Aku Dan Maduku

Keduanya mengangguk mendengar perkataan Arman, setelah pulang dari sini mereka akan membuat perhitungan dengan Hana, dia harus membebaskan Arman bagaimanapun caranya.

Perempuan cacat itu harus membayar mahal karena berani melakukan hal ini kepada kesayangan mereka karena ini sudah keterlaluan menurut mereka, biar bagaimanapun Arman masih suami Hana dan harus dia hormati.

"Kamu tenang saja, ibu akan buat perhitungan dengan Hana setelah pulang dari sini, ibu tidak akan tinggal diam lagi". Ucapnya dengan penuh amarah.

Matanya berkilat murka, mendapati anaknya masuk penjara dan semua fasilitas yang anaknya miliki dicabut oleh perusahaan, mereka yakin itu adalah ulah Hana dan orang-orang di perusahaan

"Ingat bu, jangan sakiti dia secara fisik, ingat bu dia bisa melaporkan semua perbuatan kita ke polisi jika kita bertindak gegabah, apalagi dia punya kuasa dan teman-temannya yang punya segalanya, masalahnya akan tambah besar nantinya".

Arman memperingati sang ibu karena dia hapal betul watak ibunya langsung meledak jika keinginannya tidak terpenuhi, dia tidak ingin menambah masalah, Hana tidak bergerak saja sudah membuatnya dalam masalah seperti ini apalagi dia bisa berjalan.

"Terus apa yang harus ibu lakukan? , kamu tahu sendiri, ibu tidak akan tinggal diam jika seperti ini". Sungutnya tidak terima.

" Katakan pada istriku si Kayya, dia yang akan melakukannya pada Hana, dia tahu apa yang bisa terbaik yang bisa dilakukan untuk saat ini, ibu tahu sendiri, Hana akan bergerak cepat, ternyata walau dia lumpuh, dia bisa melakukan hal yang tidak bisa kita duga sebelumnya ". Ucapnya sambil meraup wajahnya dengan kasar.

Dia tidak menyangka Hana bisa bertindak tanpa dia ketahui, efek kejut listrik ternyata belum berhasil sepenuhnya.

"Baiklah kalau begitu, ibu pulang dulu, kamu tenang, ibu akan cari cara dan akan kesini lagi". Ucapnya sambil mengelus kepala sang anak.

"Iya kak, nanti kami akan kesini lagi". Ucap Aini dengan cemberut.

Dia sangat kasihan dengan sang kakak yang harus berakhir dipenjara seperti ini.

Arman hanya bisa mengangguk kemudian memeluk keduanya gengan sayang, dia berharap masalah ini cepat selesai dan dia bisa keluar dari sini dan membuat perhitungan dengan Andre.

Sedangkan dirumah Hana terjadi diskusi serius antara keduanya, mereka betul-betul merencanakan segalanya dengan matang.

"Kakak akan menunjuk kamu sebagai pemimpin perushaan sementara sampai kakak sembuh, kamu mau kan?? ". Hana menatap sang adik dengan penuh harap.

Dia tahu kemampuan snag adik, laporan dari Semua pegawai kepercayaannya tentang kemampuan adiknya itu membuatnya yakin mengambil keputusan itu

Kaya menatap sang kakak dengan tidak percaya, bagaimana mungkin mempercayakan perusahaan besar itu padanya padahal dirinya masih minum pengalaman.

"Tapi kak, aku masih baru, takutnya aku tidak bisa menjalankan perusahaan kakak dengan baik nantinya, malah membuat masalah". Tolaknya dengan halus.

"Tolong dek, sampai kakak sembuh saja, kamu kan tahu perusahaan kosong sekarang ini, mau yah?? ". Bujuknya dengan wajah memelas.

"Tapi kak"? Ucapnya langsung terpotong oleh Hana.

"Tidak ada tapi-tapian, pokoknya besok kakak ikut ke perusahaan dan menempatkan kamu menjadi direktur sementara". Sungut Hana dengan wajah sangat kesal.

