NovelToon NovelToon
Cinta Di Dalam Cerita

Cinta Di Dalam Cerita

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Cinta Beda Dunia / Mengubah Takdir / Romansa / Idola sekolah / Ruang Ajaib
Popularitas:120
Nilai: 5
Nama Author: Eireyynezkim

Alseana, penulis muda berbakat yang masih duduk di bangku SMA, tak pernah menyangka kehidupannya akan berubah hanya karena sebuah novel yang ia tulis. Cerita yang awalnya hanya fiksi tentang antagonis penuh obsesi, tiba-tiba menjelma nyata ketika Alseana terjebak ke dalam dunia ciptaannya dan menjadi salah satu tokoh yang berhubungan dengan tokoh antagonis. Saat Alseana masuk kedalam dunia ciptaannya sendiri dia menjadi Auryn Athaya Queensha. Lebih mengejutkan lagi, salah satu tokoh antagonis yang ia tulis menyadari rahasia besar: bahwa dirinya hanyalah karakter fiksi dengan akhir tragis. Demi melawan takdir kematian yang sudah ditentukan, tokoh itu mulai mengejar Alseana, bukan hanya sebagai karakter, tapi sebagai penulis yang mampu mengubah nasibnya. Kini, cinta, kebencian, dan obsesi bercampur menjadi satu, membuat Alseana tak tahu apakah ia sedang menulis cerita atau justru sedang hidup di dalamnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gue benci lo!

Suara deruman motor sport saling bersahutan, semua orang saling berkumpul di pinggir jalan untuk melihat balap motor kali ini yang akan dilakukan oleh dua orang yang sangat terkenal di dunia balap ini.

Satunya ketua geng Stofor dan satunya adalah raja balap, namun mereka tak bisa menentukan siapa yang akan memenangkan balap motor kai ini karena mereka semua sangat handal di jalanan.

Namun isu yang menyebar jika Naren bermain curang tempo hari lalu membuat mereka sedikit ragu sehingga pendukung Fredo semakin banyak dibandingkan dengan Naren.

Dengan motor milik penyelenggara balap ini mereka berdua gunakan agar fair dan tak ada kecurangan.

Dibalik helm full face miliknya, Naren tersenyum miring melihat Fredo menggunakan motor yang sudah dia sabotase.

Disisi lain, Auryn menggigit jarinya karena sangat khawatir, motor yang digunakan oleh Fredo sangat persis apa yang ia bayangkan dulu saat ia membuat cerita.

Cowo itu tak mendengarkannya sama sekali, ia harus mencari ide agar ia bisa keluar dan menghentikannya atau setidaknya membantu Fredo untuk mendapatkan pertolongan cepat agar tidak terlambat karena dalam ceritanya Fredo ditemukan saat pagi menjelang karena ia terjatuh di selokan jalan sehingga banyak orang yang tidak tahu karena gelapnya malam juga memicu itu semuanya.

"Apa yang harus gue lakuin." Gumamnya.

Auryn melihat sekelilingnya, ia mencari akal untuk bisa keluar hingga ia melihat Dax, cowo yang menyapa Fredo tadi.

Ia memukul-mukul box kaca tersebut hingga Dax melihat ke arahnya.

"Kenapa?" Tanya Dax dari luar, Auryn tidak mendengarnya namun ia bisa melihat gerakan bibir Dax bertanya.

"Gue kebelet pipis!" Ucapnya dengan keras berharap cowo itu denger.

"Ha?" Dax sama sekali tak mendengar ucapan.

Auryn menghela nafasnya, percuma jika ia berteriak karena cowo itu sama sekali tidak mendengarnya. Gisella yang berada di box yang sama hanya diam saja seakan tak peduli dengan apa yang dilakukan Auryn karena ia lebih memilih untuk melihat balapan yang sudah dimulai tersebut dengan antusias.

Dibandingkan dengan berteriak namun tak didengar, Auryn lebih baik menggerakkan anggota tubuhnya seakan ia ingin ke toilet. Ia menyilangkan kakinya saat berdiri dan menutupi bagian bawahnya dan raut wajah ingin ke toilet dengan segera.

Dax yang melihat itu langsung paham, ia mengangkat tangan di depan dadanya seakan menyuruh Auryn menunggu karena untuk mengambilkan kuncinya.

Tak berapa lama Dax kembali dan membukakan pintu box tersebut dan membimbing Auryn untuk ke toilet dan menjaganya di depan agar gadis itu tidak kabur.

Di jalanan Fredo dan Naren mulai menarik pedal gas dengan kecepatan hampir maximum, keadaan masih aman saja namun Fredo mulai merasakan kejanggalan dari motor yang ia gunakan.

"Sial!" Umpatnya, namun ia masih tenang dan masih bisa mengendalikan motornya walau kecepatan sudah hampir mencapai maksimum.

