NovelToon NovelToon
Dikira Melarat Ternyata Konglomerat

Dikira Melarat Ternyata Konglomerat

Status: tamat
Genre:Romansa / Chicklit / Tamat
Popularitas:1.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: Nirwana Asri

"Sampai kapan kamu akan berlindung di ketiak mama? Kalau sikap kamu manja seperti ini mana ada laki-laki yang mau menikahi kamu. Abang tahu kamu sering dimanfaatkan oleh pacar-pacar kamu itu 'kan?"

"Abang, jangan meremehkan aku. Aku ini bukan gadis manja seperti yang kau tuduhkan. Aku akan buktikan kalau aku bisa mandiri tanpa bantuan dari kalian."

Tak terima dianggap sebagai gadis manja, Kristal keluar dari rumahnya.

Bagaimana dia melalui kehidupannya tanpa fasilitas mewahnya selama ini?

Yang baca wajib komen!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nirwana Asri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tampungan Gula

"Ruli kamu basah kuyup, nak?" tanya Lira.

Ruli memeluk dirinya sendiri yang terasa kedinginan. Bibirnya juga sampai membiru. "Aku mau masuk dulu, Ma."

"Mandi pakai air hangat biar badan kamu nggak masuk angin."

Saat berada di dalam kamar, Ruli langsung masuk ke dalam kamar mandi. Dia membuka bajunya yang basah lalu dimasukkan ke keranjang kotor. Badannya yang sispek itu terpampang nyata. Ruli mengguyur air hangat dari shower ke kepalanya.

Setelah setengah jam, dia keluar. Beberapa kali dia bersin karena hidungnya terasa gatal. "Semoga saja tidak sampai flu," ucapnya sambil menggosok bagian hidungnya.

Dia mengambil baju ganti lalu memakainya. Kali ini dia mengenakan pakaian casual. Sweater warna biru yang dipadukan dengan celana warna putih.

Setelah berganti pakaian, dia berjalan menuruni tangga. "Ruli mau ke mana lagi?" tanya Lira.

"Aku mau jemput Kristal, Ma," jawabnya.

"Kristal, siapa dia?" tanya Amara yang baru datang.

"Dia kekasih kakakmu," jawab Lira. Setelah itu menoleh ke arah Ruli. "Kapan-kapan ajak dia ke sini, kenalkan pada adikmu!" Ruli mengangguk setuju.

"Kamu dari mana saja?" tanya Ruli sambil mengacak rambut adiknya itu.

"Habis interview kerja."

"Bagaimana hasilnya?" tanya Lira yang antusias menunggu jawaban putrinya itu.

"Diterima, Ma."

"Selamat ya, sayang." Lira memeluk erat anaknya itu.

"Ma, mungkin aku akan pulang malam."

"Baiklah, hati-hati." Ruli melambaikan tangan pada keluarganya.

"Apa kekasih kakakku itu cantik?" tanya Amara pada ibunya.

"Bukan hanya cantik, dia juga tidak sombong." Lira tersenyum ketika membayangkan wajah Kristal.

"Aku jadi sangat penasaran dengan yang namanya Kristal itu," kata Amara.

Sementara itu Ruli yang sedang menyetir mendadak merasakan kepalanya pening. Dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.

Kristal bersiap pulang. Dia memberesi meja kerjanya. "Kristal, Abang pulang duluan," pamit Alex sambil berjalan.

"Ya, Bang. Hati-hati tidak usah ngebut," pesannya pada sang kakak. Alex hanya mengangkat tangan ketika menanggapi omongan adiknya itu.

Kristal berjalan dengan perasaan bahagia karena sebentar lagi Ruli menjemputnya. Kristal menuju ke lobi hotel. Dia akan menunggu di depan.

Ketika Alex akan keluar, dia melihat adiknya berdiri di depan hotel. Dia pun menghampiri Kristal. "Kamu nggak bawa mobil?" tanya Alex.

"Bawa, tapi ada yang mau jemput," jawabnya.

Tak lama kemudian mobil Ruli berhenti tepat di belakang mobil Alex. Alex menoleh ke belakang. "Pantesan. Ya sudah kamu pulangnya jangan malam-malam, kasian mama," pesan Alex pada adiknya.

