NovelToon NovelToon
Accidentally Yours

Accidentally Yours

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / CEO / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Dokter
Popularitas:11.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mutia Kim

Velora, dokter muda yang mandiri, tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah hanya karena satu janji lama keluarga. Arvenzo, CEO arogan yang dingin, tiba-tiba menjadi suaminya karena kakek mereka dulu membuat perjanjian yakni cucu-cucu mereka harus dijodohkan.

Tinggal serumah dengan pria yang sama sekali asing, Velora harus menghadapi ego, aturan, dan ketegangan yang memuncak setiap hari. Tapi semakin lama, perhatian diam-diam dan kelembutan tersembunyi Arvenzo membuat Velora mulai ragu, apakah ini hanya kewajiban, atau hati mereka sebenarnya saling jatuh cinta?

Pernikahan paksa. Janji lama. Ego bertabrakan. Dan cinta? Terselip di antara semua itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutia Kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22. Kamu cantik dan polos

Koridor rumah sakit pagi itu dipenuhi cahaya matahari yang menembus kaca besar, membuat suasana lebih hangat dari biasanya. Suara langkah tergesa-gesa terdengar, Mela berjalan cepat ditemani Pradipta dan Wardhana. Mereka baru saja mendapat kabar dari pihak rumah sakit jika Arvenzo sudah sadar dari komanya.

Hati mereka berdebar kencang. Kekhawatiran semalam berganti dengan harapan besar.

Begitu pintu ruang VVIP didorong perlahan, ketiganya spontan menghentikan langkah.

Di dalam, sinar matahari pagi menerobos tirai tipis, jatuh tepat ke ranjang pasien. Arvenzo terbaring dengan wajah lebih segar meski masih pucat.

Velora tertidur di sisinya, kepalanya bersandar di dada suaminya, sementara tangan Arvenzo melingkupinya erat. Keduanya tampak damai, seolah dunia luar menghilang, seolah hanya ada mereka berdua.

Mela menutup mulutnya, matanya berkaca-kaca. “Ya Tuhan,” bisiknya, hampir tak percaya melihat putranya dan menantunya sedekat itu.

Pradipta berdiri tegak, bahunya yang biasanya kaku kini sedikit merosot lega. Tatapannya melembut, meski bibirnya hanya mengulas senyum tipis.

Wardhana, sang kakek, bertopang pada tongkatnya. Ia tersenyum bijak, sorot matanya penuh arti. “Lihatlah mereka... sepertinya Tuhan telah menunjukkan jalan yang benar untuk cucuku.”

Mela melirik ke arah suaminya, lalu kembali menatap pemandangan itu. “Aku rasa Arven sudah menemukan penopang hidupnya. Aku berharap dia bisa melupakan Vania,” ucapnya pelan, hampir seperti doa.

Mereka bertiga saling berpandangan, lalu tersenyum bersama senyum lega, syukur, dan kebahagiaan.

Tak ada satupun yang ingin membangunkan pasangan itu. Biarlah pagi ini menjadi milik Arvenzo dan Velora, pagi yang mungkin akan menjadi titik awal baru bagi hubungan mereka.

“Bagaimana kalau kita biarkan dulu mereka? Kita sarapan sebentar di kafetaria. Tadi malam kita semua juga belum makan dengan baik.”

Pradipta mengangguk pelan. “Benar. Kita beri mereka waktu.”

Wardhana tersenyum bijak, tongkatnya diketuk pelan ke lantai. “Ya, biarkan anak muda itu merasakan ketenangan setelah badai yang mereka lalui.”

Mereka bertiga akhirnya melangkah menjauh dengan hati yang lebih ringan, meninggalkan ruangan VVIP itu dalam ketenangan penuh cahaya pagi.

Di dalam ruangan, hening hanya dipecah oleh bunyi mesin monitor yang berdetak teratur. Tirai tipis bergoyang pelan karena hembusan angin dari ventilasi.

Arvenzo perlahan membuka mata. Pandangannya sempat buram sebelum akhirnya fokus menatap langit-langit ruangan. Beberapa detik kemudian, ia menyadari ada sesuatu yang hangat dan lembut di dadanya.

Menunduk sedikit, ia melihat Velora tertidur pulas di pelukannya, rambutnya berantakan menutupi sebagian wajah, napasnya teratur, tenang.

