NovelToon NovelToon
Love Languange

Love Languange

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Romansa
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: najwa aini

Zian Ali Faradis

Putih dan hitamnya seperti senja yang tahu caranya indah tanpa berlebihan. Kendati Ia hanya duduk diam, tapi pesonanya berjalan jauh.


Azaira Mahrin

kalau kamu lelah, biarkan aku jadi jedanya.


🥀🥀🥀🥀🥀🥀


Ketika lima macam Love Language kamu tertuju pada satu orang, sedangkan sudah ada satu nama lain yang ditetapkan, maka pada yang mana kamu akan menentukan pilihan.


Dira: pilih saja yang diinginkan.

Yumna: pilih yang sesuai dengan hati.


Aira; gak usah memilih, karena sudah ada
Yang memilihkan.



Kita mungkin bisa memilih untuk menikah dengan siapa. Tapi, kita tidak bisa memilih untuk jatuh cinta pada siapa.


Ada yang menganggap cinta pilar yang penting dalam pernikahan. Tapi, ada pula yang memutuskan bahwa untuk memilih pasangan, cinta bukan satu-satunya alasan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon najwa aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

"Zian."

Pada akhirnya, panggilan dari suara lembut dan renyah itulah yang mengakhiri fokus Zian dari novel yang tengah di baca.

Kini sosok Aira saja yang memenuhi ruang pandangannya, bukan lagi goresan tinta hitam di atas hamparan kertas putih yang membentuk frasa, diksi, dan narasi indah dari kisah Bumi Manusia karya Pramudya Ananta toer itu.

Aira membalut tubuh rampingnya dengan abaya dari bahan Marzan yang lembut dan melambai. Warna cinnamon menjadi pilihannya, diserasikan dengan hijab poly cotton motif tiedy warna senada. Menampilkan kesan yang sederhana, namun elegan.

Tak banyak yang berubah dengan wajahnya dari tampilan sehari-hari. Sepertinya ia tak memoles pahatan manis itu dengan riasan. Kecuali sedikit saja, dan tipis saja. Tapi, semua itu terlihat indah dalam pandangan Zian. Meski ia tak menyuarakan dalam sebentuk kata. Tapi, hanya dengan senyum tipis, namun penuh makna.

"Maaf ya lama." Sedikit gugup saat tatap mata berpadu tanpa sengaja dengan Zian, Aira segera berucap demikian.

"Gak kerasa kok. Gue sambil baca ini." Zian memberi isyarat pada novel Bumi Manusia yang tergeletak begitu saja di atas meja.

Malam ini Zian datang untuk menjemput Aira, dan Yumna ke acara ultahnya Diandra. Tapi ternyata Yumna belum datang. Sedangkan Aira juga belum bersiap karena sedang menunggu Yumna. Ternyata dara cantik yang sedang mengunjungi ayahnya itu memutuskan untuk langsung ke tempat acara--karena saat ini baru menempuh perjalanan kembali.

Aira pun meminta waktu sebentar pada Zian untuk bersiap, sementara lelaki itu menunggu dan membunuh waktu dengan membaca novel yang ada di atas meja.

"Berangkat sekarang?" tanya Aira.

"Iya. Disimpan dulu novelnya kak. Ada harta karunnya di dalam," tutur Zian seraya membawa tubuh atletisnya berdiri. Sedang tatapannya masih mengarah pada novel yang sempat dua bab ia baca tadi.

"Harta karun apa?" Terlihat penasaran, Aira meraih novel pemberian Prima itu dan membukanya secara acak. Di salah satu bagian, ada kertas lain yang diselipkan. Gadis ayu tersebut mengambil kertasnya, dan membukanya. Terdapat tulisan tangan di sana.

Saya hanyalah lelaki biasa, tapi sejak kenal kamu, hati saya berubah jadi puisi. Kamu adalah bait yang tak pernah habis saya tulis, dan doa yang tak pernah lelah saya selipkan dalam sujud.

Helaan napas samar Aira mengiringi kalimat terakhir yang ia baca, sebelum kertas itu diletakkan kembali pada posisi semula. Siapa lagi pelaku dari goresan kata itu kalau bukan Prima.

Aira meletakkan kembali novelnya di atas meja, dan bersiap berangkat. Namun, langkahnya terpaku demi melihat tatap mata Zian yang mengarah telak, dan enggan beranjak.

"Ada apa? Kok ngeliat sampek segitunya?"

"Lagi mastiin, ada yang meleleh gak."

"Mencair."

Zian terkekeh dan berbalik badan melangkah keluar. "Pastiin gak ada yang tertinggal, Kak. Dan kunci semua pintu. Gue tunggu di teras."

