Kamu Bukan Yg Pertama

Teman-teman yang nyasar dan terdampar sampai di sini

Yang terlihat atau yang tak kasat mata

Aku mau curhat,

Hiks....hiks....

Whuaaaaa....!!!!

Tulisanku yang Dr. Ani and family sedang di promosikan sama Noveltoon.

Huhuhu..... akhirnya dilihat juga sama NT. Setelah sekian lama dan beberapa purnama terlewati akhirnya dibaca juga sama NT.

Makasih banyak Noveltoon dan semua yang sudah membaca tulisanku itu, yang like dan yang komen juga makasih banyak.😘🥰😍🤩

Nanti kalau Sudah dikontrak sama NT aku mau kasih hadiah pulsa atau accecories hp buat satu atau tiga orang yang paling ok komennya.

Kenapa pulsa atau accecories hp itu karena aku pedagang pulsa dan accecories hp.

Well yang bener itu Dr. Ani and family atau families. Aku itu nggak tau tapi pingin judulnya keinggris-inggrisan gitu lho cerita nya.

BASOFI

Siang itu, menjelang jam istirahat aku sedang berkutat dengan dokumen-dokumen yang menumpuk di atas mejaku. Aku harus bekerja keras karena kemarin aku sama sekali tak bisa fokus. Ini semua gara-gara Aya, dia membuatku pusing saja.

"Kringgggg!!!" Pesawat telpon diatas mejaku berbunyi.

"Hem.." Jawabku sambil melihat ke meja Aya dan aku melihat ada sesosok gadis yang sedang berdiri di depan meja Aya.

"Ada tamu yang bernama nona Nurmala pak"

"Biarkan masuk!" Kataku ingin melihat responnya bagaimana. Aku ingin melihat dia cemburu, menangis, dan kacau gara-gara gadis-gadis yang datang padaku.

"Baik pak!" Jawabnya datar.

Reaksi Itu tidak sesuai dengan yang kuharapkan.

Selama ini aku memang tak pernah menolak kehadiran mereka, gadis-gadis itu. Aku ingat wajah-wajah mereka tapi aku seringkali lupa namanya. Kadang aku memanggil nama salah satu gadis dengan nama gadis lain yang acapkali membuat mereka cemberut. Tapi hal seperti itu tak akan berlangsung lama karena aku akan segera membuat mereka mendesah tak karuan.

Aku suka membuat mereka puas dan menikmati permainanku meski setelahnya aku merasa jika melakukan hal itu adalah dosa dan aku harus bisa segera berhenti. Tapi aku melakukannya lagi dan lagi dengan perempuan yang berbeda-beda. Dengan posisi dan model bercinta yang berganti-ganti membuatku semakin ingin mengeskplor setiap wanita. Dan tentu saja yang paling kusukai adalah yang mon to the tok depan belakangnya agar bisa diremas-remas dan dimainkan sepuasnya.

Sejauh ini hubunganku dengan mereka adalah FWB , Friends with benefits teman yang saling menguntungkan. Jadi jarang sekali mereka meminta tas atau barang-barang mahal lainnya. Paling kita cuma makan keluar.

Enak saja bukan istri tapi mau menghabiskan uangku? Jangan harap! karena aku bukanlah orang yang kaya raya dan aku bukan pula seorang yang dermawan. Lagipula mereka juga bukan pengangguran, ada yang profesinya sebagai model, artis, youtuber dan pengusaha. Rata-rata dari mereka adalah anak para pengusaha yang bekerja sama dengan perusahaan ini dan biasanya kami bertemu pertama kali saat meeting perusahaan.

Kamu puas aku suka itu prinsipnya.

Aya terlihat ceria saat sedang berbincang dengan Nurmala, dia salah satu gadis yang sudah tak gadis lagi yang kuingat namanya karena dia ceria dan tak banyak bertanya seperti yang lainnya.

Aku tak bisa fokus bekerja lagi karena penasaran apa yang akan dilakukan Aya pada Nurmala.

Nurmala terlihat berjalan ke ruanganku sedangkan Aya sepertinya hendak turun ke bawah. Dan ternyata Mikail memanggilnya seperti mengajak ke kantin bersama.

"Shittt...." badanku tiba-tiba saja terasa panas karena melihat keakraban mereka.

Aku berpura-pura sedang melihat dokumen saat Mala sudah semakin dekat dengan pintu ruanganku.

"Siang honey...." Katanya saat kepalanya menyembul di balik pintu.

"Siang.... Lama sekali kamu tak kemari honey?" Kataku sambil menutup dokumen dan meminta dia duduk di pangkuanku.

Dia tersenyum dan segera berjalan kepadaku. Ditaruhnya tas yang ada dipundaknya di atas mejaku kemudian segera duduk di atas pangkuanku dengan mengalungkan tangannya di leherku.

Aku mulai menaruh kepalaku didadanya seperti biasa. Mencari kenikmatan disana, diantara gunung yang saling berhimpitan karena volumenya yang terlalu besar dan menggoda iman sampai-sampai jurangnya tak terasa sama sekali.

"Kamu kenapa tak pernah menelponku?" Tanya Nurmala sambil menikmati gesekan hidung dan bibirku di dadanya yang masih berlapis baju.

