NovelToon NovelToon
Love Languange

Love Languange

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Romansa
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: najwa aini

"Izinkan aku menikah dengan Zian Demi anak ini." Talita mengusap perutnya yang masih rata, yang tersembunyi di balik baju ketat. "Ini yang aku maksud kerja sama itu. Yumna."



"Jadi ini ceritanya, pelakor sedang minta izin pada istri sah untuk mengambil suaminya," sarkas Yumna dengan nada pedas. Jangan lupakan tatapan tajamnya, yang sudah tak bisa diumpamakan dengan benda yang paling tajam sekali pun. "Sekalipun kau benar hamil anak Zian, PD amat akan mendapatkan izinku."


"Karena aku tau, kau tak akan membahayakan posisi Zian di perusahaan." Talita menampakkan senyum penuh percaya diri.


"Jika aku bicara, bahwa kau dan Zian sebenarnya adalah suami istri. Habis kalian." Talita memberikan ancaman yang sepertinya tak main-main.


Yumna tersenyum sinis.
"Jadi, aku sedang diancam?"


"Oh tidak. Aku justru sedang memberikan penawaran yang seimbang." Talita menampilkan senyum menang,
Dan itu terlihat sangat menyebalkan.


Yumna menatap dalam. Tampak sedang mempertimbangkan suatu hal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon najwa aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

"Zian."

Pada akhirnya, panggilan dari suara lembut dan renyah itulah yang mengakhiri fokus Zian dari novel yang tengah di baca.

Kini sosok Aira saja yang memenuhi ruang pandangannya, bukan lagi goresan tinta hitam di atas hamparan kertas putih yang membentuk frasa, diksi, dan narasi indah dari kisah Bumi Manusia karya Pramudya Ananta toer itu.

Aira membalut tubuh rampingnya dengan abaya dari bahan Marzan yang lembut dan melambai. Warna cinnamon menjadi pilihannya, diserasikan dengan hijab poly cotton motif tiedy warna senada. Menampilkan kesan yang sederhana, namun elegan.

Tak banyak yang berubah dengan wajahnya dari tampilan sehari-hari. Sepertinya ia tak memoles pahatan manis itu dengan riasan. Kecuali sedikit saja, dan tipis saja. Tapi, semua itu terlihat indah dalam pandangan Zian. Meski ia tak menyuarakan dalam sebentuk kata. Tapi, hanya dengan senyum tipis, namun penuh makna.

"Maaf ya lama." Sedikit gugup saat tatap mata berpadu tanpa sengaja dengan Zian, Aira segera berucap demikian.

"Gak kerasa kok. Gue sambil baca ini." Zian memberi isyarat pada novel Bumi Manusia yang tergeletak begitu saja di atas meja.

Malam ini Zian datang untuk menjemput Aira, dan Yumna ke acara ultahnya Diandra. Tapi ternyata Yumna belum datang. Sedangkan Aira juga belum bersiap karena sedang menunggu Yumna. Ternyata dara cantik yang sedang mengunjungi ayahnya itu memutuskan untuk langsung ke tempat acara--karena saat ini baru menempuh perjalanan kembali.

Aira pun meminta waktu sebentar pada Zian untuk bersiap, sementara lelaki itu menunggu dan membunuh waktu dengan membaca novel yang ada di atas meja.

"Berangkat sekarang?" tanya Aira.

"Iya. Disimpan dulu novelnya kak. Ada harta karunnya di dalam," tutur Zian seraya membawa tubuh atletisnya berdiri. Sedang tatapannya masih mengarah pada novel yang sempat dua bab ia baca tadi.

"Harta karun apa?" Terlihat penasaran, Aira meraih novel pemberian Prima itu dan membukanya secara acak. Di salah satu bagian, ada kertas lain yang diselipkan. Gadis ayu tersebut mengambil kertasnya, dan membukanya. Terdapat tulisan tangan di sana.

Saya hanyalah lelaki biasa, tapi sejak kenal kamu, hati saya berubah jadi puisi. Kamu adalah bait yang tak pernah habis saya tulis, dan doa yang tak pernah lelah saya selipkan dalam sujud.

Helaan napas samar Aira mengiringi kalimat terakhir yang ia baca, sebelum kertas itu diletakkan kembali pada posisi semula. Siapa lagi pelaku dari goresan kata itu kalau bukan Prima.

Aira meletakkan kembali novelnya di atas meja, dan bersiap berangkat. Namun, langkahnya terpaku demi melihat tatap mata Zian yang mengarah telak, dan enggan beranjak.

"Ada apa? Kok ngeliat sampek segitunya?"

"Lagi mastiin, ada yang meleleh gak."

"Mencair."

