dikisahkan ada seorang gadis desa bernama Kirana, ia adalah gadis yang pintar dalam ilmu bela diri suatu hari, ayahnya yaitu ustadz Mustofa menyuruh Kirana untuk merantau ke kota karena pikirnya sudah saatnya ia untuk membiarkan putrinya itu mempelajari dunia di luar desa
Kirana memenuhi permintaan sang ayah dan pergi ke kota yang jaraknya tak terlalu jauh dari kampung halamannya. dan di sinilah Kirana mulai di hadapkan dengan situasi yang menguji keberanian serta kesabarannya, pertemanan, Cinta segitiga sampai akhirnya ia bertemu dengan takdir yang memang telah di putuskan untuk dirinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riris Sri Wahyuni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ketenangan yang menyimpan luka
Reyhan yang menyadari akan tatapan kirana itupun kembali memasang senyum untuk membuat agar kirana tidak meras bersalah dengan ucapan yang ia tanyakan barusan. "nggak papa, santai aja!"
sementara itu, sang anak yang tadi membeli es krim kini kembali menghampiri keduanya dengan sebuah es krim cokelat di tangannya.
"aku udah dapet kak es krim nya. "
"udah itu aja? "
"iya kak, ini aja udah cukup kok. makasih ya kak! " ucapnya dengan senyum syukur di wajahnya..
"yasudah, ayo duduk dan dimakan dulu es krim nya! " anak itu pun menurut. ia duduk di kursi sambil mulai memakan es krim miliknya dengan lahap.
"kamu nggak makan? " tanya Reyhan pada kirana yang sedari tadi hanya membawa botol minum tapi tidak membawa bekal.
"oh, bekalku ada di kelas, nanti akan aku makan saat habis dzuhur. " Reyhan tak membalas namun ia meraih salah satu kantung plastik berisi makanan yang tadi di borongnya. ia mengambil beberapa makanan lalu memberikan makanan itu pada kirana.
"kamu makan sekarang aja, kalau nunggu habis dzuhur, itu akan terlalu lama " kirana menatap makanan yang di sodorkan oleh Reyhan. ia sedikit ragu untuk mengambilnya tapi ia sendiri juga tak bisa menyangkal bahwa perutnya sudah berbunyi beberapa kali pertanda bahwa ia sudah sangat lapar saat itu. ia akhirnya mengakhiri makanan tersebut.
"makasih."
"Sama-sama."
Kirana pun duduk dan mulai memakan makanan tersebut tak lupa sebelum makan ia membaca doa terlebih dahulu. selesai makan, kirana hendak kembali ke ruang kelas. sementara itu, Dewi yang telah selesai membeli makanan berniat untuk kembali ke tempat Kirana berada, saat menoleh ke samping ia kaget melihat Kirana yang duduk bersama dengan Reyhan dan seorang anak kecil dan mereka tak jauh dari tempatnya berdiri saat itu. ia pun berjalan menghampiri mereka
"Kirana! "
Kirana mendongak dan melihat Dewi yang telah berdiri di sampingnya.
"maaf ya!, aku lama aku tadi sempat ke kamar mandi dulu. " Kirana mengangguk sambil tersenyum ia menjawab, "nggak papa kok. "
Dewi sesaat melihat teman barunya itu lalu ia melirik ke arah Reyhan "em, lalu... apakah kau tidak akan kembali ke kelas? "
"oh, iya ini mau balik kok. " jawab Kirana sambil berdiri dan membuang bungkus makanan tadi ke tempat sampah ia pun mengeluarkan uang dari kantung gamisnya dan membayar es krim yang tadi di makan oleh anak tersebut. lalu ia menyodorkan sejumlah uang kepada Reyhan sambil berkata, "ini buat makanan tadi. " ucapnya.
Reyhan menggeleng pelan, "kamu nggak perlu bayar aku sengaja kasih makanan itu bukan karena ada alasan lain. " Kirana terdiam sejenak lalu ia memasukkan kembali uang tersebut ke dalam sakunya.
"em, kak aku balik dulu ya, soalnya aku udah di tunggu sama ibuk. " ucap sang anak Kirana mengangguk sambil tersenyum lalu kemudian anak tersebut pergi menemui ibunya.
"aku balik ke kelas dulu, assalamu'alaikum. " ucap Kirana dengan sedikit canggung
"waalaikumsalam." jawab Reyhan.
Kirana dan Dewi berjalan meninggalkan kantin menuju kelas sambil berjalan, Dewi banyak bertanya kepada Kirana mengenai dia dan Reyhan.
"kir, gimana kamu bisa ketemu sama Reyhan?" Kirana pun menjelaskan dengan jujur mengenai bagimana pertemuannya dengan Reyhan. termasuk kejadian yang terjadi di kantin Dewi menyimak benar-benar apa yang Kirana sampaikan. raut wajahnya seketika merengut ketika Kirana menyebutkan nama Daniel.
"jadi, tadi kamu sempat bertarung sama adik Reyhan itu? " Kirana mengangguk.
"harus aku akui kalau Reyhan adalah orang yang sangat sabar apalagi bila ia menghadapi adik tirinya itu. entah apa salahnya hingga Reyhan harus punya adik seperti dia. " Kirana diam sembari menyimak jawaban Dewi.
"Reyhan adalah pria yang sangat baik, ia teladan di kampus ini. semua wanita tergila-gila padanya bukan hanya karena dia alim tapi juga karena dia tampan. tapi, sayangnya nggak banyak yang tau bahwa Reyhan sebenarnya tidak setenang yang kita kira. "
"apa maksud kamu Dewi? "
"dia kehilangan ibunya sejak ia masih kecil, ibunya meninggal karena kecelakaan mobil. dan sekarang ia malah mendapat ibu tiri yang nampaknya tidak suka padanya. dia kadang cerita pada temannya yang juga temanku kalau Reyhan kadang ingin kembali merasakan rasa kasih sayang dari seorang ibu. tapi, itu sudah tidak mungkin lagi. "
Kirana semakin iba mendengar penjelasan dari Dewi mengenai Reyhan ia pun bisa merasakan bagaimana sedihnya bila di tinggal oleh seorang ibu. Kirana tau bahwa kasih sayang dari seorang ibu tidak akan bisa tergantikan oleh apapun.
"Reyhan benar wi. " Dewi menoleh
"kasih sayang dari ibuk nggak akan pernah ada gantinya bahkan jika berusaha di gantikan oleh ayah tapi rasanya tetap berbeda. " Dewi mengangguk.
"iya kamu benar, tapi plusnya Reyhan tetep baik nggak kayak adiknya tuh yang benar-benar nggak tau malu. "
Kirana mengangguk, "iya kau benar."
Keduanya berhenti di persimpangan jalan. "Kirana, aku duluan ya! arah kelas kita beda soalnya. "
"oh iya" Dewi melambai-lambai tangan dan pergi ke kelasnya begitupun dengan Kirana