Gaharu Raga Argantara, harus pasrah menerima hukuman dari Papinya. Raga harus tinggal di desa tempat tinggal Kakek Nenek nya selama 6 bulan.
Dan ternyata disana ia terpikat oleh gadis cantik, sekaligus putri dari supir keluarga nya di kota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menghindar
Raga pikir orang tua Serka Abang dan iparnya akan kembali ke Jakarta pagi ini, ternyata besok. Katanya mereka ingin melihat dulu yang kerja dengan Raga.
“Udah jam tujuh, kenapa masih di rumah?” tanya Bu Lena.
“Sebentar lagi mau berangkat, lagian mulai kerjanya jam delapan.” jawab Raga.
Raga masih mencuci motor nya, Raka sempat memberikan saran untuk di cuci di tempat cuci motor. tapi raga memilih untuk mencuci sendiri.
“Om, nanti kakak ikut ya.” ucap Sasa.
“Mandi dulu kalau mau ikut.” titah Raga.
“Tapi kata Papa gak perlu mandi, soalnya buka mau ke jalan-jalan.” balas Sasa.
“Ayo mandi dulu, nanti gak enak kalau gak mandi.” Bu Lena mengajak nya ke dalam.
Tak lama kemudian Raka datang dari dalam rumah, “Hari ini mau ke kandang gak?” tanya Raka.
Raga menggelengkan kepalanya. “nggak, kalau Abang mau kesana ya tinggal pergi.”
“Semalam Ayah telpon, katanya mau beli sapi buat kurban.” balas Raka.
Raga mengernyitkan keningnya, “Qurban? Perasaan masih lama, bulan Ramadhan aja belum.”
Raka menggaruk kepalanya, “Lah iya juga ya”
“Coba telpon lagi, kalau misal beli sekarang, gak nerima di taruh di sini ya, kecuali mau bayar biaya makan nya.” ucap Raga.
“Bentar, Abang telpon dulu.”
Raka kembali menghubungi mertuanya, Raga masih mendengar percakapan Abang dan mertuanya. Ternyata mertuanya lupa, dikira lebaran haji sebulan lagi.
Raka baru selesai menghubungi mertuanya. “Udah mulai pikun.”
“Bukannya baru 65 tahun ya, udah pikun aja.” ucap Raga.
“Gak ngaruh, anak muda juga sudah banyak kok yang mulai jadi pelupa” balas Raka.
Raga sudah selesai mencuci motor, ia akan bersiap berangkat menuju tempat usaha nya.
Ia nunggu beberapa menit, Sasa sudah selesai bersiap. yang berangkat naik motor hanya Raga dan kedua ponakan nya, ternyata Dean juga ngerengek ingin ikut naik motor dengan Om dan kakak nya.
sementara para orang tua, katanya nanti akan nyusul tapi mereka mau jalan kaki.
.
Raga tidak langsung ke rumah tempat produksi keripik, ia pergi ke minimarket untuk membeli beberapa cemilan untuk kedua Keponakan nya.
“Om, mau es krim.” pinta Sasa.
“Boleh, tapi cuma satu.” balas Raga sambil menggendong Dean. ia mengambil es krim yang ukuran nya kecil untuk Dean, beruntungnya Dean gak protes. beda kali kalau Sasa, pasti kekeh ingin yang ukuran nya besar.
Setelah memasukan beberapa snacks, saat mau ke kasir. Raga melebarkan matanya saat melihat keberadaan dokter Nisa yang sedang berjalan ke arah bagian minum.
Buru-buru Raga menarik tangan Sasa untuk bersembunyi di bagian agak jauh dari sana, Sasa mendongkakkan kepalanya agar bisa menatap wajah nya Om.
“Ada apa, om?” tanya Sasa.
“Ada orang yang mau pinjam uang sama om, Om takut di pinta lagi, mending ngumpet.” jawab Raga. Berbohong dikit gak apa-apa.
Setelah memastikan dokter Nisa pergi dari sana, baru Raga mengajak Keponakan ke bagian kasir.
Menghindar bukan berarti masih suka, Raga hanya tidak ingin berinteraksi saja walaupun hanya basa-basi.
.
Ternyata saat mereka sudah sampai di tempat tujuan, keluarganya sudah pada datang. Yang kerja juga sudah mulai.