Ruli turun dari mobil untuk menyapa Alex secara langsung. Dia mengangguk sopan pada laki-laki itu. Alex membalasnya. Lalu dia membunyikan klakson dan melambaikan tangan pada adiknya.

"Siap pulang sekarang?" tanya Ruli dengan lembut. Kristal mengangguk cepat. Ruli membukakan pintu mobil untuk Kristal. Dia juga menutup bagian kepalanya supaya tidak terpentok. Jantung Kristal terasa berdesir mendapatkan perlakuan manis dari kekasihnya.

Setelah itu Ruli memutari mobil. Dia masuk ke dalam dan mulai menyalakan mesin mobilnya. "Mas apa kita langsung pulang?" tanya Kristal. Namun, Ruli tak menanggapinya. Kristal menoleh, dia memperhatikan wajah Ruli sedikit pucat.

"Mas kamu sakit?" Ruli menoleh sekilas dan mengulas senyum yang seperti dipaksakan. Kristal sedikit curiga lalu dia menempelkan tangannya ke dahi laki-laki itu.

"Kamu demam. Berhenti Mas. Biar aku yang menyetir."

"Tidak usah," tolak Ruli sambil menahan sakit di kepalanya.

"Aku mohon. Menyetir dalam keadaan kamu sakit akan membahayakan nyawa kita." Kristal berusaha membujuk laki-laki itu. Akhirnya Ruli menurut. Dia menepikan mobilnya lalu Kristal meminta pindah tempat duduk.

Kristal melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. "Sayang, jangan mengebut," ucap Ruli. Dia agak ketakutan.

"Tenanglah Mas. Keluargaku itu mantan pembalap jadi kamu tidak usah khawatir saat aku menyetir," jawab Kristal tanpa menoleh ke arah Ruli.

"Kita mau ke mana? Ini bukan jalan ke rumah kamu?"

"Kita ke rumah sakit," jawab Kristal dengan singkat.

"Apa? Aku tidak mau. Putar balik!" Perintah Ruli pada kekasihnya.

"Sudah sampai." Mobil yang dikendarai Kristal sampai di depan rumah sakit. Dia sedang memarkir mobilnya secara perlahan. Setelah terparkir sempurna Kristal melepaskan sabuk pengamannya.

"Ayo Mas turun!" Ruli menggeleng kuat. Tangannya berpegangan di pintu mobil.

Kristal terpaksa menarik tangan Ruli agar dia mau turun. "Jangan seperti anak kecil Mas. Memangnya apa yang kamu takuti?" Geram Kristal melihat tingkah Ruli yang kekanak-kanakan. Ruli terlihat tak bersemangat.

Sesampainya di ruang pendaftaran Kristal menyuruh Ruli menunggu karena dia akan mendaftar terlebih dahulu. "Tunggu di sini ya Mas. Jangan ke mana-mana!" Kristal memberi peringatan.

Saat dia sedang sibuk mendaftar, Ruli berusaha kabur. "Kalau kamu kabur kita putus!" Ancamnya. Ruli pun menghentikan langkahnya. Dia kembali duduk dengan wajah cemberut.

Kristal ikut duduk. "Mas Ruli punya trauma masa kecil dengan dokter?" Kristal mencoba mencari tahu. Ruli menggeleng menjawab pertanyaan kekasihnya. "Tidak suka minum obat?" Ruli lagi-lagi menggeleng. "Kalau gitu dengan jarum suntik?" Ruli mengangguk. Kali ini tebakan Kristal benar.

"Jangan takut ada aku, Mas."

"Saudara Ruli Megantara," seru perawat yang memanggil nama Ruli.

"Ayo, Mas. Waktunya masuk. Kamu perlu diperiksa." Kristal terpaksa mendorong tubuh Ruli agar dia mau masuk menemui dokter.

"Selamat sore," sapa dokter wanita itu dengan ramah.

"Sore dok," jawab Kristal.

"Siapa yang sakit?" tanya Dokter itu.

"Dia dok." Ruli dan Kristal saling tunjuk.

Dokter itu merasa bingung. "Jadi siapa yang sakit?" tanyanya lagi.

"Dia, Dok." Ruli mendengus kesal.

