Gadis bar - bar yang tertarik dengan seorang ustad yang dingin dari sebuah pondok pesantren
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Marlinda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hampir Tergoda
Seperti biasa balapan berjalan lancar dan Maysa mendapat juara dan juga uang tunai tujuan utama nya.
Maysa turun dari motor Nando tepat di depan gerbang pondok.
"Ndo! makasih ya, Gua balik" ucap Maysa dengan datar dan langsung masuk kedalam pondok
"eh May!" Nando menahan tangan Maysa yang hendak melangkahkan kaki nya memasuki area pondok.
"lepasin tangan gua!" ucap Maysa datar dengan tatapan mengarah ke pergelangan tangan nya.
Sontak Nando langsung melepaskan genggaman tangan nya dengan nyengir tanpa dosa
"hp gua mana?" ucap Nando dan itu membuat Maysa menepuk dahi nya
"Masya'allah sorry sorry gua lupa, eh tapi udah jam segini bentar lagi subuh banyak santri pada keluar, besok aja di sekolah gua bawa deh, bay Nando sana-sana pulang!" dengan setengah berlari Maysa melambaikan tangan nya kearah Nando yang mulai menstarter motor nya.
Karena berjalan dengan melihat kebelakang kearah Nando yang mulai menghilang Maysa tidak menyadari bahwa di depan nya telah berdiri Rayyan dengan wajah kusut nya.
"BUGH!!" Maysa menabrak ustad tampan idaman nya itu "DEGH" jantung seolah copot dari tempat nya Maysa pun perlahan mengangkat wajah nya untuk melihat siapa yang baru saja ia tabrak.
"MAMPUS!" lirih nya tepat di depan wajah Rayyan, dan itu didengar jelas bahkan dengan mimik wajah Maysa yang membulatkan kedua bola mata nya.
"masih kurang kah hukuman mu Maysa?" dengan penuh penekanan Rayyan berkata sangat dekat dengan wajah Maysa
"maaf ustad, tadi itu saya..."
"apa? ketemu pacar kamu? diam-diam? hem? apa lagi?" tudingan itu bukan nya membuat Maysa takut malah membuat gadis itu menahan senyum
"saya bertanya Maysa! kenapa malah senyum-senyum?" tanya Rayyan
"ya habis nya pertanyaan ustad kaya yang lagi cemburu aja, padahal kan tadi itu..."
"Astagfirullah May!! kamu ini perempuan, tidak baik keluyuran malam-malam apalagi bertemu dengan laki-laki yang bukan mahram, otak kamu ini bagaimana sih? kok malah mikir nya cemburu-cemburu!" Rayyan memijit pelipis nya sedangkan Maysa masih dengan raut wajah yang dihiasi dengan senyum-senyum tidak jelas nya.
Tak jauh dari tempat Rayyan dan Maysa berdiri terdengar suara seseorang sedang berbicara.
"apaan sih din? jangan horor-horor deh, ini masih jam segini kamu bilang lihat ustad Rayyan jalan kearah gerbang?" seketika Rayyan dan Maysa langsung menoleh kearah suara dan kemudian langsung saling tatap, tanpa pikir panjang Rayyan menarik lengan Maysa dan mereka bersembunyi di dalam gang sempit antara pos satpam dan parkiran.
Tak lama dari waktu Rayyan menarik Maysa kedalam gang muncul lah dua santri ditempat awal Rayyan berdiri bersama Maysa.
"dimana din? ini sudah dekat dengan gerbang lo? dan itu gerbang kelihatan nya tidak ada tanda-tanda terbuka sedikit pun" ucap salah seorang santri
"tapi tadi aku lihat ustad Rayyan berjalan kearah sini, apa jangan-jangan ke masjid ya? kan ini bukan jadwal pak ustad ronda" seorang santri lain nya ikut menimpali.
Posisi Maysa saat ini mulut nya dibekap oleh Rayyan menggunakan tangan kanan nya sedangkan tangan kiri Rayyan memeluk pinggang Maysa, Rayyan dengan serius mendengarkan dan melihat kearah dua santri yang tengah berdebat, sedangkan Maysa dengan mata yang sesekali berkedip pelan ia melihat wajah si ustad tampan idaman nya dengan jarak yang sangat dekat, walau pun keadaan gelap, kedua tangan Maysa berada di dada Rayyan, gadis itu diam-diam merasakan detak jantung ustad tampan yang ada di hadapan nya itu.
