NovelToon NovelToon
Meluluhkan Hati Tuan Ferguson

Meluluhkan Hati Tuan Ferguson

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Anak Kembar / Pengantin Pengganti Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Pengasuh
Popularitas:933
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Isabella Rosales mencintai Alex Ferguson dan ketiga anak kembar mereka—Adrian, Eren, dan Alden—lebih dari hidupnya sendiri. Namun, kebahagiaan mereka direnggut secara paksa. Berasal dari keluarga Rosales yang merupakan musuh bebuyutan keluarga Ferguson, Isabella diancam oleh keluarganya sendiri: tinggalkan Alex dan anak-anaknya, atau mereka semua akan dihancurkan.

Demi melindungi orang-orang yang dicintainya, Isabella membuat pengorbanan terbesar. Ia berpura-pura meninggalkan mereka atas kemauannya sendiri, membiarkan Alex percaya bahwa ia adalah wanita tak berperasaan yang memilih kebebasan. Selama lima tahun, ia hidup dalam pengasingan yang menyakitkan, memandangi foto anak-anaknya dari jauh, hatinya hancur setiap hari.

Di sisi lain kota, Celine Severe, seorang desainer yatim piatu yang baik hati, menjalani hidupnya yang sederhana. Jiwanya lelah setelah berjuang sendirian begitu lama.

Takdir mempertemukan mereka dalam sebuah malam yang tragis. Sebuah kecelakaan hebat terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Dunia menyusut menjadi ruang kecil yang bergetar di antara dua pasang mata, di bawah langit malam di taman atap. Jari-jari Alex yang hangat masih menempel ringan di pipi Isabella, sebuah sentuhan yang meruntuhkan lima tahun pertahanan dan membangkitkan hantu-hantu kerinduan yang paling dalam. Udara terasa begitu tipis hingga seolah bisa terbakar. Isabella melihat di mata Alex sebuah pergulatan yang sengit—antara logika yang menolak dan hati yang tak bisa lagi menyangkal. Pria itu sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan. Momen itu ada di sana, mengambang di udara, sebuah ciuman yang telah lama tertunda.

Sebagian dari diri Isabella—bagian yang masih merupakan Isabella Rosales, sang istri—menjerit dalam kebahagiaan. Ia menginginkan ini lebih dari apa pun. Untuk merasakan bibir suaminya lagi, untuk menutup jurang lima tahun yang menyakitkan itu, bahkan jika hanya untuk sesaat.

Namun, saat bibir Alex hanya berjarak beberapa sentimeter darinya, sebuah gelombang kepanikan yang dingin dan jernih menghantamnya, memadamkan semua gairah. Suara akal sehatnya, suara Celine Severe, berteriak di dalam benaknya.

Ini salah! Dia tidak menciummu. Dia mencium seorang wanita bernama Celine. Dia mencium sebuah ilusi, gema dari istrinya. Jika kau membiarkan ini terjadi, semua ini dibangun di atas kebohongan. Kau akan menyakitinya lebih dalam saat kebenaran terungkap.

Dan yang lebih menakutkan: dalam momen kelemahan ini, ia mungkin akan membisikkan namanya yang asli. Ia akan menghancurkan segalanya.

Dengan kekuatan yang tidak ia tahu ia miliki, Isabella adalah orang yang memutus mantra itu. Gerakannya halus namun tegas. Ia meletakkan telapak tangannya dengan lembut di dada Alex, menciptakan jarak beberapa sentimeter di antara mereka. Ia kemudian menundukkan kepalanya, memutus kontak mata mereka yang berbahaya. Kehangatan dari sentuhan Alex di pipinya menghilang saat pria itu menarik tangannya seolah tersengat listrik.

"Sudah... sudah sangat larut, Tuan... Alex," bisik Isabella, suaranya gemetar oleh badai emosi yang baru saja ia redam. "Saya... saya harus beristirahat. Anak-anak bangun sangat pagi."

Alasan itu terdengar lemah dan dibuat-buat bahkan di telinganya sendiri. Ia telah menggunakan perannya sebagai "pengasuh" sebagai perisai terakhir untuk mendorong pria itu menjauh.

Alex membeku sesaat, tertegun oleh penolakan halus itu. Kemudian, wajahnya yang tadi melunak oleh kerentanan, kini mengeras kembali dengan cepat. Rasa malu, penolakan, dan kemarahan pada dirinya sendiri melintas di matanya sebelum ia berhasil menyembunyikannya di balik topeng dinginnya yang familier. Dinding es yang tadinya retak kini dibangun kembali dalam sekejap, lebih tinggi dan lebih tebal dari sebelumnya.

"Tentu saja," katanya, suaranya kembali datar dan formal, tajam seperti pecahan kaca. "Nona Severe."

Penekanan pada nama belakangnya terasa seperti sebuah tamparan. Ia sengaja mengembalikan wanita itu ke tempatnya. Ke dalam kotaknya sebagai seorang karyawan.

Tanpa sepatah kata pun, Alex berbalik dan berjalan dengan langkah cepat meninggalkan taman itu, menghilang ke dalam kegelapan sayap pribadinya.

Isabella tetap berdiri di sana, gemetar hebat di tengah hembusan angin malam. Ia telah berhasil. Ia telah mundur dari tepi jurang. Ia telah melindungi rahasianya. Tapi mengapa rasanya seperti ia baru saja menghancurkan sesuatu yang sangat berharga dan rapuh? Air mata frustrasi yang panas mengalir di pipinya. Ia menangis bukan hanya untuk apa yang telah hilang, tetapi juga untuk apa yang hampir ia dapatkan kembali.