Aira mengangguk tanpa kata, dan segera patuh melakukan sesuai instruksi Zian padanya.

Dira melangkah tergesa menaiki teras rumah Aira tanpa sempat memerhatikan adanya sosok tampan yang sedang duduk di sana. Begitu tungkai indah Dira menapaki lantai keramik teras rumah, suara panggilan untuk Aira digemakan dengan cukup keras.

"Kak Aira, udah jalan be--"

Kalimat Dira langsung terpangkas saat tatap menyentuh objek lain yang ada di teras. Sosok rupawan yang menjadikan Dira sebagai satu-satunya objek pandangan dengan lepas.

"Zi-zian." Dira gugup, bahkan volume suaranya langsung mengecil, karena sebagian tersangkut.

Zian memberinya senyum kecil sambil mengangguk.

"Ka--kamu di sini?" Dira Malah kian gugup.

Kegelisahan terbaca dari bahasa tubuhnya yang nampak kikuk.

"Iya. Kak Aira di dalam. Langsung aja, Dira." Rangkaian kalimat Zian terucap lancar tanpa bingkai ekspresi yang berlebihan. Nada bicaranya biasa, sebagaimana bila berbicara dengan Dira biasanya.

Justru ekspresi Dira yang tak biasa, seakan bertemu lelaki itu harus ia cegah. Tatapan gadis manis itu juga tersirat gelisah. Hal itu kian divalidasi dengan ucapannya.

"Aku jalan duluan aja." Dira bahkan langsung berbalik dan mengayun langkah.

"Gak Bareng kami aja, Dira?" Zian menawarkan seraya menatap punggung Dira yang mulai memutar arah.

Jawaban yang didapat Zian dari Dira hanya berupa gelengan kepala saja.

"Lu napa mau pergi gitu aja? Ngeliat hantu, lu?" Sadar ada yang tak biasa dari sikap Dira, Zian segera mengejar. Dan kini langkah keduanya hampir sejajar.

Kembali Nadira Ayu hanya menggeleng. Langkahnya dipacu kian cepat untuk segera tiba di jalan depan. Berharap Aga masih ada dan belum pulang.

Ternyata, sang supir yang tampan sudah tak didapatkan. Meski Dira sudah mengedarkan pandangan sepenuh jangkauan, Aga sudah tak lagi ditemukan.

"Nyari siapa?"

"Aga."

"Di mana dia?"

"Mungkin udah pulang." Dira berkata lirih diiringi raut penyesalan.

Karena ingin berangkat bersama Aira dan Yumna ke ultahnya Diandra, Dira langsung menyuruh Aga pulang begitu ia keluar dari mobil. Lelaki itu barusan tak menyatakan persetujuan. Tapi, buktinya sekarang ia pulang. Benar-benar patuh pada yang diinstruksikan. Tanpa Aga tahu kalau sang nona majikan tengah menyesali keputusannya sendiri sekarang.

"Berangkat bareng kami aja. Yuk nunggu kak Aira bentar di sana."

Tak ada jalan lain kini bagi Dira, selaian setuju dengan tawaran Zian. Padahal sebenarnya ia masih ingin menghindari sahabat gantengnya ini, sampai batas waktu yang belum ditentukan.

Dira melangkah enggan tak jauh di samping Zian yang kembali ke teras rumah untuk menunggu Aira. Tiba-tiba.

"Nadira Ayu." Terdengar suara familiar yang memanggil lengkap namanya.

"Aga." Dira terlonjak senang mendapati paras tampan Ghailan Arya berdiri tak jauh di belakangnya.

"Kita jalan duluan aja. Kak Aira berangkat bareng Zian." Dira langsung mengambil langkah mendahului Aga ke arah mobil.

Sesaat Aga melongo dengan keputusan mendadak Dira, sebelum bergegas menyusul, setelah sempat melempar senyum singkat pada Zian yang mendapatkan balasan serupa.

"Dira kenapa?"

Aira sudah berdiri tak jauh di samping Zian.

"Dia berangkat bareng Aga."

"Itu aku tau. Maksudku, kenapa Dira sikapnya berubah sama kamu?"

"Gue gak tau, Kak." Zian memindai tatapan pada Aira yang nampak sudah siap paripurna untuk berangkat. "Jalan sekarang?"

"Iya."

Seperti biasa tindakan melayani dengan manis dari Zian pada Aira setiap kali jalan bersama. Diawali dengan memandu langkah ke mobil, membukakan pintu dan menutupnya lagi usai memastikan gadis itu duduk dengan nyaman di posisinya.

Aira pernah mencegah, khawatir akan ketergantungan. Zian tidak membantah, tapi perlakuan manis itu tetap ia berikan.

