Juminten dan Bambang dari namanya sudah sangat khas dengan orang desa.
Kisah percintaan orang desa tidak ada bedanya dengan orang kota dari kalangan atas hingga bawah.
Juminten, gadis yang ceria dan supel menaruh hati kepada Bambang kakak kelasnya di sekolah.
Gayung bersambut, Juminten dan Bambang dijodohkan oleh kedua orangtua mereka.
Pernikahan yang Juminten impikan seperti di negeri dongeng karena dapat bersanding dengan pria yang dia cintai hancur berkeping-keping. Disaat Juminten berbadan dua, Bambang lebih memilih menemui cinta pertamanya dibandingkan menemaninya.
Apakah Juminten akan mempertahankan rumah tangganya atau pergi jauh meninggalkan Bambang dan segala lukanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsa Mulachela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23
Setelah Juminten siap, Juminten pun berpamitan kedua orang tuanya.
"Mak, Pak. Juminten kencan dulu ya. Baik-baik jaga rumah. Assalamualaikum!"
"Dih, najong nih anak. Waalaikumsalam!"
Juminten clingak-clinguk mencari Bambang.
"Perasaan..tadi dah jalan duluan ke depan, deh."
Tin!
Juminten kaget dengan suara klakson mobil Bapaknya berbunyi. Ternyata Bambang sudah menunggunya di dalam mobil. Juminten pun masuk ke kursi penumpang yang ada di depan.
"Nyariin, ya! Maaf, hari ini panas. Aku aja gerah dari tadi. Udah siapkan? Yuk berangkat!"
Tuh kan, Bambang masih nggak peka aja jadi cowok. Buktinya, nggak mikirin Juminten. Harusnya tuh bilang, 'biar kamu gak kepanasan. Makanya aku pinjem mobil kamu' gitu.
Juminten hanya bisa menggerutu dalam hati. Karena, masih mode mendiamkan suaminya. Bambang yang melihat tingkah Juminten mengerucutkan bibirnya membuat gemas sendiri.
"Ih, nih bibir! Gemes aku!" ucap Bambang sambil mencubit bibir Juminten.
"Apa sih, udah ayo berangkat! Kalo nggak jadi, Jumi turun nih!"
Semakin merekah senyum Bambang. Akhirnya, istrinya mau di ajak bicara setelah 2 minggu mendiamkannya. Jujur, Bambang sangat rindu omelannya, ceplosannya bahkan suara manjanya. Rumah dan kamar terasa sangat sepi saat Juminten mode diam.
Tanpa sadar, Bambang mendekatkan tubuhnya. Bambang tak bisa berbohong, saat di dekat Juminten jantungnya berdebar, bahkan si tuyul ikutan cenut-cenut dibuatnya.
Melihat Bambang semakin dekat, Juminten pun mode waspada.
"Mau ngapain?"
"Mau, Emm.. Aku mau cium kamu, boleh nggak?"
"Hah?"
Tanpa banyak babibu, Bambang pun menarik tengkuk Juminten. Juminten yang tiba-tiba di cium suaminya, hanya mengedipkan mata. Karena, kaget dibuatnya. Sedangkan Bambang, asyik menikmati rasa manis pada bibir istrinya. Lama kelamaan Juminten pun ikut terhanyut dalam buaian ciuman Bambang.
Kegiatan mereka terhenti ketika Rohaya keluar dari dalam rumah. Niat hati Rohaya membuang sampah yang menggunung di dalam dapur, malah disuguhkan adegan live dari anak dan mantunya.
"Astaghfirullah! Astaghfirullah! Nyebut anak sama mantu kurang ajar! Mesum dalam mobil. Ya Allah, NYEBUT!" Teriak Rohaya sambil menggebrak-gebrak kaca depan mobil.
Bambang dan Juminten pun salah tingkah dengan apa yang mereka lakukan. Bahkan, Rohaya masih pasang badan di depan kaca mobil. Bambang dan Juminten pun turun dari mobil, seperti maling ketahuan. Tapi, ini maling versi cari nikmat dan tidak mengandung dosa.
"Tangan Mak, rasanya pengen jewer kalian rasanya! Hmm... Kalo nggak inget kalian dah halal udah bejek-bejek kalian berdua, Emak jadiin jeladren bakso! " Rohaya menarik-narik bajunya, mempraktekkan pose menjewer telinga.
Rohaya masih mode galaknya, meraup oksigen banyak dan karbon dioksidanya di keluarkan berupa omelan pada anak mantunya. "Mikir nggak, kalian tadi! Ah, jangankan mikir, keenakan iya! Orang lewat depan sini berasa nonton video bok** lagi live, kalo di viralin sama mereka gimana! Juminten dan suami obral mes*m dalam mobil! Kayak gitu gimana? Hah!"
Bukannya mendengarkan omelan Rohaya, Juminten dan Bambang malah asyik saling lempar senyum. Bahkan malah asyik senggol-sengolan.
"Udah, kalian bawa motor aja sono! Emak nggak rela, mobil emak jadi tempat enak-enak kalian! Masa iya, cucu pertama made in mobil!"
