Aris putra abraham adalah anak indigo yang menolak menjadi indigo. dia merasa Tuhan salah teknis ketika menciptakannya dengan kelebihan yang bisa melihat makhluk tak kasat mata. setiap kali bertemu makhluk halus aris selalu menghindar. selain takut, dia juga tak sudi terjun ke dunia perhantuan. sampai seorang gadis Misterius penuh dengan teka-teki, Miya Aluna Dhawa.saat berdekatan dengan gadis dada Aris terasa sangat sakit dan Aris juga melihat kalau Miya di penuhi puluhan makluk halus yang menggerogoti jiwanya, hingga Aris mengasah kemampuan nya untuk memecahkan teka-teki pada gadis itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izza naimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
pagi-pagi Aris dan Leon sudah kena Sembur mama. ya, Bagaimana tidak. pulang-pulang Mama mendapati televisi menyala, laptop Leon masih ada di ruang tamu, pintu depan tidak terkunci, dan lebih parah, motor Mama di garasi rusak.
Mama jelas langsung emosi. seharusnya dilampiaskan tadi malam, tapi papa bilang sudah larut malam. anak-anak pun sudah pada tidur. jadilah pagi ini Mama ngemil-ngomel hingga berimbas pada nasi goreng yang dibuatnya.
asin, kebanyakan kecap dan ada yang gosong. tanpa tambahan lauk pula.
Papa diam saja. begitu juga Leon dan Aris. dalam tekanan dan derita mereka makan Masakan mama yang sedang dalam mode banteng.
Setelah Mama agak tenang dan sarapan sudah selesai barulah Leon menceritakan semua kejadiannya. mulai dari mereka menabrak tembok hingga diganggu kuntilanak, dan berakhir dengan tidur berdua di kamar Leon.
" mama sama papa kan sudah sering bilang sama kalian, kalau keluar rumah itu baca doa, atau berkendara juga baca doa, supaya di jalan nggak ada apa-apa. itu kalau nggak pernah dengerin omongan mama! kualat kan!"
Aris meraih gelas susunya, dengan muka tak berdosa, dia meminumnya sampai habis.
"AAHHHH.... mantap"
sontak saja semua mata tertuju padanya. terlebih mama, tatapan menyalanya seakan memancarkan kilatan cahaya setajam silet.
" Aris! kamu denger nggak apa yang Mama bilang?!"
" dengar, Ma"
" Lean tanggung jawab kok, Ma. nanti motor mama, Leon Bawa ke bengkel" ujar Leon.
" itu! contoh tuh Kakak kamu. bertanggung jawab!"
Aris mencebik. rupanya tidak hanya dibandingkan dengan anak tetangga saja yang sakit, tapi dibandingkan dengan saudara kandung sendiri pun tak kalah sakit.
" Iya. Aris nggak tanggung jawab, bandel, bisanya ngerusak aja"
" kamu itu kalau dibilangin selalu kayak gitu"
" ma" lerai papa.
" udah, Leon. kamu Fokus aja sama tugas akhirmu. motor mama biar Papa yang urus. Nanti papa telepon orang bengkel langganan kita biar motornya diambil"
Leon mengangguk.
setelah itu senyap.
" Pah" panggil Leon.
" setelah Leon pikir-pikir dan cari tahu lebih lanjut tentang universitas yang Papa tawarkan, Leon setuju lanjutin studi di sana"
papa dan mama yang mendengar itu tentu tersenyum lebar.
" Baguslah kalau kamu setuju, Papa memang berharap banget kamu bisa menyelesaikan S2 di sana" ujar papa.
Aris mencibir.
" baru Lihat kunti sekali aja udah mau kabur dari Indonesia"
Leon meliriknya tajam.
mama jadi penasaran.
" Memangnya benar kalian diganggu kuntilanak?"
"Iya, Ma. tanya aja sama Bang jek. dia kan nggak pernah bohong." Sindir Aris.
" Mama kok jadi takut ya"
" takut apa sih, Mah?" tukas papa.
" takut kuntilanak, pa. gimana kalau kita diganggu juga. Mama nggak mau kalau sampai ketemu kuntilanak itu"
"! kuntilanak itu nggak netap di sini. Paling itu kuntilanak dari rumah Bu Wening, nyebrang sembarangan sampai buat kami celaka, ya kan bang?"
" iya"
" tapi kalau sampai netep di sini?"
" Mama tenang aja. kan kita punya pawang hantu" Leon melirik Aris.
Aris mendatarkan ekspresinya.
" gue bukan dukun"
" lo kan pangeran"
" halah, itu lagi yang dibahas" harus beranjak dari kursinya, bersiap berangkat sekolah. Malas kalau sudah ngomongin soal pangeran-pangeran.