Karena apapun yang terjadi hari ini dia tak boleh kalah, ia ingin mengalahkan Naren sepupunya tersebut dari apapun yang ia bisa agar bokapnya tidak terus menerus memuji sepupunya hingga menghina anaknya sendiri.

Dengan tekad kuat ia malah menambah kecepatan motornya walaupun rem motornya blong hingga sedikit lebih dulu dari dion.

Naren tersenyum miring melihat

Fredo lebih dulu, ia menambah kecepatan motornya lagi hingga mereka seimbang.

Namun di depan terdapat truk yang tiba-tiba muncul dari arah berlawanan, Naren dengan mudah memperlambat sedikit kecepatannya dan kemudian menghindari.

Namun Fredo dengan terpaksa membanting stir ke kiri yang terdapat selokan sedikit besar, sudah di pastikan ia masuk ke dalam sana dan sialnya kakinya tertimpa roda besar motornya.

Dia meringis kesakitan apalagi kepalanya sempat membentur pinggiran selokan yang lancip.

Kepalanya sedikit pusing, namun ia tak menyerah ia berusaha untuk keluar dari sana tapi ternyata ia gagal.

Naren yang melihat Fredo kecelakaan tersenyum miring lalu kembali melanjutkan perjalanannya ke garis finish.

Saat Naren tiba semua orang bersorak kegirangan, ia berhenti dan membuka helm full face nya dengan wajah yang bangga.

Akhirnya ia yang menang dan mendapatkan taruhan yang sesuai dengan keinginannya.

"Woahh bos lo menang!! gila lo menang!" Ucap Elang dengan heboh sambil memeluk Naren secara laki.

"Tapi dimana Fredo?" Tanya Angkasa yang melihat kebelakang namun tak ada batang hidung Fredo atau tanda-tanda yang menunjukkan cowo itu muncul.

Naren pun hanya mengedikkan bahunya tanda tak perduli.

Semua penonton juga penasaran hingga Dax mencari Fredo sendiri karena takut terjadi sesuatu pada rekannya tersebut apalagi gadis yang dibawa Fredo menghilang.

......................

Disisi Auryn ia berlari sekuat tenaga untuk sampai ke jalan yang dia ingat melalui ciri-cirinya, ketika ia sudah sampai ia melihat ke kanan dan kekiri.

"Fredo!" Teriaknya sambil menangis, dia menangis karena ketakutan.

Ia takut dia akan diserahkan pada Naren tapi disisi lain ia juga takut cowo itu kenapa-kenapa.

"Fredo!! kamu dimana!!" Teriaknya sambil berlari ke arah selokan besar.

Saat ia melihat di kegelapan pinggir selokan tersebut, Auryn bisa melihat sebuah motor yang masuk ke selokan tanpa pikir panjang ia mendekati motor tersebut lalu turun.

"Fredo, kamu ngga papa kan? hei sadarlah. Kamu masih hidupkan? jangan mati dulu!" Ucap Auryn dengan panik.

Cowo itu pun yang sedikit memiliki kesadaran langsung menatap gadis cantik yang ia bawa tadi.

"Auryn?" Ucapnya sambil meringis kesakitan, kakinya terasa sangat nyeri dan bahkan rasanya ia tak bisa menggerakkan kakinya sekarang.

"Fredo! akhirnya kamu bangun, ayo aku bantu kamu keluar. Kita segera ke rumah sakit." Ucap Auryn sambil menghapus air matanya.

Tanpa pikir panjang ia mencoba sedikit mengangkat motor besar itu yang menindih bagian kaki Fredo agar cowo tersebut bisa keluar dari jepitan tersebut.

Dengan sekuat tenaga ia berusaha mengangkat walaupun tenaganya tak seberapa ia tetap berusaha.

"Arrrggghhhh" Auryn mengeluarkan seluruh kekuatannya hingga ia berhasil mengangkat sedikit motor tersebut dan Fredo segera menyeret kakinya sedikit menjauh.

Melihat Fredo sudah mengeluarkan kakinya dari jepitan motor tersebut Auryn segera melepaskan kekuatannya.

BRAK!

"Ayo kita keluar aku bantu agar kamu bisa naik." Ucap Auryn mendekati Fredo dan memapah cowo itu.

Keringatnya membasahi tubuhnya, tenaganya sudah hampir habis namun ia tetap memaksakan untuk membantu Fredo keluar dari selokan tersebut.

"Sebentar gue lepas helm ini dulu." Ucap Fredo dengan lirih seakan ia sedang menahan sakit disekujur tubuhnya.

Auryn pun mengangguk, setelah Fredo membuka helmnya terlihat darah masih menetes dari dahinya.

Auryn berpikir jika benturan yang dialami Fredo begitu kuat hingga memakai helm saja masih bisa terluka.