Bambang pun mengembalikan kunci mobilnya, "Maaf, ya Mak!" Bambang sambil menundukkan kepalanya.
Mereka pun naik motor berdua yang pertama kalinya setelah mereka menikah. Juminten yang masih mode malu-malu kucing menjaga jarak 100m dengan suaminya dan memegang saku baju suaminya.
Awas ceblok, Jum 🙄 !
Bambang pun mengambil tangan kiri Juminten, lalu melingkarkan ke perutnya. Tangan kiri Bambang medekap tangan juminten sebelah kiri.
"Jangan jauh-jauh, sini deketan. Peluknya agak erat!"
Dengan malu-malu kucing Juminten pun memeluk tubuh Bambang dari belakang. Tiba-tiba Bambang menghentikan motornya.
Ckiiittt...!
Motor Bambang THRIUMP ROCKET 3 GT membuat Juminten semakin merosot ke depan. Otomatis Juminten pun memeluk erat Bambang dengan erat karena takut terjatuh.
"Nah, gini kan enak!"
"Eh, kayak pacaran beneran beneran kita!"
"Iya, tapi kita pacaran model halal sayang."
Makin tersipu saja Juminten, Bambang yang melihat Juminten dengan mimik muka malu-malu semakin gemas saja.
"Jum, peluknya agak erat ya! Biar cepat sampai rumah!"
"Iya, Mas!"
"Jum, kalau kamu lagi tersipu gitu bikin Mas makin gemas sama kamu! Bikin ingin cepet-cepetan pulang, lanjutin yang tadi! "
"Ih, mas! Dari tadi gombal mulu! Percuma juga pulang sekarang, ada Emak sama Bapak. Kita pasti nggak bisa banyak gerak! "
"Maafin Abang kesalahan yang kemarin ya, Jum. Makasih banget buat kesempatan kedua ini. Mas janji, nggak akan sia-siain ini!"
"Emang kapan Juminten bilang ngasih kesempatan kedua? Perasaan dari tadi Juminten diem aja. "
"Itu tadi, pas Juminten bales di mobil. Apa mau ulang kejadian di mobil? Mas siap kok!" Bambang mengambil tangan kiri Juminten, lalu mengecupnya.
Juminten pun refleks memukul pelan punggung belakang Bambang.
"Eh.. Mas, kalo cium tangan kiri. Nggak takut apa kalo Juminten lupa cebok? Takutnya masih ada sisa bau! "
"Juminten lupa ya, pas first kiss kita, bau jigong loh!"
"Eh, iya pas Juminten bangun tidur ya. Mas sih nggak kode dulu. Kan Juminten jadi nggak sikat gigi dulu! Boro-boro sikat gigi, bangun tidur aja Juminten kejedot pintu. "
"Jum, itu artinya bau jigong nya aja, Mas doyan. Apalagi ini tangan bau pup. Ya, sambil batin sih!"
Juminten menepuk punggung belakang Bambang dengan manja, "Mas, ih!" Bambang pun tertawa.
Motor mereka pun berhenti di rujak buah langganan almarhumah Mama Bambang. Ternyata letak penjual rujak buah dan es doger dekat dengan bakso langganan Juminten, yang dulu pernah mereka makan berdua.
Setelah rujak buah dan es dogernya jadi, Juminten pun naik ke motor suaminya. Bukannya Bambang melajukan motornya untuk pulang ke rumah, malah memarkirkan motonya di warung bakso.
"Mau bungkus berapa, mas?" tanya Juminten sambil turun dari motor.
"Makan sini aja, yok! Aku pengen makan bakso." ucap Bambang sambil meletakkan helm nya.
"Tapi, mertua Mas yang kalem dan penyabar, udah bawain lauk banyak banget loh tadi, buat kita makan bareng. Terus, gimana kalau nanti kita sampai rumah di ajak makan bareng?"
"Ya, kita kongsi aja, Jum!"
"Yakin? Sepiring berdua?"
"Iya!"
"Kayak manten baru aja."
"Kan emang kita manten baru, sayang!"
Blush!
Juminten dibuat makin salah tingkah. Suaminya ternyata tidak secuek seperti yang dia kenal biasanya. Bahkan sekarang, mulai menunjukkan bucin kepadanya.
"Yok, turun! Aku mau bakso spesial pakai bakso iso telur puyuh,ya!"
"Oke, Mas!"
Juminten pun turun dan memesan baksonya.
"Wah, makin rapet aja sekarang, Neng!"
"Rapet gimana, Bang?" Juminten pura-pura sok polosnya tidak tahu apa yang di bicarakan.
"Itu, Abangnya. Dulu mah makannya jauh-jauhan, naik motor nya jauh-jauhan. Sekarang rapet bener! Kek roti kempit!"
Bambang dan Juminten tertawa mendengar godaan Abang penjual bakso.
Bambang jgn galau gitu,noh Rena sdh siap jd masa depanmu. tinggal kedipkan matamu buat othor. biar bisa dpt daun muda😁✌️🏃🏃🏃💨💨💨💨