“Lama banget, padahal cuma beli jajan.” ucap Sekar mengambil Dean dari gendongan Raga.
“Tadi kita ngumpet dulu, kata Om ada orang yang mau pinjam uang nya om.” ucap Sasa dengan wajah polosnya.
Raga langsung pergi dari sana, sebelum di tanya-tanya sama mereka.
“Dek, menurut Papi mending tambah satu ruangan lagi. khusus buat kamu.” saran Pak Bara.
“Tadinya mau gitu, tapi kayaknya nanti aja.” balas Raga.
“terus yang ngurus keuangan nya gimana?” tanya Pak Bara.
“Aku urus sendiri, kalau udah lama baru nyari orang lagi.” jawab Raga.
yang lainnya tidak lama, katanya mau pergi ke tempat lain. Raga tidak ikut, lebih tepatnya takut di tanya soal orang yang di maksud Sasa. Walaupun nanti juga pasti bakalan di tanya-tanya.
Dari tadi Abangnya selalu ingin berusaha mendekati dirinya, tapi sebisa mungkin Raga menyibukkan dirinya.
Setelah Keluarga nya pergi, Raga ikut mencoba memotong singkong. Katanya sih ia juga harus bisa apa yang karyawan nya bisa.
“Ini nantinya mau di kirim ke mana, A?” tanya Bi Yati. Perempuan paruh baya baru selesai mencuci singkong.
“Ketempat oleh-oleh, sama ke warung-warung sekitaran sini, nanti di packing nya dari ukuran besar sampai kecil, harga nya dari dua ribu.” jawab Raga.
Raga mencoba dibagian lain lagi, seperti di penggorengan. awalnya ibu-ibu disana ragu saat Raga mengatakan ingin mencoba, mereka ragu karena takut bos nya terkena cipratan minyak panas.
Raga meyakinkan mereka, kalau dirinya sudah terbiasa di dapur. Kali ini Raga mencoba nya sebentar, katanya agak kagok soalnya wajannya cukup besar.
melirik jam tangannya, ternyata sudah jam sebelas siang. Raga pamit untuk pulang, katanya nanti mau kesana lagi.
Sebelum menghidupkan motor nya, Raga bergumam lebih dulu. lebih tepatnya sedang berharap, “Semoga nggak ketemu lagi.”
Kalau ketemunya pas lagi bawa motor sih gak masalah, Raga gak perlu turun untuk berbasa-basi. yang paling malas itu kalau ketemu nya di tempat rame dan sedang tidak berkendara, kalau dokter Nisa nyapa duluan, masa ia cuek pura-pura gak dengar, apa kata orang kalau begitu.
Baru beberapa menit, Raga merasakan ada getaran di dalam sakunya. Seperti nya ada yang menghubungi nya, raga tidak langsung berhenti ia mencari tempat yang agak ramai, kalau di tempat sepi agak ngeri takut ada begal, ya walaupun sekarang siang bolong.
“Bang Raka.” gumam Raga. Baru mau di jawab panggilan nya sudah terputus.
Namun, raga melihat ada beberapa pesan masuk dari Abangnya.
Raka : (“Kalau mau makan siang beli terus makan nya di rumah produksi, jangan pulang soalnya di rumah ada dokter Nisa”)
Raga : (“Kok bisa ada dirumah?”)
Raka : (“Tadi gak sengaja ketemu di jalan, terus awalnya Mami cuma basa-basi nawarin main dulu ke rumah, eh malah bilang iya. Katanya mau tau rumah nenek.”)
“Ini sih harus putar arah balik lagi.” ucapnya.
beruntungnya abangnya mau memberitahu soal keberadaan dokter Nisa yang ternyata ada di rumah kakeknya. Kalau tidak, sudah pasti bakalan ketemu lagi.
Kini Raga akan pergi ke warung makan, seperti nya ia akan makan langsung disana saja.
“Jangan bilang mereka ngasih tahu juga sekarang gue ada dimana, ini bisa-bisa dia datang ke rumah produksi.” ucapnya dalam hati.
Raga sudah hafal kalau dokter Nisa itu orangnya nekat, bisa saja kalau dia sedang tidak sibuk bakalan datang ke kandang sapi.
paling bener sih raga sama bulan