Keesokan paginya, kehangatan dan keintiman dari malam perayaan itu telah menguap tanpa jejak. Sebagai gantinya, sebuah ketegangan yang canggung dan dingin menyelimuti Rumah Awan Pelangi. Ketegangan itu begitu tebal hingga bahkan para staf pun bisa merasakannya, membuat mereka berjalan berjinjit dan berbicara dalam bisikan.

Alex benar-benar kembali menjadi Kaisar Es. Ia keluar dari kamarnya pagi itu dengan setelan jas yang sempurna, wajahnya tak menunjukkan ekspresi apa pun. Ia sarapan dalam diam, membaca berita di tabletnya, sama sekali tidak mengakui kehadiran Isabella di ruangan itu. Ia menghindari kontak mata, dan jika terpaksa harus berbicara padanya, ia akan menyampaikannya melalui Nyonya Diana.

Bagi Isabella, ini lebih menyakitkan daripada kemarahan Alex yang terbuka. Diabaikan, dianggap tidak terlihat setelah mereka hampir berbagi momen yang begitu intim, terasa seperti sebuah penolakan yang brutal. Ia mencoba untuk fokus pada anak-anak, menenggelamkan dirinya dalam tawa dan permainan mereka. Tetapi bahkan anak-anak pun merasakan perubahan itu.

"Kenapa Ayah diam lagi, Mama Celine?" tanya Eren saat mereka sedang menggambar. Pertanyaan polos itu menusuk langsung ke hati Isabella.

Ia hanya bisa memberikan senyum sedih. "Ayah mungkin hanya lelah karena banyak pekerjaan, sayang."

Sore harinya, saat ia sedang membantu anak-anak dengan camilan mereka, Nyonya Diana mendekatinya. "Nona Severe, Tuan Ferguson meminta Anda menemuinya di perpustakaan setelah anak-anak tidur."

Perintah itu terdengar formal dan dingin, mengirimkan gelombang kecemasan ke seluruh tubuh Isabella. Apakah ini saatnya? Apakah Alex akan memecatnya karena kejadian semalam?

Malam itu, dengan hati berdebar, ia masuk ke perpustakaan. Alex sudah duduk di sana, di ujung meja yang panjang, menciptakan jarak fisik yang maksimal di antara mereka. Ruangan yang beberapa malam lalu terasa hangat dan kolaboratif, kini terasa seperti ruang sidang.

Alex tidak membuang waktu untuk basa-basi. Ia tidak menyinggung kejadian di taman. Ia menggunakan pekerjaan sebagai perisai dan senjatanya.

"Nona Severe," katanya, mendorong sebuah tablet besar melintasi meja ke arahnya. "Saya baru saja menerima email dari tim desain interior. Prototipe render 3D pertama untuk 'Bus Pelangi' sudah siap untuk kita tinjau."

Isabella menarik tablet itu mendekat. Di layar, terpampang desain yang indah dan penuh warna. Ini memaksa mereka untuk berinteraksi, untuk kembali ke peran mereka sebagai rekan kerja.

Selama satu jam berikutnya, mereka bekerja dalam ketegangan yang canggung. Mereka harus mencondongkan tubuh ke arah layar yang sama, bahu mereka sesekali hampir bersentuhan, membuat keduanya menjadi sangat sadar akan kehadiran fisik satu sama lain. Anehnya, saat mereka mulai membahas detail desain—penempatan kursi, pilihan warna, fungsionalitas ruang—profesionalisme mereka mengambil alih. Mereka kembali jatuh ke dalam irama kolaborasi yang mudah, berdebat tentang estetika dan kepraktisan seolah-olah tidak ada hal lain yang lebih penting di dunia.

Saat mereka akhirnya menyelesaikan revisi, dan pekerjaan itu selesai, perisai itu pun hilang. Keheningan yang canggung kembali mengisi ruangan.

Isabella mulai membereskan catatannya, bersiap untuk pergi.

"Tunggu," kata Alex.

Isabella berhenti, jantungnya kembali berdebar.

Alex berdiri, berjalan menuju jendela, membelakanginya. "Mengenai malam itu di taman, Nona Severe," katanya, suaranya rendah dan terkendali. "Itu adalah sebuah kesalahan penilaian dari pihak saya. Tidak akan terjadi lagi."

Ia berhenti sejenak, sebelum menambahkan, "Hubungan kita di sini adalah murni profesional. Saya harap Anda mengerti."

Kata-kata itu seharusnya menjadi sebuah kelegaan. Sebuah jaminan bahwa ia tidak akan melewati batas lagi. Sebuah konfirmasi bahwa rahasianya aman. Tapi saat Isabella mendengarnya, yang ia rasakan bukanlah kelegaan. Yang ia rasakan adalah sayatan yang tajam dan dingin di hatinya.

"Saya mengerti, Tuan Ferguson," jawabnya pelan, suaranya terasa hampa.

Alex mengangguk, masih tidak berbalik. "Bagus. Anda boleh pergi."

Isabella berjalan keluar dari perpustakaan itu, setiap langkah terasa berat. Alex telah membangun kembali dinding di antara mereka, kali ini dengan batu bata dan semen yang diperkuat. Pria itu telah menegaskan batasannya. Dan Isabella tahu bahwa ia sendirilah yang telah memberikan batu bata pertama pada Alex saat ia mundur tadi malam. Dalam usahanya yang putus asa untuk melindungi masa lalunya, ia mungkin baru saja mengorbankan masa depannya.

1
Indah Ratna
bagus thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!