NovelToon NovelToon
Pesan Mini Untuk Hati Dokter Beku

Pesan Mini Untuk Hati Dokter Beku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter Genius / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Wanita Karir / Romansa / Pembantu
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Dr. Tristan Aurelio Mahesa, seorang dokter jenius sekaligus miliarder pemilik rumah sakit terbesar, dikenal dingin, tegas, dan perfeksionis. Hidupnya hanya berputar di sekitar ruang operasi, perusahaan farmasi, dan penelitian. Ia menolak kedekatan dengan wanita mana pun, bahkan sekadar teman dekat pun hampir tak ada.

Di sisi lain, ada Tiwi Putri Wiranto, gadis ceria berusia 21 tahun yang baru saja resign karena bos cabul yang mencoba melecehkannya. Walau anak tunggal dari keluarga pemilik restoran terkenal, Tiwi memilih mandiri dan bekerja keras. Tak sengaja, ia mendapat kesempatan menjadi ART untuk Tristan dengan syarat unik, ia hanya boleh bekerja siang hari, pulang sebelum Tristan tiba, dan tidak boleh menginap.

Sejak hari pertama, Tiwi meninggalkan catatan-catatan kecil untuk sang majikan, pesan singkat penuh perhatian, lucu, kadang menyindir, kadang menasehati. Tristan yang awalnya cuek mulai penasaran, bahkan diam-diam menanti setiap catatan itu. Hingga akhirnya bertemu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Rumah besar itu berada tak jauh dari rumah sakit, berdiri kokoh dengan arsitektur modern namun tetap sederhana. Lampu taman menyala lembut ketika sebuah mobil hitam berhenti di depan pagar otomatis.

Tiwi turun sambil membawa totebag kain besar berisi bahan makanan. Rambut hitam panjangnya diikat setengah ke atas, kaus polos lengan panjang dipadukan dengan celana jeans, wajah cantiknya polos tanpa riasan, tapi tetap memancarkan aura yang segar.

“Pagi, Dokter Dingin,” sapa Tiwi begitu Tristan membuka pintu. Suaranya ringan, tapi matanya jelas menyiratkan keusilan.

Tristan yang baru saja melepas jas dokternya hanya mendengus. “Kau datang terlalu pagi.”

“Jam segini pagi apanya? Restoran keluarga aku aja udah nyala kompor dari subuh. Kamu itu yang keterlaluan, pulang pagi-pagi buta tapi langsung kabur ke rumah sakit lagi.” Tiwi masuk begitu saja tanpa menunggu izin, langsung melangkah ke dapur dengan percaya diri.

Tristan menghela napas, menutup pintu, lalu mengikuti gadis itu. Entah sejak kapan ia terbiasa dengan keberadaan Tiwi yang seenaknya sendiri di rumahnya.

Tiwi membuka kulkas, menata bahan-bahan segar. “Aku udah beliin salmon, sayuran organik, sama buah. Kamu butuh asupan gizi, bukan cuma kopi pahit yang bikin lambungmu bolong.”

Tristan menarik kursi tinggi dan duduk di meja bar dapur, memperhatikan gerak Tiwi. “Kau terlalu banyak bicara untuk seorang ART.”

Tiwi menoleh sebentar, tersenyum menyeringai. “Ya kan aku limited edition, Dok. Aku kerja di sini bukan karena butuh uang, tapi karena bosan di rumah. Jadi jangan bandingkan aku sama ART biasa, nanti sakit hati loh.”

Jawaban itu membuat Tristan tanpa sadar tersenyum tipis. Namun ia cepat-cepat menyamarkan dengan meneguk kopi.

Tiwi mulai memotong bawang, tangannya lincah. “Oh iya, aku lihat berita kemarin. Restoran keluarga aku rame banget, sampai viral di mana-mana. Aku yang trending loh, Dok. Nggak nyangka tamparanku bisa sehits itu.”

Tristan yang sedari tadi menahan diri akhirnya menatapnya serius. “Aku lihat videonya.”

Tiwi berhenti sejenak, lalu menoleh dengan senyum cuek. “Dan? Mau marahin aku?”

“Bukan,” jawab Tristan singkat. “Aku hanya ingin bilang… terima kasih sudah membela Mama. Tapi lain kali hati hati, jika Arina ganggu kamu lagi cepat kasih tau aku jangan diam saja"

Ucapan itu membuat dapur sejenak hening. Tiwi yang biasanya ceplas-ceplos justru terdiam, menatap Tristan dengan ekspresi sulit ditebak. Lalu ia tertawa kecil. “Ya ampun, akhirnya Dokter Dingin ini bisa juga bilang makasih dan perhatian sama aku. Catat di kalender, ini hari bersejarah.”

Tristan memutar bola matanya, kembali meneguk kopi. Tapi ada kehangatan samar di dadanya.

Sementara itu, Tiwi kembali fokus memasak. Aroma bawang putih tumis menguar, membuat ruangan terasa hangat.

Di luar rumah itu, seseorang tengah duduk di dalam mobil, memperhatikan dari kejauhan.

Arina.

Ia menggenggam ponsel dengan erat, matanya penuh kebencian ketika melihat siluet Tiwi di balik jendela dapur.

“Jadi ini kerjaanmu sekarang, hah? Masak-masak untuk Tristan? Perempuan kampung kayak kamu berani sekali masuk ke wilayahku,” bisiknya dengan nada getir.

Ia menyalakan ponsel, membuka aplikasi pesan, lalu mengetik cepat kepada seseorang:

“Aku butuh bantuanmu. Ada gadis yang harus diajari sopan santun. Kau masih ingat utangmu padaku, kan?”

Tak lama, sebuah balasan singkat muncul.

