Pesona Juminten
"Good morning Justin! " teriak Juminten.
"Juminten! Lu buta apa gimana? Liat noh udah jam setengah 7!" teriak Rohaya pada anak perempuannya.
"Justin pinternya, pagi-pagi udah pup aja. Jadi makin semangat nunggu semoxmu berkembang."
"Juminten! Kalo lu nggak mau sekolah, itu Justin bakalan Emak masak rica-rica!"
"Justin sabar ya, sebagai bawang putih aku harus patuh kepada bawang bombay agar masa depanku dengan mas jin lancar dan tanpa hambatan."
"Pak, ambilkan golok di belakang! Itu soang di gorok aja, bikin Juminten makin males sekolah!"
Juminten segera berlari masuk ke kamar mandi, sebelum teman sepergalauan nya menjadi korban amukan emaknya.
Juminten sudah siap dengan perlengkapan orientasi sekolahnya.
"Emak! Bapak! Incess berangkat sekolah dulu, Assalamualaikum!" Juminten segera berlari ke halte bus, karena 15 menit lagi sudah masuk sekolah.
Pintu gerbang segera akan ditutup oleh satpam, Juminten mempercepat lari nya.
"Pak! Pak! Jangan ditutup!" teriak Juminten.
Tapi terlambat, pintu gerbang sudah ditutup pak satpam.
"Allahu Akbar, Pak Satpam yang dirahmati oleh Allah. Saya sudah berlari menuju kesini saat Bapak sudah mau menutup gerbang, apakah Bapak tidak akan memberi kesempatan kepada saya untuk masuk ke dalam sekolah? Saya berusaha berangkat pagi —" ucapan Juminten terpotong.
"Masuk neng, langsung maju ke tengah lapangan."
"Jazakumullah,Bapak. Saya doakan masuk surga."
"Aamiin. Buat neng, saya pastikan neng masuk ruang BP. "
Juminten auto menoleh pada satpam dengan tatapan horor.
BP lagi, BP lagi, kapan etdah gue gak ada urusan ma BP selama sekolah. Ah, bodo amat masih siswa baru masa iya dapet hukuman.
Juminten segera melangkah dengan percaya diri maju ke tengah lapangan. Semua siswa, terkesima melihat kedatangan Juminten.
Juminten memiliki paras cantik di umur yang menginjak baru 16 tahun. Tinggi badan 165cm berat badan 53kg mendukung tubuh nya terlihat proporsional. Rambut hitam panjangnya di kuncir rapi satu, melihatkan lehernya yang jenjang.
Juminten berdiri di depan kepala sekolah. Hal yang biasa dia lakukan, bila terlambat masuk sekolah saat sekolah menengah. Kepala sekolah yang sedang memimpin apel pagi, terhenyak kedatangan Juminten.
"Ngapain mbak disini?" pertanyaan Kepala Sekolah pada juminten dengan mic yang terhubung speaker sekolah.
"Saya telat pak," ucap Juminten malu-malu. "Pak satpam bilang suruh maju ke tengah lapangan."
"Bukan lapangan sini mbak, di lapangan sepak bola sebelah sana. Kok enak mbaknya telat datang langsung gabung kesini!"
"Hu...! Haha! Haha!" Tingkah Juminten menjadi bahan tertawaan seluruh siswa yang sedang mengikuti apel pagi.
Juminten hanya bisa cengar-cengir, sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
Setelah menikmati hangatnya sinar mentari pagi selama 1 jam, Juminten segera menemui kakak pembimbing ospeknya yang bernama Bambang.
"Permisi, kamu Bambang bukan?" tanya Juminten pada kakak kelas yang kebetulan lewat depan nya.
"Eh, kamu cewek yang telat tadi ya?"
"Iya, kak."
"Pantesan! kok telat gatau Bambang. Soalnya, tadi setiap pembimbing ospek memperkenalkan diri masing-masing. Coba lu cari sebelah utara."
Juminten menanyakan Bambang kepada 5 orang kakak kelasnya tidak ada yang menjawab. Akhirnya Juminten putuskan menuju ruang pengeras suara untuk mempermudah.
"Tes! Tes! 123! Ehem! Suaraku udah serak basah belum?" ucap Juminten saat membuka suara di speaker.
"Assalamualaikum, kepada kamu yang bernama Bambang, pembimbing ospek saya. Dimohon menuju ke pengeras suara untuk menjemput saya yang buta arah dan tujuan ini di ruang pengeras suara. Terima kasih."
Terdengar sorak suara peserta mos yang ada di dalam kelas maupun di luar kelas. Bambang yang merasa malu akan adik binaannya, segera melangkah di ruang pengeras suara dengan menahan malu.
"Ciyee.. Bambang! Jemput inces!" Juminten menyambut kedatangan Bambang, seseorang yang ditunggu-tunggu.
"Berisik! Lu ikut ospek gak? Kalo nggak niat, pulang sono!" bentak Bambang pada Juminten.