"Aku takut kamu sibuk..."

"Alasan yang nggak masuk akal pak direktur..." Katanya sambil memegang kedua sisi kepalaku dengan tangannya yang sangat lembut sehingga aku mendongak dan kami saling bertatapan.

Ia mendekatkan wajahnya padaku dan mempertemukan bibir kami. Lembut sekali bibirnya dan aku mulai menikmati suguhanku siang ini.

Lama sekali bibir kami saling bertautan dan bertukar salifa. Hanya saja tak seperti biasanya kali ini tiba-tiba bayangan wajah Aya berkeliaran dalam pikiranku hingga membuyarkan hasratku.

"Shiiiit" Umpatku setelah kulepaskan bibirnya.

"Kenapa han?" Tanya Mala keheranan. Nampak sekali jika ia sudah berhasrat dan ingin melanjutkan ke intinya.

"Aku lapar sekali. Kita makan dulu yuk!" Kataku sambil mengangkat tubuhnya dari atas pahaku dan menaruhnya di meja.

Aku kaget saat berdiri karena resleting celanaku sudah terbuka dan aku bahkan tidak menyadarinya.

'Aya.., kau membuatku gila. Bahkan saat berciuman dengan gadis lain kau menggodaku sampai aku tak sadar apa yang sedang terjadi.' Umpatku pada Aya tentu saja hanya di dalam hatiku.

Aku membenarkan pakaian dan penampilanku. Sementara kulihat pakaian Mala tak berantakan sepertiku.

"Kenapa tidak setelah ini saja?" Tanyanya sambil merapikan rambutnya.

"Tadi pagi aku belum sarapan, ayo.! kutunggu di kantin!" Kataku sambil berjalan meninggalkannya.

"Tunggu honey...!" Katanya sambil berlari kemudian menggamit lenganku dan aku membiarkan saja karena hal itu sudah bukan rahasia lagi di perusahaan ini kalau aku memang seorang player, iya pemakai dan pengguna wanita .

Sampai di kantin aku mengedarkan pandanganku dan menemukan Aya dan Mek berada di pojok kantin. Semua mata memandangku, tentu saja karena aku baru pertama kali ke sana untuk makan siang.

Semua orang menyapa dan menganggukkan kepalanya memberi hormat sebagai sopan santun pegawai ke atasannya.

Hanya saja Aya dan Mek yang sedang asyik makan sambil berbincang seperti tak menyadari kedatanganku.

"Sepertinya punyamu enak sekali Sof, Kau sangat lahap saat memakannya. Boleh aku mencicipinya?" Kata Mek sambil melihat makanan Aya.

"Tukeran yuk!. Punya pak Mike juga kayaknya enak banget..." Jawab Aya antusias.

"Ehem....!!" Aku berdehem keras sekali agar keduanya melihatku dan benar saja keduanya langsung mendongak melihat ke arahku dengan Mala yang masih memeluk lenganku.

"Eh, bos! Tumben nih ke kantin.." Kata Mek begitu melihatku.

"Harusnya kau tanyakan itu pada dirimu sendiri! Bukankah selama bekerja denganku kau belum pernah ke kantin Mek". Aku langsung mengambil piring Aya sebelum Mek mengambilnya dan memasukkan satu suap nasi yang berwarna merah dan terlihat sangat pedas itu.

"Itu karena aku ingin makan dengan Sofi pak Bos..!" Katanya sambil menggeser piringnya ke depan Aya karena melihat makanan Aya sekarang sedang ku makan.

"Makan punyaku saja..."

"Nggak usah deh, saya sudah kenyang pak Mike". Kata Aya sambil mendorong piring Mike kembali ke tempatnya.

"Tadi katanya mau tukeran?"

"Udah kenyang". Pasti Aya berbohong, dia hanya tak ingin berada di tempat yang sama denganku kan?, batinku.

"Siang Pak...!" Aku mendongak dan melihat gadis cantik berpakaian seksi. Kalau tidak ada Aya aku pasti akan menjahilinya.

"Bapak mau pesan sesuatu?"

" Kau mau pesan apa?" Tanyaku pada Aya yang tak ingin menatap padaku.

"Saya sudah selesai makan. Saya mau permisi dulu!" Katanya sambil berdiri.

"Duduk di situ! Tidak boleh ada yang beranjak dari sini sebelum aku selesai!" Kataku menekan suaraku.

Ia pun duduk kembali dengan raut muka betenya.

"Bawa ke sini semua yang paling enak!" Kataku tanpa melihat gadis cantik pegawai kantin itu dan tetap sibuk mengunyah makanan Aya.

"Aku mau es jeruk..!" Kata Mala yang membuatku sadar jika ada Mala yang sedang duduk di sampingku.

"Lipstikmu kenapa berantakan?" Tanya Mek pada Mala yang ada di sampingku.

"Eh benarkah? Honey...!" Katanya membuatku menoleh dan menyadari jika lipstiknya berantakan dan hampir hilang.

Aku mengambil tisu dan membersihkan bibirnya. Mala tersenyum dan melakukan hal yang sama padaku. "Ada lipstik di bibirmu han..." Katanya sambil tersenyum.