Zian terkekeh dan berbalik badan melangkah keluar. "Pastiin gak ada yang tertinggal, Kak. Dan kunci semua pintu. Gue tunggu di teras."

Aira mengangguk tanpa kata, dan segera patuh melakukan sesuai instruksi Zian padanya.

Dira melangkah tergesa menaiki teras rumah Aira tanpa sempat memerhatikan adanya sosok tampan yang sedang duduk di sana. Begitu tungkai indah Dira menapaki lantai keramik teras rumah, suara panggilan untuk Aira digemakan dengan cukup keras.

"Kak Aira, udah jalan be--"

Kalimat Dira langsung terpangkas saat tatap menyentuh objek lain yang ada di teras. Sosok rupawan yang menjadikan Dira sebagai satu-satunya objek pandangan dengan lepas.

"Zi-zian." Dira gugup, bahkan volume suaranya langsung mengecil, karena sebagian tersangkut.

Zian memberinya senyum kecil sambil mengangguk.

"Ka--kamu di sini?" Dira Malah kian gugup.

Kegelisahan terbaca dari bahasa tubuhnya yang nampak kikuk.

"Iya. Kak Aira di dalam. Langsung aja, Dira." Rangkaian kalimat Zian terucap lancar tanpa bingkai ekspresi yang berlebihan. Nada bicaranya biasa, sebagaimana bila berbicara dengan Dira biasanya.

Justru ekspresi Dira yang tak biasa, seakan bertemu lelaki itu harus ia cegah. Tatapan gadis manis itu juga tersirat gelisah. Hal itu kian divalidasi dengan ucapannya.

"Aku jalan duluan aja." Dira bahkan langsung berbalik dan mengayun langkah.

"Gak Bareng kami aja, Dira?" Zian menawarkan seraya menatap punggung Dira yang mulai memutar arah.

Jawaban yang didapat Zian dari Dira hanya berupa gelengan kepala saja.

"Lu napa mau pergi gitu aja? Ngeliat hantu, lu?" Sadar ada yang tak biasa dari sikap Dira, Zian segera mengejar. Dan kini langkah keduanya hampir sejajar.

Kembali Nadira Ayu hanya menggeleng. Langkahnya dipacu kian cepat untuk segera tiba di jalan depan. Berharap Aga masih ada dan belum pulang.

Ternyata, sang supir yang tampan sudah tak didapatkan. Meski Dira sudah mengedarkan pandangan sepenuh jangkauan, Aga sudah tak lagi ditemukan.

"Nyari siapa?"

"Aga."

"Di mana dia?"

"Mungkin udah pulang." Dira berkata lirih diiringi raut penyesalan.

Karena ingin berangkat bersama Aira dan Yumna ke ultahnya Diandra, Dira langsung menyuruh Aga pulang begitu ia keluar dari mobil. Lelaki itu barusan tak menyatakan persetujuan. Tapi, buktinya sekarang ia pulang. Benar-benar patuh pada yang diinstruksikan. Tanpa Aga tahu kalau sang nona majikan tengah menyesali keputusannya sendiri sekarang.

"Berangkat bareng kami aja. Yuk nunggu kak Aira bentar di sana."

Tak ada jalan lain kini bagi Dira, selaian setuju dengan tawaran Zian. Padahal sebenarnya ia masih ingin menghindari sahabat gantengnya ini, sampai batas waktu yang belum ditentukan.

Dira melangkah enggan tak jauh di samping Zian yang kembali ke teras rumah untuk menunggu Aira. Tiba-tiba.

"Nadira Ayu." Terdengar suara familiar yang memanggil lengkap namanya.

"Aga." Dira terlonjak senang mendapati paras tampan Ghailan Arya berdiri tak jauh di belakangnya.

"Kita jalan duluan aja. Kak Aira berangkat bareng Zian." Dira langsung mengambil langkah mendahului Aga ke arah mobil.

Sesaat Aga melongo dengan keputusan mendadak Dira, sebelum bergegas menyusul, setelah sempat melempar senyum singkat pada Zian yang mendapatkan balasan serupa.

"Dira kenapa?"

Aira sudah berdiri tak jauh di samping Zian.

"Dia berangkat bareng Aga."

"Itu aku tau. Maksudku, kenapa Dira sikapnya berubah sama kamu?"

"Gue gak tau, Kak." Zian memindai tatapan pada Aira yang nampak sudah siap paripurna untuk berangkat. "Jalan sekarang?"

"Iya."

Seperti biasa tindakan melayani dengan manis dari Zian pada Aira setiap kali jalan bersama. Diawali dengan memandu langkah ke mobil, membukakan pintu dan menutupnya lagi usai memastikan gadis itu duduk dengan nyaman di posisinya.

Aira pernah mencegah, khawatir akan ketergantungan. Zian tidak membantah, tapi perlakuan manis itu tetap ia berikan.

