matanya berbinar.
Pancingan pertama, langsung berhasil. Cassia melanjutkan aktingnya.
“Bagaimana caranya kamu melakukannya? Apakah tunanganmu… maksudku, Nona Cherry, akan mengerti hubungan rumit kita?” ucap Cassia sengaja menjeda, menurunkan pandangan agar terlihat rapuh.
Felix langsung tersenyum—senyum kemenangan pria yang merasa unggul.
Cih. Dia benar-benar percaya aku akan jatuh untuk trik lama itu? Cassia mencibir kebodohan Felix di hatinya.
Merasa semua usahanya berhasil, dengan percaya diri, Felix melanjutkan bujuk rayunya meyakinkan Cassia.
“Tentu saja, sayang. Cherry lumayan mendengarkan aku, kamu jangan khawatir.” Ia melangkah mendekat, suaranya dibuat hangat. Menggoda. “Nanti, aku dan Cherry akan menikah kontrak dua tahun—tidak, setahun saja. Setelah aku bercerai, kita bisa menikah. Aku akan meresmikan hubungan kita.” Felix mengatakannya dengan tersenyum, dengan sudut bibir yang di naikan sedikit.
Ah… kalimat itu.
Cassia menahan tawa sinisnya. Seperti de javu. Kalimat konyol itu muncul lagi.
Kalimat yang membuat Cassia terjebak dalam kebohongan yang sama di kehidupan pertamanya.
Bagus, Felix. Kamu memang layak dapat peran pria manipulatif tak tahu malu.
Cassia menilai dalam diam—muak sekaligus sedikit kagum kemampuan Felix berbicara.
“Tapi kamu bilang ini perjodohan keluarga, demi bisnis, kan?” Cassia bertanya lembut, seolah masih ragu-ragu. “Apa kamu yakin keluargamu akan izinkan kamu bercerai… demi aku?”
Felix maju selangkah.
Cassia mundur sepersekian detik setiap kali Felix maju, sampai punggungnya menyentuh sudut meja dapur. Lalu, ia berhenti di depannya, cukup dekat untuk membuat udara terasa berat.
Felix menempatkan kedua tangannya di tepi meja, mengurung Cassia tanpa menyentuhnya.
“Tenang saja. Itu urusan aku. Kamu percaya saja padaku ya,” Felix membuat nadanya menjadi semakin lembut penuh kehangatan.
Tangan Felix terangkat, hendak menyentuh wajah Cassia —namun Cassia menepisnya pelan tepat sebelum sentuhan terjadi. Bukan tepisan yang kasar tapi tegas, elegan, dan penuh kontrol.
“Jangan sentuh aku, Felix.” Nada suaranya pelan, tapi tajam. “Aku.. aku masih belum bisa percaya padamu.”
Felix tertegun. Wajahnya terlihat bingung dan sedikit goyah.
Ia pasti terkejut oleh jawaban Cassia, sampai sesaat Felix pun masih diam tidak tahu harus bertindak apa.
Saat ini, Felix hanya memandang Cassia dengan tatapan sulit di artikan.
Cassia pun masih menatap lurus ke mata Felix dengan sedikit mengeluarkan air mata di pelupuk matanya.
Melihat itu, Felix tahu ada perlindungan diri dan luka dari kalimat Cassia itu.
Yang Felix tidak tahu, semuanya itu adalah akting dari Cassia.
Akting yang sempurna.
“Gimana bisa aku percaya kamu lagi, sementara selama bertahun tahun ini saja kamu selalu menyembunyikan hubungan kita.” Cassia menundukan wajahnya, dan berkata lirih.
“Aku juga berhak dicintai terang-terangan, Felix…” ucap Cassia sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Berakting seolah Cassia masih ingin percaya cintanya pada Felix, namun sekarang ia hanya sedikit ragu. Membiarkan Felix menyerap emosi dari akting yang ia buat.
Dan, tentu saja berhasil lagi.
Felix terdiam. Terjebak dalam bimbang yang Cassia ciptakan sendiri.
Felix sangat percaya hati wanita pujaannya sedang bimbang. Perasaan bersalah, cinta dan kerinduan menyeruak di dalam hati pria itu.
Namun, saat Felix baru mau membuka mulutnya lagi, Cassia sudah lebih dulu bicara.
