Antara cinta dan peluru, yang manakah yang akan dipilih Arabella maupun Marcello? Akankah mereka berpisah dan saling membenci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Markas logistik suplai senjata Nyx Division. Tiga orang pria bergerak cepat penuh tekat. Mereka berpencar dengan tugas masing-masing.
Melakukan sabotase cctv, mengambil uang tunai dan menangkap mantan anggota Nyx yang bisa dijadikan mata-mata.
"Jangan sampai semua terbunuh. Sisakan satu orang Informan yang bisa dilatih menjadi mata-mata." kata Oliver kepada kedua rekannya.
"Semua kita lakukan bukan hanya untuk kematian Arabella. Tapi untuk anak-anak yang tidak berdosa. Nyx hanyalah organisasi terkutuk yang menjadikan anak anak dibawah umur sebagai alat untuk proyek." kata Marcello dengan tatapan tajam dan membunuh.
"Baik. Mari kita bergerak cepat sebelum mereka menyadari kedatangan kita."
Marcello dan Oliver mengangguk mendengar instruksi Jacob.
Mereka hanya membawa perlengkapan sederhana seperti bom improvisasi, senapan yang tersembunyi dan strategi yang sudah disusun rapi sejak tadi malam.
Malam itu angin garam terasa asing. Lampu dermaga menyala dengan jarak yang cukup berjauhan. Gudang yang menjadi target berdiri tidak terlalu jauh dari dermaga.
Terlihat puluhan kapal kargo kecil menempel di pinggir dermaga dengan bayangan kontainer yang memanjang kearah laut.
Dibalik semua itu, tiga bayangan pria bergerak kearah yang berlawanan. Dan malam itu terlihat dua orang asing yang ikut bergabung bersama mereka. Kate, seorang hacker muda kenalan Oliver dan Thomas mantan nahkoda pelabuhan.
"Sekali lagi, jangan lakukan pembunuh jika tidak dalam keadaan terdesak." kata Jacob kepada kedua rekannya. Sementara Kate duduk di atas pohon memantau keadaan di gudang menggunakan hasil CCTV yang sudah dihack.
Thomas pura-pura menjadi nakhoda kapal dari kapal kargo yang masih antri menunggu giliran keberangkatan.
"Kamera 3 dan 7, ada blind spot di sudut Utara. Seorang pria melangkah kearah jarum jam. Aku akan membekukan cctv selama beberapa menit agar pergerakan kalian tidak terdeteksi."
"Kalian hanya memiliki waktu selama 15 menit." kata Kate memantau layar laptop miliknya.
"Aku ada dibalik kemudi perahu kargo, jika kalian dalam kondisi genting, beritahu aku." kata Thomas dari sambungan interkom yang terhubung di telinganya.
"Sepertinya malam ini mereka sibuk melakukan pengiriman. Banyak senjata yang akan mereka kirim hari ini." tambah Thomas.
Tak ada satupun yang menyadari obrolan mereka, karena pria itu memiliki rambut panjang seperti rambut wanita pada umumnya. Bahkan pergerakan bibir dan tubuhnya tidak selaras.
Oliver memeriksa senjata yang di pakainya, lalu berkata melalui sambungan interkom.
"Marcello, kau yang mengambil alih kurir. Kau yang paling berpengalaman mengeksekusi target dalam keadaan genting."
Marcello mengangguk dan berucap dengan suara pelan. "Aku yang akan melakukanya. Sementara Jacob yang akan menutup jalur belakang."
"Kate, lakukan." kata Oliver memberikan instruksi.
Mereka merayap untuk menyembunyikan bayangan tubuh mereka.
"Sekarang." kata Kate dari sambungan interkom.
Mereka bergerak dengan posisi merayap kearah yang sudah ditentukan sebelumnya.
Lampu gudang berkedip, kamera cctv menampilkan layar yang membeku pada monitor pengawas internal. Hanya petugas keamanan yang menyadari masalah itu.
Disisi lain suara mesin kecil terdengar hingga membangunkan beberapa pekerja yang sedang beristirahat.
Disaat yang bersamaan, Jacob masuk ke dalam lubang ventilasi yang dibuka menggunakan kunci yang diberikan Thomas.
"Seorang petugas keamanan sedang melangkah kearah timur. Hati-hati, jangan sampai target menyadari keberadaan kalian."
Disisi lain
Marcello sudah masuk ke dalam sebuah gudang yang dipenuhi oleh bau oli dan plastik. Ia menyelinap, menempel pada bayangan kontainer saat menyadari kedatangan 2 orang pria sembari membawa sebuah dokumen besar.
Salah satu dari mereka memberikan dokumen itu kepada seorang pria yang Marcello duga sebagai seorang kurir yang akan mengirim semua senjata Nyx.
Kurir itu menerima dokumen dengan wajah gugup sebelum berlalu sana. Ia melangkah keluar, dan diikuti oleh Marcello dari belakang.
Kurir itu menghentikan langkahnya saat menyadari bayangan hitam mengikutinya dari belakang. Ketika Ia membalikkan tubuhnya, mulutnya dibungkam pakai sapu tangan yang sudah dibaluri obat bius.
Thomas berusaha keras mengalihkan perhatian petugas keamanan disaat ketiganya sedang menyelinap masuk ke dalam.
Jacob berhasil melumpuhkan dua orang petugas saat dalam keadaan genting. Ia tidak bisa menempati janjinya untuk tidak membunuh.
Sementara Oliver berusaha menyelinap melalui gudang bagian belakang. Ia ingin melumpuhkan jaringan komunikasi yang terpasang di atas genteng.
"Kate, aku melihat satu cctv dibelakang gudang yang masih aktif untuk mencapai jaringan satelit."kata Oliver dari sambungan interkom miliknya.
"Baik. Kau memiliki waktu 2 menit sebelum mereka menyadarinya." sahut Kate membekukan tangkapan layar cctv.
Di sisi lain
Marcello membawa kurir itu ke tempat yang lebih gelap. Disaat yang bersamaan, kurir itu perlahan membuka matanya. Ia hanya pingsan selama beberapa menit. Karena dosis obat bius yang diberikan Marcello tidak terlalu banyak.
"Apa kau baik-baik saja? Aku tidak ada niat menyakiti mu." kata Marcello dengan wajah datar.
"Apa kau tahu siapa atasan mu? Siapa orang yang bertanggung jawab memperkerjakan mu?" tambahnya membuka penutup wajahnya.
"Aku tidak tahu, kami berkerja mengikuti instruksi yang setiap hari bisa berubah." jawab kurir dengan wajah tegang.
"Tapi, kami akan melewati jalur yang sama setiap tiga kali dalam sebulan. Contohnya pelabuhan ini. Kami akan melewatinya tiga kali dalam sebulan. Jika Anda menginginkan data lebih, semua data yang anda butuhkan ada di kantor utama." jelasnya.
"Jika kau ingin hidup, aku mau membuat kesepakatan denganmu."
"Apa itu?" tanya kurir itu dengan cepat.
"Bantu aku mendapatkan data yang aku inginkan." jawab Marcello.
"Sepakat." kurir mengangguk dengan cepat.
Ditunggu judul barunya dan lanjutannya ya🙏👍