"Hai apa yang kalian lakukan di sini?"
"Ka ... ka ... kami tidak," belum selesai ucapan Rara.
"Pak ini tidak bisa di biarkan, udah seret saja mereka berdua ke rumah pak ustad secarang."
"Perbuatanya membuat malu kampung ini." sahut salah satu warga lalu menyeret gadis di dalam tidak lupa mereka juga menarik pria yang ada di dalam kamarnya.
"Jangan ..., jangan bawa kakakku." Teriak gadis berusia belasan tahun memohon pada warga yang ingin membawa kakaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lorong kecil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Sesuai janji Loiuse pria berusia 50 tahuan tu membawa istrinya untuk berjalan-jalan. Selama ini mereka jarang sekali bisa menikmati momen masa berdua seperti saat ini. Bukan mereka tidak bisa, tapi waktu yang kadang sangat sulit menyesuaikan.
Keduanya memilih untuk pergi ke suatu tempat dimana awal mereka bertemu dulu. Kenangan yang lucu namun indah sampai saat ini. Gadis itu menjadi pendampingi hidupnya, dan melahirkan dua anak nakal tapi dia bangga.
"Mah, bermalam disini mau?" tawar Louise terseyum seakan ada sesuatu lain yang di inginkan pria itu.
"Tapi pah, nanti kalau anak-anak pulang bagaimana?" jawab Sintia ragu tapi dia juga ingin. sekali bermalam di sana. Siapa yang akan menolak, apa lagi pergi bersama suami dan ya tentunya mereka adalah dua manusia normal yang memang menginginkan hal jauh lebih dari percakapannya.
"Mah, mereka sudah dewasa. Biarlah kita juga harus membebaskan mereka untuk memilih, tapi kita juga tidak boleh terlalu mengekangnya. Mama faham kan apa yang papa maksud." jelas Loiuse meraih tangan sintia dan mencium lembut punggung telapak tanganya.
"Pah apaan sih, malu tu di liatin yang lebih muda. ingat umur pah," tegur Sintia tersipu malu.
Bagaimanapun dia tetap malu walau sudah menikah lama, apa lagi di tempat umum seperti ini. Loiuse justru terus menggoda sang istri menikmati setiap momen berdua.
Saat mereka sedang berjalan santai menikmati ombak di pinggir pantai. Air asin sedikit mengenai kaki mereka, berbincang akan memori masa lampau. Tak sengaja mereka melihat sosok wanita yang sangat di kenal.
"Pah, buka kah itu ...," tunjuk Sintia pada wanita mengenakan bikini bersama lelaki duduk di pangkuannya.
Loiuse belum menjawab, sang istri sudah berjalan cepat ke arah mereka. Loiuse dengan sigap langkah lebar dan cepat meraih pergelangan tangannya. Menghentikan langkah Sintia.
"Mas lepas. Aku mau menemuinya," ujar Sintia berusaha melepaskan pergelangan tanyanya.
"Tidak untuk saat ini sayang." Loiuse menggelengkan kepala dan berusaha memberikan pengentian. "Apa kau tidak mau tahu siapa dia dan ada hubungan apa?"
"Mana bisa tahu jika tidak bertanya langsung," ujarnya polos atau entahlah.
Loiuse geram, bagaimana dia menjelaskannya. "Kau ini, aku tahu tapi kita harus dengan cara lain. Nggak mungkin kan maling langsung mau ngaku." jelasnya kembali membuat sang istri berhenti memberontak.
"Maksud Mas apa?"
"Papah akan mencari tahu. Mama boleh ambil video atau fotonya sebagai bukti, jika wanita itu nanti berkelah." ucap Loiuse menyarankan.
"Dia, tega sekali pah ...."
"Anak kita kurang apa coba pah, tapi apa ini nyata pah?" ujarnya menangis sedih memikirkan perasaan anaknya.
Selama ini dia sangat percaya dan yakin dengan Vina. Sikapnya yang di pikir tidak pernah membuat ulah. Tetapi nyatanya hari ini kebusukan wanita itu terbongkar dengan sendirinya.
Perih sakit hancur, membayangkan jika Athur melihat langsung kelakuan tunangannya sedang bercumbu di pantai. Tetapi dalam hatinya juga sedikit menyalahkan anaknya. Seandainya anaknya tidak sibuk dan fokus hanya pekerjaan. Vina mungkin tidak akan melakukan ini.
"Apa ini semua juga salah Papah sama Athur. Coba papah tidak memberikan pekerjaan yang banyak dia pasti selalu punya waktu buat Vina."
Loiuse ingin sekali menelan istrinya saat ini. Bagimana mungkin dia masih bisa menyalahkannya juga Athur. Jelas-jelaa dia melihat sendiri kelakuan Vina. Harus dengan cara apa lagi dia menyadarkan Sintia.
"Mah, apa bukti ini saja tidak cukup membuka hatimu?" tanya Loiuse ingin tahu jawabannya.
"Tapi tetep saja pah. Mungkin dia merasa kesepian." sahutnya mencoba membuang pikiran negativenya.
"Mah, jika Vina selama ini justru melakukan hal lebih dari ini apa mamah bisa menerima kenyataan. Suka dan cinta pada seseorang boleh mah, tapi jangan bodoh dan anak kita harus salah memilih pasangan."
Sintia menoleh menatap sang suami, yang di tatap justru acuh. Wanita itu memikirkan setiap ucapan Loiuse. Kejadian tadi membuatnya berfikir sangat keras. Tentang alasan kenapa mereka belum mau menikah.
Vina yang selalu mengatakan belum siap, ingin fokus pada pekerjaan. Sedangkan Athur yang hanya menunggu tanpa kepastian padahal dirinya sudah sangat serius. Bahkan selama mereka menjalin kasih Athur selalu memberikan apapun yang di inginkannya.
Akan tetapi selama beberapa bulan ini anak lelakinya seakan dingin sikapnya terhadap Vina. "Apa jangan-jangan Athur sudah mengetahui semua ini, atau mungkin dia memang sengaja menyibukkan diri agar tidak selalu memaksakan kehendaknya yang sudah ingin meresmikan dalam ikatan pernikahan.
*****
Kesedihan menyelimuti hati Rara juga Nina. Kedua wanita itu menatap keluar jendela yang tidak di buka. Pandanganya tertuju pada sebuah bangunan sederhana tempatnya tinggal mereka selama ini. Banyak kenangan suka duka di sana.
Athur menoleh kearah Rara padahal dirinya saat ini sedang mengemudi. Memperhatikan wanitanya, jelas terlihat kesedihan di wajahnya. Tidak tega tapi semua ia lakukan demi keselamatan mereka.
"Ra, semua akan baik-baik saja." ucap Athur dalam kesunyian.
Rara menganggukan kepalanya tanpa menoleh pada Athur. Ingat semua penjelasan lelaki itu. Tak habis pikir kenapa pria itu berfikir jika orang yang mengirim chat pada Devan adalah musuh. Gadis itu terlalu sederhana sampai dia tidak tahu bagaimana kehidupan kejam lainnya yang tak pernah di rasakannya.
Akan tetapi ia berdoa agar dirinya dan adiknya selalu di hindari dari mara bahanya. Seperti ucapan Athur. Semua akan di mulai di tempat baru, dan hidup baru yang sebenarnya menjadi seorang istri. Tetapi kenapa perkataan pria itu seakan dia benar-benar serius dengan pernikahan ini.
kok bisa dinikahkan sih ?
Duh kasihan sekali masih muda 17 tahun sudah dinikahkan, terlalu muda sekali, mana suaminya juga baru kenal.....kok begitu sih ?😭