Aira tidak tahu, dan tidak pernah menanyakan apakah sahabat Zian yang lain juga mendapatkan perlakuan yang sama. Ia mengemas saja semuanya dalam diam. Kalau memang semua ini hanya berlaku untuknya, ia mensyukuri. Dan kalau pun Yumna dan Dira juga diperlakukan sama, maka ia merasa mereka juga pantas mendapati.

"Mikir puisi dari Prima?"

Pertanyaan Zian menarik Aira dari lamunan.

"Puisi dalam novel itu? Kok kamu tau kalau itu dari Prima?" Aira bahkan tidak mengatakan apa-apa pada Zian tentang hal itu.

"Feeling," jawab Zian singkat.

"Feelingmu memang tepat. Tapi bukan itu yang aku pikirkan."

"Lalu?"

"Dira. Kenapa sikapnya berubah sama kamu?"

"Berubah gimana?" Zian bukan gak sadar dengan perubahan sikap Dira. Namun, dia hanya ingin tahu apa penilaian Aira terkait sikap Dira itu.

"Dia kayak kikuk gitu ketemu kamu. Kayak ingin menghindar. Kamu ngapain dia Zian?"

"Gue kayak jadi tersangka ya." Zian tersenyum kecil saat berucap demikian.

"Karena gak biasanya Dira kayak gitu."

"Itu mungkin karena kemarin malam, Kak."

"Kemarin malam, kamu ngapain dia Zian?"

"Gue nembak dia."

1
Ria Diana Santi
Mengapa begini? Kirain lah lah...
Ria Diana Santi
Anakku ikut ambil peran juga ternyata
Ria Diana Santi
Ihhh buntut banget ini mah penampakan begitu...
Ria Diana Santi
Ngakak parah ihhh dasar Yumna. Kak Nofi banget ini mah
Ria Diana Santi
Ca ilehhh ini mah kak Ay banget dialognya... menurut ku sih
Ria Diana Santi
Cie perhatian banget si Aga ini... so sweet
Ria Diana Santi
Ca ilehhh kembang kempis tuh kumisnya Zian yang asli...
Ayuwidia
Aku baca ini sambil rebutan hp sama Ryu 😆

Aku kasih vote biar calonnya Zian tambah semangat
Najwa Aini: Makasih Votenya ya..buat bekal ngetik nih..uto up besok.

Ryu pliss deh..ngertiin kita yang udah tua2 ini...
total 1 replies
Ayuwidia
Nah lho, nggak bisa disangkal. Buruan halalin Kak Aira, Bang
Najwa Aini: Belum siap mahar.
Masa mau pakai mahar slang damkar juga
total 1 replies
Ayuwidia
Ahayyyyy, Kak Aira langsung nggak bisa ber word-word. Mukanya juga merah seperti kepiting rebus
Najwa Aini: Gak ada lagi narasi setelah itu kannn..
kenapa dibikin sendiri.
Aku sengaja di bagian itu selesai gitu aja..
Biar kalian rusuh. eh ini anak rusuh duluan
total 1 replies
Ayuwidia
Butuh hati buat bersandar
Najwa Aini: Uwuhhh tau banget si Dira.
punya kemampuan jadi cenayang nih
total 1 replies
Ayuwidia
Pujian dari lubuk hati terdalam, ahay. Memuja dalam senyap
Najwa Aini: Senyap itu tanda kasih sayang lbh besar..kataku ke Zian.

Dia bilang...
cakepp..
ambigu kannn
total 1 replies
Ayuwidia
Betul, sependapat
Ayuwidia
Nah lho, ajak ketiganya juga halal
Najwa Aini: Pasti seru kalau pendampingnya 3 orang sekaligus
total 1 replies
Ayuwidia
Tunangan Di memang gitu. Gampang ngambek. Kaya' bocah yang nggak dikasih permen sama emaknya
Najwa Aini: Dia juga cembokur ma Zian yg asli..
😁😁
total 1 replies
Ayuwidia
Woah, berapa mantan lu, Bang?
Najwa Aini: Kalau menurut cerita di kutunggu jandamu, mantannya 4..
Selaku itu memang dia
total 1 replies
Ayuwidia
Kamu mang harus giat bekerja, Bang. Demi memanjakan istri dan anak2. Hahay
Ayuwidia: pftttttt
total 4 replies
Ayuwidia
Barakallah fii umrik, Diandra
Ayuwidia: sama2
total 2 replies
Ayuwidia
apa tuch yang bikin seneng?
Najwa Aini: Makan bareng
total 1 replies
Ayuwidia
Jangan-jangan yg dijodohkan sama Zian adalah Aira. Kalau benar bakal so sweet banget
Ayuwidia: Hiyaaaaaa
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!