Aira tidak tahu, dan tidak pernah menanyakan apakah sahabat Zian yang lain juga mendapatkan perlakuan yang sama. Ia mengemas saja semuanya dalam diam. Kalau memang semua ini hanya berlaku untuknya, ia mensyukuri. Dan kalau pun Yumna dan Dira juga diperlakukan sama, maka ia merasa mereka juga pantas mendapati.

"Mikir puisi dari Prima?"

Pertanyaan Zian menarik Aira dari lamunan.

"Puisi dalam novel itu? Kok kamu tau kalau itu dari Prima?" Aira bahkan tidak mengatakan apa-apa pada Zian tentang hal itu.

"Feeling," jawab Zian singkat.

"Feelingmu memang tepat. Tapi bukan itu yang aku pikirkan."

"Lalu?"

"Dira. Kenapa sikapnya berubah sama kamu?"

"Berubah gimana?" Zian bukan gak sadar dengan perubahan sikap Dira. Namun, dia hanya ingin tahu apa penilaian Aira terkait sikap Dira itu.

"Dia kayak kikuk gitu ketemu kamu. Kayak ingin menghindar. Kamu ngapain dia Zian?"

"Gue kayak jadi tersangka ya." Zian tersenyum kecil saat berucap demikian.

"Karena gak biasanya Dira kayak gitu."

"Itu mungkin karena kemarin malam, Kak."

"Kemarin malam, kamu ngapain dia Zian?"

"Gue nembak dia."

1
Ayuwidia
Vote buat tulisan yang sukses bikin senyam senyum sendiri setelah dibuat bad mood sama sistem
Ayuwidia
Haduhhh, habis ini Dira mesti cek jantungnya. Masih amankah 😬
Ayuwidia
Uhuk, keselek biji rambutan
Ayuwidia
uhuk juga
Ayuwidia
nongkrong di gazebo, sambil ngobrol ditemani gorengan panas & secangkir teh 🤤
Najwa Aini: sesuatu banget kann..
tehnya nasgitel
total 1 replies
Ayuwidia
Semedi nyari Ilham biar dpt reward karya, buat naik haji
Najwa Aini: Bukan.
dia semedi nyari tenang
total 1 replies
Ayuwidia
Nggak bayangin klw beneran ketemu, pasti kaya' gini
Najwa Aini: Aku yakin bakal kayak gini.
seru amat.
total 1 replies
Ayuwidia
Dira ntu nggak suka difoto, Yum. Masa kamu nggak ngerti sih
Najwa Aini: Sama kita Dira. lihat kamera langsung mati ekspresi
total 2 replies
Elisabeth Ratna Susanti
like plus iklan 👍
Elisabeth Ratna Susanti
bagus banget namanya 🥰
Ria Diana Santi
Ya iya lah tebakan Zian kan 1k persen bener🤭
Najwa Aini: dia kan kadang si paling tau Ri
total 1 replies
Ria Diana Santi
Aihhh tetiba ada yang mau jadi nyamuk nihhh 🤣
Najwa Aini: ya sekali-sekali aku kasih dia peran jadi nyamuk..jarang² kannn
total 1 replies
Ria Diana Santi
Hah?! Gimana² seriusan?!🤭
Najwa Aini: serius lahh
total 1 replies
Ria Diana Santi
Behhh sayang puisi nya gak sesuai sama karakter orang nya yang banyak modusnya...
Najwa Aini: bertolak belakang ya..😄😄
total 1 replies
Ria Diana Santi
Lebih gak aman kalo dekat sama kamu lah🤣
Najwa Aini: Itu kann..kamu langsung ngasih penilaian sama kayak yg lain
total 1 replies
Ria Diana Santi
Ca ilehhh banyak omkos...
Najwa Aini: udah keliatan kalau dia omkos ya Di?
total 1 replies
Ria Diana Santi
Wah, misteri nih ...
Najwa Aini: sok misteri aja dia
total 1 replies
NA_SaRi
Utuk Utuk adek kakak
Najwa Aini: pas gak cara Zian nutupin pemukulan yang dia lakukan ke Prima
total 1 replies
NA_SaRi
Kok aku semakin jijik sama Kuku Prima ini
Najwa Aini: aku gak niat mau giring rasa kayak gitu lho ke dia. malah aku pingin buat kalian respek karena dia kan calon suami Aira. tapi tanpa sadar tulisanku tentangnya malah bikin klaian gak suka
total 1 replies
NA_SaRi
Gak ada urat malu ga sih
Najwa Aini: Rasa malu dia tuh ketinggalan di mobilnya. lupa gak dibawa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!