“Kapan dan di mana?”

Arina tersenyum miring. “Segera.”

Sore harinya, setelah selesai memasak dan membereskan dapur, Tiwi bersiap pulang. Ia menepuk tangannya, lalu mendekati Tristan yang tengah menulis laporan pasien di ruang kerjanya.

“Dok, aku pulang dulu ya. Jangan lupa makan malamnya aku taruh di kulkas, tinggal dipanasin.”

Tristan mengangguk tanpa menoleh. “Hati-hati di jalan.”

Tiwi memiringkan kepala, tersenyum geli. “Wah, makin hari kamu makin perhatian ya. Jangan-jangan jatuh cinta sama aku?”

Tristan berhenti menulis, menatapnya datar. “Pergi sebelum aku ubah pikiran dan suruh kau lembur sampai besok pagi.”

Tiwi tertawa keras, melambaikan tangan, lalu keluar rumah dengan riang.

---

Di jalan menuju halte, Tiwi berjalan sambil memainkan ponselnya. Angin sore berhembus, membuat rambutnya sedikit berantakan. Ia berhenti sejenak di minimarket untuk membeli minuman dingin.

Namun begitu keluar, tiga pria berpenampilan kasar mendekat.

“Heh, cantik. Sendirian aja?” salah satunya bersiul.

Tiwi mendongak, menatap mereka dengan tatapan santai tapi penuh kewaspadaan. “Minggir. Aku nggak punya waktu main sama kalian.”

Pria itu malah menahan lengannya. “Jangan gitu dong. Kita cuma mau kenalan.”

Dalam sekejap, Tiwi memutar pergelangan tangannya, lalu menyikut perut pria itu dengan keras. “Aku bilang minggir!”

Pria itu terhuyung, sementara dua temannya langsung maju. Tapi Tiwi lebih gesit. Dengan sekali tendangan ke lutut dan dorongan siku, keduanya jatuh meringis kesakitan.

Orang-orang sekitar mulai menoleh, beberapa merekam dengan ponsel. Tiwi berdiri tegak, wajahnya dingin meski napasnya sedikit memburu.

“Lain kali cari lawan yang setara. Jangan perempuan sendirian,” katanya sinis, lalu berjalan pergi meninggalkan mereka.

Tak ia sadari, dari kejauhan, seseorang merekam seluruh kejadian itu—dan mengirimkannya langsung pada Arina.

---

Malam itu, Tristan yang sedang bersiap istirahat menerima sebuah pesan anonim.

Ia membuka file video.

Matanya langsung melebar saat melihat sosok Tiwi melawan tiga pria di jalan.

“Ya Tuhan…” Tristan bergumam, setengah kaget setengah kagum. “Dia benar-benar gila.”

Tapi di balik kekhawatirannya, ada rasa bangga yang aneh. Tiwi tidak sekadar berani bicara—dia juga bisa menjaga dirinya.

Namun, Tristan sadar. Jika video ini beredar, nama Tiwi bisa semakin terseret gosip buruk. Ia mengepalkan tangan. “Arina… ini pasti ulahmu lagi.”

Di sisi lain, Tiwi pulang ke rumah dengan wajah lelah. Ia merebahkan diri di kasur, menatap langit-langit sambil tertawa kecil.

“Hari ini penuh drama lagi. Tapi… rasanya seru.”

Ia tidak tahu, di luar sana, badai besar sedang menunggunya.

Bersambung…

1
Cindy
lanjut kak
Su Wanto
next kak 💪💪
Supryatin 123
👍👍👍Tiwi lnjut thor 💪💪
Mineaa
Kalau kamu sampai tau sisi lain ART bar bar mu... .
weezzzzz lah....di jamin tambah termehek-mehek kamu....🤭
Tiara Bella
wow bener² Tiwi diluar prediksi BMKG wkwkwkkw....banyak kepinterannya
Arin
Jikalau suatu saat tau tentang sisi lain dari Tiwi, harusnya di maklumi ya, Dok.
Siapa sih orang nya yang akan diam saja, jika dapat perlakuan tidak baik dari orang lain? Tentunya orang itu juga akan melakukan pembalasan balik.
Supryatin 123
keren sekali tiwi👍👍👍sat set duarr lnjut thor 💪💪
Fransiska Husun
katakan peta katakan peta/Determined/
Mutiara Nisak
cantik sekali permainan nya arina,g cmn wajah nya aja yg cantik,tp....semuanya,makanya dokter dingin makin terjerat masuk pesona art limited edition....langka tp nyata....
Arin
Mantap.......Ternyata Tiwi bergerak dalam senyap. Gak sadarkan Arina, kalau musuh yang ingin kau incar dan akan kau jatuhkan malah duluan bergerak. Malah lebih mantap lagi yang datang kepadamu mereka orang-orang yang suaminya kau rebut🤭🤭🤭
Tiara Bella
wow Tiwi luar biasa ART limited edition....langsung ke intinya jatohin dr.alina
Cindy
lanjut kak
Rohmi Yatun
kereeeennn... kece badai si Tiwi.. suka gayamu😘😘💪
Mineaa
Amazing...ART bar bar.....🌹
Lope lope sekebon Author......🔥🔥🔥🔥🔥
Dewi Nafiah
Tiwi di lawan😍👍
Sribundanya Gifran
lanjut
Supryatin 123
semoga Tiwi bisa jaga diri.lnjut thor 💪💪💪
Mineaa
Siapapun di luar sana....
Tak kan mudah kalian menumbangkan
si bar bar ART.....💪🔥🔥🔥🔥🔥
Cindy
lanjut kak
Tiara Bella
si arina ini gk ada kapoknya ya....mw dibui apa gimana nh orng....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!