Senyum tipis muncul di bibir Arvenzo. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia merasa hatinya damai hanya dengan menatap seseorang di sisinya. Tangannya yang lemah bergerak, jemari panjangnya menyibak pelan helaian rambut Velora agar tidak menutupi wajah cantiknya.

“Velora...” bisiknya lirih, nyaris tak terdengar.

Velora bergumam kecil, tubuhnya sedikit bergerak tapi masih terlelap. Arvenzo menatapnya lebih lama, dadanya bergetar dengan perasaan yang sulit ia pahami. Ada rasa syukur, ada kehangatan, dan ada keyakinan baru yang muncul perlahan bahwa keberadaannya bersama Velora bukan sekedar takdir, melainkan jalan yang memang harus ia jalani.

Arvenzo menutup matanya sebentar, membiarkan senyum itu bertahan di bibirnya.

Velora mulai bergerak kecil, matanya perlahan terbuka. Pandangannya masih samar sebelum akhirnya fokus pada sosok Arvenzo yang ternyata sudah terjaga. “Kamu sudah bangun?” tanyanya kaget.

Arvenzo tersenyum dan mengangguk kecil. “Dari tadi. Aku cuma liatin kamu tidur.”

Velora terdiam sejenak, lalu mengernyit. “Lihat aku tidur?”

“Iya,” jawab Arvenzo pelan tapi tegas. “Ternyata kamu cantik dan polos banget kalau lagi begini.”

Sekejap wajah Velora memanas, pipinya merona. Ia buru-buru bangkit sedikit, berusaha menghindari tatapannya. “Kamu baru sadar, tapi masih sempat-sempatnya godain aku.”

Arvenzo terkekeh pelan, matanya tetap menatap Velora dengan hangat. Tangannya terulur, mengusap pipi istrinya sebentar. “Aku nggak bercanda, Vel.”

Velora terdiam, jantungnya berdetak lebih cepat. Ia tak sanggup menatap balik, tapi senyum samar muncul di bibirnya entah karena malu, atau karena hatinya benar-benar mulai goyah.

Panas yang merambat di wajahnya tak bisa Velora sembunyikan. Ia buru-buru bangkit dari sisi ranjang, mencoba menghindari tatapan suaminya. “Aku ke kamar mandi dulu,” katanya tergesa sebelum benar-benar masuk ke kamar mandi yang ada di ruang rawat itu.

Begitu pintu tertutup rapat, Velora bersandar pada dinding, napasnya tak beraturan. Ia melangkah ke wastafel, menatap bayangannya di kaca. Tangannya refleks menempel di dada yang berdebar kencang, lalu menepuk-nepuk pipinya yang memerah.

“Astaga, kenapa jantungku begini,” gumamnya lirih, mencoba menenangkan diri.

Setelah beberapa menit, ia memutuskan mandi. Air hangat sedikit banyak meredakan kekalutan pikirannya. Usai berganti pakaian kerja yang rapi, ia kembali keluar dengan wajah yang lebih segar, meski semburat merah di pipinya belum benar-benar hilang.

Arvenzo sudah menunggu, duduk sedikit bersandar di ranjang dengan wajah yang tampak lebih segar. Velora datang membawa nampan sarapan dari meja kecil. “Sebelum aku berangkat kerja, kamu harus makan dulu.”

Arvenzo menatap bubur rumah sakit itu dengan wajah tidak puas. Begitu Velora menyuapkan sesendok ke mulutnya, ia langsung mengerutkan dahi. “Vel... jujur ya, ini rasanya aneh. Hambar banget.”

Velora tertawa kecil melihat ekspresi suaminya. “Namanya juga makanan rumah sakit, Ar. Memang dibuat nggak banyak bumbu.”

Arvenzo menghela napas panjang, tapi tetap membuka mulut saat Velora menyuapi lagi. “Nggak enak banget kalau terus begini yang ada aku bisa makin stres.”

Velora menatapnya dengan senyum sabar, lalu menunduk sedikit. “Kalau kamu sabar, begitu sembuh benar, aku janji akan masakin sendiri buat kamu. Yang enak, yang sesuai seleramu.”

Arvenzo sempat terdiam, lalu tersenyum samar sambil menatap istrinya. “Aku tunggu janji itu.”

Tak lama kemudian, pintu kamar diketuk, lalu terbuka. Mela, Pradipta, dan Wardhana masuk dengan wajah cemas bercampur lega.

“Arven, sayang, bagaimana perasaanmu sekarang?” tanya Mela sambil cepat menghampiri putranya di ranjang.