“Daripada jadi wanita simpananmu, lebih baik aku melepaskan kamu menikah dengan Nona Cherry.” Ucapnya lembut saat akhirnya perlahan membuka tangannya menatap kembali Felix.
Cassia pun menahan napas dramatis, lalu memberikan senyum termanisnya.
Lalu, ia mengatakan umpan selanjutnya.
“Dan aku juga… aku akan mencari pria lain yang bisa memberiku cinta tanpa harus bersembunyi lagi.”
Satu detik. Hening.
Felix membeku, rahangnya mengeras. Ia mengerti siapa yang Cassia maksud tanpa Cassia perlu menyebut nama itu.
Tepat seperti yang Cassia inginkan. Umpan kedua: berhasil diterima Felix.
"Maksudmu si brengsek Maximillian itu?!” Felix pun meledak.
“Jangan bawa dia ke dalam hubungan kita! Cassia, kamu salah besar kalau memilih dia dibanding aku!” Amarah Felix memuncak dengan teriakan di akhir kalimatnya.
Akhirnya. Topengmu jatuh, Felix.
Cassia hampir saja tersenyum sinis, namun dengan akting yang baik ia tetap bisa mengkontrol raut wajahnya.
“Felix, jangan marah. Tapi kenyataannya seperti itu….” ucapnya lembut, seolah menenangkan dan juga mempermalukannya sekaligus.
Felix terengah. Emosinya naik, dari matanya saja Cassia sudah tahu, kalau ia sudah berhasil meruntuhkan ego pria itu secara perlahan.
Cassia mendekat sedikit, seolah membisikkan rahasia kecil hanya untuk Felix.
“Max… tidak pernah memperlakukanku seperti rahasia yang harus disembunyikan. Ia mendukung aku di depan orang lain. Bahkan semua orang tahu perasaannya kepadaku sekarang, bagaimana bisa aku menolak perhatian seperti itu?”
Cassia melanjutkan kata-katanya, menatap langsung ke mata Felix. Tatapannya tenang namun menusuk. “Hal sederhana… yang kamu tidak pernah mampu lakukan.”
“Cassia! Jangan bandingkan aku dengannya! Banyak hal yang sudah ku lakukan untukmu, si brengsek itu hanya punya uang dan bertemu denganmu sebentar. Akulah! Aku yang membantumu dan di sisimu sampai di saat sekarang!" Ia mengeram marah, meracau hal hal yang lain.
Felix yang sudah kehilangan kendali mulai bersikap kasar, mencengkram lengan Cassia dengan kuat dan keras.
Sial. Aku harus melakukan sesuatu.
“Felix, sakit.” Nada suara Cassia lembut, tapi mengiris membuat Felix sadar akan tindakan kasarnya. “Kamu menyakitiku lagi...”
Seperti tersadarkan oleh kata kata Cassia, Felix tersentak lalu buru-buru melepas cengkraman di bahu Cassia.
Namun Felix tetap mencoba mengontrol situasi ini, ia tidak rela Cassia berpaling darinya, apalagi memilih Max.
“Aku… aku nggak sengaja. Kamu bikin aku cemburu. Kamu jangan ucapkan nama pria itu lagi, Cassia.” nada suara Felix sedikit bergetar, sepertinya dia berusaha keras melawan amarah di dalam dirinya saat ini.
Dasar Felix. Tetap saja gaslighting. Tidak pernah bisa minta maaf dengan benar.
Cassia menarik napas dalam, hal ini mulai melelahkan. begitu pikirnya.
Dan saat itulah, Cassia mencium sebuah aroma yang tidak asing.
Parfum wanita.
Ini kan..wangi parfum yang biasa Maura pakai. Batin Cassia.
Bersamaan dengan itu, pandangan mata Cassia juga turun kearah leher Felix. Ia baru sadar ada bekas tanda kemerahan samar disana.
Juga terlihat ada noda lipstik tipis di kerah kemeja Felix, warna lipstick warna berry-red.
Warna lipstick favorit Maura.
Jadi semua kecurigaanku benar. Dasar penghianat kalian berdua....Menjijikan!
Bersambung
...🌻🌻🌻...
...She can't be happy without me. Because she still learned how to smile from mw. The part she will never forger about me. -Felix...
🌻: Halo terima kasih selalu nunggu aku update. Hari ini aku update 2 bab ya!
Thank you for staying with Cassia's story