Setelah kedua santri itu meninggalkan tempat itu Rayyan menolehkan kepala nya ke depan dan mata mereka pun bertemu dengan jarak wajah yang sangat dekat.
Saking dekat nya Maysa sampai dapat merasakan hembusan nafas Rayyan, sedangkan tatapan mata Rayyan beralih ke bibir Maysa yang terlihat samar-samar di kegelapan gang sempit.
"walau pun terlihat samar-samar, manis juga" batin Rayyan dengan tangan nya yang membelai pipi Maysa tanpa ia sadari.
"ekhem!! pak ustad?" panggil Maysa secara tiba-tiba dan itu lah yang membuat Rayyan tersadar dari imajinasi liar yang menguasai pikiran nya saat itu.
"Astagfirullah" ucap Rayyan seraya mendorong Maysa dan pergi meninggalkan gadis itu.
Maysa masih berdiri termangu ditempat nya dengan banyak pertanyaan yang mulai muncul di dalam pikiran nya.
Didalam kamar Fasha yang masih berkelana di alam mimpi nya pun terbangun secara tiba-tiba karena ponsel yang di sanding nya sepanjang malam berdering dan di sana tercantum nama Anita tengah memanggil.
"Hallo Assalamu'allaikum??" ucap Fasha dengan suara yang lirih takut kalau ada yang mendengar.
"Waalaikumussalam, kak besok hp ini kakak titipin ke Maysa aja ya, soal nya yang punya hp sudah sampai di rumah ini, kelupaan kali nggak di ambil dulu" ucap Anita dari seberang sana.
Setelah sekian dari perbincangan Fasha dengan Anita yang ada di seberang telephon, akhir nya panggilan pun di akhiri dengan saling mengucapkan salam
"hem May May, kamu tu enak ya, banyak yang sayang sama kamu, bahkan teman pun sangat peduli pada mu" gumam Fasha dengan suara yang lirih.
"Astagfirullah Maysa" dengan menepuk dahi nya Fasha teringat Maysa pasti sudah berada diluar sedangkan pintu kamar nya ia kunci.
Gadis itu pun berlari menuju pintu dan membuka nya perlahan, ia menongol kan kepala nya dan melihat ke kanan dan ke kiri, tidak satu pun umat ia lihat di sekitar kamar nya, karena khawatir jika teman sekamar nya tertangkap petugas keamanan pondok Fasha pun berjalan dengan sedikit terburu-buru menuju gerbang depan.
Maysa kini tengah duduk di masjid pikiran nya pun masih dipenuhi perlakuan Rayyan yang dari menarik nya secara tiba-tiba masuk kedalam gang hingga Rayyan yang tiba-tiba mendorong nya agar menjauh dan pergi meninggalkan diri nya seorang diri.
"kok lucu sih, kaya ada yang lagi di sembunyikan" gumam Maysa dengan senyum yang mengembang menghiasi wajah nya.
"kok jadi pengen isengin dia ya hehe... " otak Maysa yang penuh dengan ke jahil an pun mulai beraksi.
Fasha yang terburu-buru mencari Maysa pun menghentikan langkah nya karena melihat Rayyan yang setengah berlari menuju ruangan nya dan menutup pintu dengan kasar "BRAK!"
"Astagfirullah" dengan mengelus dada Fasha menghentikan langkah nya sejenak kemudian gadis itu menghampiri ruangan kakak nya, namun ketika ia sampai di depan pintu dan hendak mengetuk pintu Fasha tiba-tiba mendengar suara kakak nya yang seperti mengeluh, bingung, marah, dan bertanya-tanya.
"kenapa aku melakukan nya? ya Allah jauhkan lah, hamba takut jika suatu saat tidak bisa menahan rasa ini, Aaarrrghhh!! Lain kali aku harus lebih berhati-hati, hampir saja aku tergoda, mungkin lebih baik aku menghindari nya"
Fasha mendengar suara Rayyan yang berada di dalam ruangan.
"Siapa yang mampu memporak porandakan keadaan hati kakak ku?" Fasha bertanya-tanya dengan mulai melangkahkan kaki nya untuk melanjutkan mencari Maysa...
bersambung...