Pradipta menatap putranya penuh perhatian. “Masih sakit di perutmu?”

Wardhana, dengan tongkat di tangan, menambahkan lembut, “Syukurlah kamu sudah sadar, Nak. Kamu bikin kami semua khawatir.”

Arvenzo menatap mereka bergantian, lalu tersenyum tipis. “Aku sudah jauh lebih baik, Ma, Pa, Kek. Terima kasih sudah di sini.”

Velora yang masih memegang sendok ikut tersenyum, meski dalam hatinya masih tersisa debar yang belum hilang sejak tadi.

Mela duduk di sisi ranjang, menatap putra dan menantunya dengan senyum penuh arti. “Mama jadi ingat tadi pagi Mama sempat lihat sesuatu,” ujarnya pelan.

Velora yang sedang menyuapi Arvenzo langsung menoleh cepat. “Lihat apa, Ma?” tanyanya kikuk.

Pradipta ikut menimpali, nada suaranya ringan. “Kalian berdua tertidur pulas, sampai Papa hampir nggak tega bangunin. Sepertinya nyaman sekali, ya.”

Pipi Velora langsung panas, ia buru-buru menunduk, tak sanggup menatap siapa pun.

Wardhana tersenyum lebar sambil mengetukkan tongkatnya pelan ke lantai. “Ah, kakek jarang melihat pemandangan yang menyejukkan hati begitu. Kalian berdua seperti lupa dunia luar.”

Velora makin salah tingkah, wajahnya merah merona. “Kakek jangan begitu,” suaranya lirih hampir tak terdengar.

Arvenzo yang sejak tadi diam akhirnya angkat bicara, suaranya tenang tapi dingin. “Jangan berlebihan. Aku hanya nggak mau Velora tidur di kursi keras semalaman.”

Mela, Pradipta, dan Wardhana saling berpandangan sambil tersenyum penuh arti. Justru sikap dingin Arvenzo itulah yang membuat mereka semakin yakin, ada sesuatu yang perlahan berubah di hatinya.

1
Nurika Hikmawati
lebih tepatnya mencoba fokus ya Vel... takut pikiranmu traveling 😂😂
Nurika Hikmawati
walopun Velora dokter di situ, tp emang boleh masuk ke dapur RS trus masak sendiri
Nurika Hikmawati
keluarga arvenzo serem juga ya, tapi Leona juga yg salah. berani bermain api, skg jadinya terbakar sendiri
mama Al
Alhamdulillah velora di terima keluarga Arvenzo
Dewi Ink
velora juga gak bakal ngebolehin, makanya dia turun tangan
Dewi Ink
hemm sepertinya lezat..kasian kalo sakit, gak doyan makanan RS
Istri Zhiguang!
Tapi setiap aku ngeliat sifat dingin Arvenzo, aku selalu keinget dia yang dulu selalu make mantan pacarnya buat nganu/Shy/ ini Arvenzo emang beneran baik dan cinta ke Velora atau cuma bermuka dua aja ya?
Istri Zhiguang!
Semoga Mama Mela gak kayak mertua lainnya yang bakal merintah menantunya sesuka hati
Istri Zhiguang!
Manggilnya langsung ayah/Facepalm/
Rosse Roo
Kiss yg kedua, tp rasanya lebih berbeda eaaa dr yg prtma🤭🤭
Rosse Roo
Aaaaa Lanjut Ar, lanjut di rumah aja. masih di RS soalnya/Facepalm/
Drezzlle
Arvenzo masih malu2 kucing /Facepalm//Facepalm/
Drezzlle
Maunya di suapin ya Ar
Drezzlle
enak ya punya teman yang solid gini
🌹Widianingsih,💐♥️
Deg-degan dong pastinya jantung 💓💓 Velora, sekalinya memandikan lap suaminya sendiri yang selama ini belum tau dalamnya🤪
🌹Widianingsih,💐♥️
Velora jadi nambah gelar baru nih.
Seorang dokter iya profesinya, istri statusnya sekarang jadi perawat dengan pasien suaminya sendiri🤭🤭
☘️🍀Author Sylvia🍀☘️
sepertinya Leona bakal hancur di tangan arvenzo. syukurin deh.
☘️🍀Author Sylvia🍀☘️
arvenzo kl udah marah, nyeremin juga ya Thor. untung aja dia langsung balas perbuatannya si Leona.
Rahma Rain
belajar lah mencintai suami mu Vel
Rahma Rain
mantap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!