" gitu doang ngambek " ngejek Leon.
Aris tak perduli, dia mencium punggung tangan mama dan papa sebelum berangkat.
" gue nggak nih?" Leon menyadarkan tangannya.
Aris mendengus, terpaksa mencium tangan Leon karena dilihat hati papa. saat melewati ruang tamu, tak sengaja dari ekor matanya, Aris melihat sosok berdiri di tangga. sontak dia menoleh.
dan kuntilanak itu masih ada di rumahnya.
Oh shit!
Kenapa dia masih di sini?
Aris kembali berjalan lurus, enggan lama-lama bertatapan dengan si Kunti. dari aromanya, mencium bau anyir yang begitu pekat, Aura dendam dan amarahnya pun masih membara.
seperti cintanya pada Miya.
kalau yang begini-begini biasanya kuntilanak newborn. baru mati setidaknya 6 sampai 12 bulan yang lalu.
Aris berangkat sekolah dengan motornya. sampai di sekolah pas sekali bersamaan dengan Miya yang baru turun dari mobil. dengan semangat Aris menghampiri gadis itu.
niatnya ingin mengagetkan Miya, tapi malah iya yang dikagetkan dengan pot di atas kepala Gadis itu yang akan jatuh.
sontak saja Aris menarik Miya, dan pot yang menggantung di balkon lantai 3 jatuh, lalu pecah menghantam lantai.
Miya syok, begitu juga para murid yang berlalu-lalang di sana.
Aris melihat ke atas, ada bayangan hitam yang hendak kabur. jadi itu yang berniat mencelakai Miya? Sialan! dengan emosi memuncak, Aris mengambil batu yang ada di dalam pot, kemudian melemparnya ke bayangan hitam di atas.
" Allahu Akbar!"
Tuk!
tepat sasaran. bayangan hitam itu hancur menjadi abu.
"Aris, ada apa? " tanya Miya, heran dengan tingkah Aris.
" bukan apa-apa. kamu baik-baik saja?"
Miya mengangguk. Jika saja Aris telat, mungkin kepalanya yang akan pecah. lagi pula bagaimana bisa pot dari lantai 3 jatuh ke bawah. kalau dipikir-pikir sangat tidak masuk akal.
" Miya, kamu nggak apa-apa?" si ketua OSIS, Hakim. menghampiri Miya dengan khawatir layaknya Pahlawan Kesiangan.
Miya menggeleng Canggung.
Aris menekuk alis. apa-apaan ini? Sejak kapan Hakim dekat dengan calon pacarnya?
Hakim mendongak.
" Astaga Gimana bisa pot ini jatuh"
Sumpah! Aris benar-benar tidak suka cara Hakim Miya yang seolah menunjukkan ketertarikan. Iya lantas menggenggam tangan Miya, dan membawanya pergi.
" ayo, Miya "
"Miya harus ke UKS" sela Hakim.
" dia nggak apa-apa " Ketus Aris, tanpa peduli tetep mengajak Gadis itu pergi.Miy pasrah saja tangannya ditarik-tarik.
" kenapa ke kantin?"
" Kamu udah sarapan?" tanya Aris berubah lembut.
Miya mengguk.
" Aku juga udah, tapi pengen ngemil" Aris tersenyum manis.
Miya menunduk kikuk, Iya melirik tangannya yang masih digenggam Aris. pipinya merona.
sepanjang jalan menuju kantin banyak sekali yang menyapa Aris, dari adik kelas sampai ke kakak kelas. Perempuan atau pun laki-laki. dan Aris pun membalas mereka tak kalah ramah.
Dari disni Miya mengetahui bahwa Aris sangat humble, dia seorang social butterfly hingga banyak di kenal orang. baik dan juga murah senyum.
Tibanya di kantin, Aris meminta Miya dduduk duluan, sementara dirinya akan membeli cemilan. dia membeli banyak snacks dan roti, serta dia minuman berbeda.
Satu botol cappucino untuknya, dan satu kotak susu coklat untuk Miya.
" makasih "
" sama-sama " sayang. Aris tersenyum. lidahnya terasa kaki saat ingin memanggil Miya sayang. Rasanya panggilan itu tidak cocok untuk gadis itu kalau hanya sekedar lelucon.
baginya Miya bukan lelucon. Miya sangat spesial, satu-satunya gadis yang paling spesial, hingga Aris akan menyematkan kata sayang di belakang nama Gadis itu nanti, saat hubungan mereka bukan lagi hanya sekedar teman.
" kamu kok bisa kenal sama Hakim?"
.
.
.