"Saya hanya flu biasa dok, istri saya terlalu berlebihan." Kristal membulatkan matanya ketika Ruli mengaku mereka sudah menikah.

"Sepertinya kalian pengantin baru," tebak dokter itu. "Wajar pak kalau istri khawatir pada suaminya," imbuh dokter wanita tersebut.

"Apa anda bisa berbaring sebentar? Biar saya periksa."

Ruli menolak. "Tidak, Dok. Resepkan saja obat yang paling bagus buat saya. Saya khawatir jika saya berlama-lama sakit istri saya akan ngambek. Dia sedang program hamil, Dok." Kristal sungguh ingin menjitak kepala Ruli saat ini. Bagaimana bisa dia berbohong di depan dokter yang memeriksanya.

Sedangkan Ruli menahan tawa melihat ekspresi wajah Kristal yang teramat kesal. Dokter itu pun terkekeh mendengarnya. "Baiklah, saya tahu anda tidak mau saya menyentuh anda agar istri anda tidak cemburu," ucapan dokter itu membuat Kristal berpikir.

"Oh jadi itu alasannya," dia tersenyum dalam hati. Tapi dia merasa geli Ruli berperan menjadi suaminya.

"Anda benar sekali, Dok. Saya mencium adik perempuan saya saja dia cemburu apalagi kalau mencium yang lain," ledek Ruli. Sebuah pukulan mendarat di lengan Ruli. Ruli jadi tergelak karena berhasil mengerjai kekasihnya.

"Sepertinya suami anda sudah sehat, nyonya. Saya hanya memberi obat yang bisa meredakan demamnya karena tidak ada gejala penyakit lain selain banyak bicara," bisik dokter tersebut sambil tersenyum. Kristal ikut tertawa mendengar penuturan dokter itu.

"Terima kasih, Dok," ucap Kristal. Setelah itu mereka keluar.

"Mas Ruli pura-pura sakit ya? Kenapa di depan dokter itu malah banyak bicara?" Sentak Kristal.

Ruli mengulas senyum. "Aku tidak pura-pura tapi apa yang dokter katakan itu benar. Aku tidak mau disentuh oleh wanita lain selain kamu."

Blush

Pipi Kristal merah merona mendengar kata-kata manis yang keluar dari mulut Ruli. "Itu mulut apa tampungan gula sih, manis banget."

Sambil nunggu up kaliam bisa mampir ya ke novel temanku

1
Sinta Febrianti
sebenarnya kurang suka sama karakternya ruli terlalu egois gak mikirin istrinya yg sama2 kehilangan anak.harusnya sebagai laki laki tuh klo istrinya dalam keadaan kalut dan berduka gitu harus di ksih suport n semangat bukan malah gak perduli sma keadaan istrinya.di tmbh krna ngeliat agung gendong istrinya dia main pergi ke luar kota gtu tnpa mnta penjelasan sma istrinya itu sma aja belum dewasa rulinya.
Mazree Gati
tidur di rumah orang pintu ga di kunci, klo tudurnya ga pakai baju gimana
Sativa Kyu
👍👍👍
MB
Luar biasa
Wawan Irawanto
sebagai bos dulu lah, tapi nanti jadi pacar
Wawan Irawanto
aku pilih tall juga lhooo
W
Luar biasa
Mimih Milania
Biasa
Mimih Milania
bukan cilok tapi seblak
Mimih Milania
aku pilih tim tali ahhhh
Mimih Milania
uhuy.....mulai dehhh
Mimih Milania
cewek jsgoan nihhh
Mimih Milania
hidup tidak seindah sinetron nenk
Ratna Fitri Mulyadi
Luar biasa
Rianti Dumai
amara klok cari cowok gak pernah beres,,,!!!
Rianti Dumai
ulet buluh ada az,,,
Rianti Dumai
aQ suka caramu kristal,lelaki gak punya pendirian ithu perlu dikasih pelajaran,biar faham dya,,,!!!
Rianti Dumai
klok sudah mantan ithu tempat'a ditong sampah ruli,,,!!!
Rianti Dumai
kocak banget Thu sie kristal bikin ngakak az,,,😅
Rianti Dumai
hadeeuh thor sakit perut aQ baca'a 😅🤣 lucu sangat mereka,,!!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!