Bukannya takut, Juminten malah asyik terpukau dengan wajah Jamal. Wajah tampan dengan hidung panjung juga tinggi seperti pemain basket menjadi jiwa jomblo Juminten menggelora.
Melihat Juminten yang melamun, Bambang gemas dan menyentil dahi Juminten dengan pelan.
Kletak!
"Ohemji, Bambang! Sakit tau! Bang jin aja belum pernah sentuh aku sama sentil aku, Apalagi nodai aku! " Juminten berucap sambil mengelus dahinya yang terasa sakit bekas sentilan Bambang.
Bambang segera melangkahkan kaki menuju kelas tempat dia membina ospek, masa bodoh dengan keberadaan Juminten memilih mengikutinya atau asik dengan lamunannya.
Bambang segera melanjutkan binaannya yang sempat tertunda.
"Maaf, ada urusan sebentar baik kita akan lanjutkan pembekalan yang tadi. Jadi untuk besok pagi ketua kelompok sudah mengumpulkan semua anggota nya tanpa terkecuali!" Ucap tegas Bambang.
"Selama 3 hari ini tidak ada yang boleh izin, tidak ada yang boleh sakit, dan tidak boleh ada yang telat!" Bagas berkata tegas sambil melirik tempat duduk Juminten.
"Baik, mari sekarang memperkenalkan diri masing-masing dimulai dari ketua grup."
Laki-laki yang disebut ketua grup maju ke depan, berperawakan tinggi, wajah arab, hidung mancung. Membuat nilai tambahan plus untuknya.
"Salam kenal saya Farid. Saya yang menjadi ketua grup ini. Mohon bantuannya juga kerja samanya. Terima kasih."
"Kalian ingat-ingat ya, dia ketua grup kalian! Silahkan duduk kembali."
Bambang dengan suara tegasnya membuat naik kadar ketampanannya. Juminten yang duduk di belakang, terkesima dengan pesona Bambang. Hingga tidak sadar waktunya memperkenalkan diri.
"Eh, waktunya kamu maju tuh!" Senggol teman sebelahnya.
"Hah, ngapain?"
"Perkenalan."
"Halah, belum tentu juga kita semua bakal sekelas," gerutu Juminten yang merasa terganggu lamunannya.
"Hai, Pagi!"
"Pagi!" Jawab serempak yang lain.
"Aku juminten, umurku 16 tahun. Hobiku menyanyi, membaca novel, membaca komik, memasak. Cita-citaku —"
"STOP!" Bambang memotong pembicaraan Juminten.
"Hlo, kenapa Bambang? Kan belom kelar. Katanya suruh perkenalan. Belom juga sebutin nomer Hp. Aku kan juga pengen —"
"STOP! Silahkan duduk!"
Juminten menghentakkan kakinya merasa kesal dengan Bambang. Dia segera mendudukkan diri di tempat duduknya semula. Pembina yang lain tersenyum melihat keberanian Juminten melawan Bambang.
Tak terasa waktu istirahat berbunyi. Juminten segera mengeluarkan kotak bekalnya dari sang emak tercinta. Terlihat hidangan nasi, telor mata sapi yang setengah matang dan kecap sachet.
"Hai, aku Resti. " Seorang teman mendatangi tempat Juminten membawa kotak bekalnya.
"Aku juminten."
"Boleh makan bareng, nggak?"
"Boleh dong, sini deketan biar anget."
Rasti tersenyum mendengar celotehan Juminten.
"Aku bawa ikan goreng, kamu mau?"
Omongan mereka terpotong ketika mereka melihat sosok ketua kelompok menghampiri mereka dengan membawa nasi bungkusan di dalam kantong plastik..
"Boleh ikutan juga?" tanya Farid.
"Boleh, Silahkan." Jawab Resti dengan menggeser duduknya.
"Terima kasih. Aku bawa nasi kuning, kalian mau?"
"Tidak, terima kasih." Jawab Resti.
"Aku minta kulit perkedelnya doang boleh?"
"Eh, kok kulitnya doang?"
"Iya, karena gegara kulitnya warna kentang yang udah di tumbuk jadi gak kelihatan. Padahal perjuangan dibalik sebuah perkedel itu pada perjuangan numbuknya." Terang Juminten.
Rasti dan Farid terdiam beberapa saat mencoba memahami perkataan Juminten.
"Udah ah, jangan dipikirin. Otak kita sekarang masih di tuntut have fun. Biar ada space buat mengisi pelajaran juga remidi yang bakal kita terjang selanjutnya." Juminten segera melanjutkan makan.
Rasti dan Farid mencoba menawahan tawa dengan ucapan absurd Juminten. Selama makan, ada saja ucapan Juminten yang membuat mereka tertawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
ᴍ֟፝ᴀʜ ᴇ •
juminten emang gadak lawan🤪
2022-12-22
0
ᴍ֟፝ᴀʜ ᴇ •
ciie bambang salting🤪
2022-12-22
0
ᴍ֟፝ᴀʜ ᴇ •
astagaaaa
2022-12-22
0