Adiknya itu selalu menolak jika dia menunjuk dirinya menjadi pemimpin padahal kemampuannya bagus, dia hanya merasa tidak enak kepadanya

Kayya hanya bisa menghela nafas, kakaknya yang satu ini memang sangat keras kepala jika memiliki keinginan, dan parahnya lagi keinginannya harus dituruti dan dia tidak akan pernah bisa menolaknya.

"Terus bagaimana dengan keluarga Arman? , kita harus menyingkirkan mereka secepatnya, aku yakin kak, mereka akan mencari cara untuk melakukan hal gila lagi".

"Kamu atur saja bagaimana dengan mereka, mereka tidak akan bergerak bebas karena Arman berada didalam penjara". Ucapnya dengan santai seolah dia sudah merencanakan hal yang besar setelah ini.

"Besok aku akan ke penjara, aku akan buat dia tandatangan surat pengalihan lagi, dia tidak akan tahu karena aku sudah menyiapkannya, setelah itu kita urus kedua benalu itu dari rumah kak Hana".

Kayya menatap kakaknya itu dengan sangat yakin, Arman begitu percaya padanya tanpa melihat lebih dalam lagi apalagi dia dalam pengaruh obat yang dia berikan selama ini.

"Cukup Fasilitas mereka kita ambil, rumah, mobil, ATM debit dan kredit mereka, biarkan mereka membawa perhiasan untuk bertahan hidup diluar sana". Hana tersenyum tipis, dia yakin adiknya ini akan protes mendengar perkataan dirinya padahal dia sudah menyiapkan kejutan

Kayya melotot mendengar perkataan sang kakak yang penuh dengan empati padahal mereka sudah sangat jahat kepadanya.

"Kakak ini jangan terlalu baik ape sorang, lihat aja mereka semakin menjadi dan mencelakai kakak". Sungutnya tidak terima.

Hana hanya tersenyum melihat tingkah sang adik dan mengelus kepala snag adik dengan sayang.

"Dengar Kayya, kita sudah mengambil semuanya dair mereka, perhiasan itu untuk bertahan hidup, biar bagaimanapun mereka memerlukan nya, ibu Arman itu sudah tua sedangkan Aini itu belum kerja dan masih kuliah, biarkan mereka mencari hidup diluar jangan matikan rejeki orang". Ucapnya dengan senyuman tulus.

Kayya hanya bisa menghela nafasnya dan membuangnya sangat kasar..

"Baiklah, setelah besok dia tandatangan aku akan mengambil semua milik mereka dan membiarkan mereka keluar dari tempat ini membawa perhiasan mereka sesuai perkataan kakak". Ucapnya dengan berat hati.

Dia tidak ingin mereka mendapatkan sepeserpun harta Hana, kakaknya ini memang sangat baik walau selalu disakiti seperti itu bahkan hampir kehilangan nyawanya.

"Tidak usah marah, kakak sangat tahu apa yang kakak lakukan, kakak yakin mereka akan menjual perhiasan itu untuk menyambung hidup, memang darimana lagi mereka akan mendapatkan biaya hidup jika bukan dari sana karena kita sudah mengambil semua milik mereka".

"Aku hanya tidak mau mereka membuat ulah jika mereka punya uang dan hidup baik kak, aku yakin mereka bukan orang yang gampang menyerah untuk mendapatkan apapun, mereka saja bisa mencelakai kakak padahal kakak begitu baik pada mereka".

"Kamu tenang saja dek, kakak sudah mengambil perhiasan mereka, hanya menyisakan yang kecil saja, kakak juga bukan orang bodoh yang mau kembali dibodohi seperti itu".

Mata kayya langsung berbinar mendengar perkataan kakaknya itu, dia tidak tahu kalau kakaknya sudah bergerak lebih dulu sebelum dirinya, dia kira kakaknya akan kembali berbaik hati pada benalu itu.

"Mereka juga akan mendapatkan kejutan dijalan dek, sabar dan lihat saja ". Hana tersenyum kecil melihat wajah berbinar sang adik.

Dia memang tidak bisa bergerak dan berjalan, tapi dia punya uang dan kuasa, tentu saja dia mudah melakukannya dengan uang.

Dia sudah merencanakan sesuatu yang bagus untuk ipar dan mertuanya itu, mereka akan shock nantinya.