Dengan sekuat tenaga Fredo yang dipapah Auryn keluar dari selokan tersebut.

Hingga lima belas menit kemudian baru mereka bisa keluar dari sana.

"Kamu tunggu disini, aku telpon ambulan. Jangan khawatir kamu gak akan mati." Ucap Auryn meyakinkan cowo itu seakan adegan yang dialaminya ini tak akan membuat dia mati.

Auryn menghubungi ambulan namun setelah menghubungi pihak rumah sakit tersebut, Dax datang dengan temannya sambil membawa motor Fredo.

"Fredo! lo gapapa kan?" Dax menghampiri tubuh Fredo yang terlentang.

"Gue udah panggil ambulan, sebentar lagi sampai." Ucap Auryn.

"Lo? gue tadi cari lo kemana-mana, gue kira lo kabur."

Auryn hanya tersenyum miris saja, ia melihat keadaan Fredo lagi yang terlihat parah tersebut.

Saat melihat langsung ternyata ia lebih prihatin, dia berpikir apakah kaki Fredo nanti akan baik-baik saja seperti sedia kala atau tetap sama dengan naskah yang dia tulis.

Tiba-tiba suara motor sport yang terdengar sangat ramai tersebut menghampiri lokasi mereka, Auryn yang melihat itu langsung mendekati tubuh Fredo.

Dia sangat takut, ia melupakan jika ia adalah taruhan disini jika ia ingat setelah menolong Fredo dan memanggil ambulan seharusnya ia kabur tapi jika kabur sekarang maka sudah sangat telat.

Ia memegang lengan Fredo dengan kuat. Pria yang sedang terluka tersebut langsung melihat wajah ketakutan di wajah cantik Auryn.

"Mana gadis taruhannya, kenapa lo bawa!" Ucap Naren dengan dingin pada tubuh Fredo yang sedang tergeletak.

Fredo mulai bangkit dan terduduk sambil menahan sakit, ia menatap Naren dengan dingin.

Auryn semakin kuat memegang lengan Fredo dan air matanya mulai luruh, saat ini Auryn hanya punya Fredo yang setidaknya walaupun dia antagonis tapi dia yang membawanya kesini dan Auryn yakin jika cowo itu tak akan menyerahkan dirinya ke Naren.

"Dia bukan gadis yang gue jadiin taruhan." Ucap Fredo dengan dingin.

Naren terkekeh mendengar hal tersebut.

"Gue gak peduli siapa yang akan lo taruhkan, tapi gue ingin cewe yang berada disamping lo buat hadiah gue menang." Naren tersenyum miring melihat Fredo yang seperti menahan amarahnya.

"Rion Haizar seret cewe itu kemari!" Perintah Naren yang membuat Auryn menggeleng keras dan tak ingin dibawa pergi oleh geng Stofor.

"Ngga! gue bukan taruhan!!! Fredo tolong gue! Arrrgghhh" Haizar menarik kasar tubuh Auryn bahkan mencengkram pergelangan tangan Auryn dengan kukunya yang sedikit panjang hingga tangan tersebut terluka.

"Fredo!!! lo gak bener-bener jadiin gue taruhan kan?!! Jawab Fre!! Gue ingin pulang!!!" Teriak Auryn sambil menangis namun Fredo malah mengalihkan pandangannya pada Auryn.

Auryn yang melihat Fredo yang mengalihkan pandangannya langsung diam membeku. Matanya seakan tak percaya pada sosok cowo yang ia kira akan melakukan sesuatu untuknya.

Tapi harapannya musnah, bahkan dia sampai melamun dengan pandangan kosong saat dibawa oleh Haizar dan Rion.

"Gue benci lo, Fredo." Katanya dengan pelan tapi ia yakin Fredo masih bisa mendengar dengan pendengarannya yang tajam itu.

Auryn dibawa oleh geng Stofor dengan mobil milik mereka dan menjauhi lokasi tersebut dengan segera.

Fredo hanya melihat mobil tersebut menjauh tanpa melakukan sesuatu.

"Sayang sekali, padahal dia sepertinya gadis polos dari keluarga baik-baik." Ucap Dax yang menyayangkan Auryn dibawa pergi oleh geng Stofor.

Fredo hanya diam menunduk namun tangannya mengepal dengan kuat.

Hingga ambulan datang dan membawa Fredo ke rumah sakit untuk melakukan perawatan karena luka di tubuhnya.

......................

"Dad, dimana my little princess?" Tanya Raven Luan Maximilian pada daddy nya yang datang dengan tangan kosong.

Padahal sebelum pergi daddy nya sudah berjanji akan membawa adik bungsunya pulang setelah tujuh belas tahun lebih terpisah.

"Belum saatnya dia kembali, namun dalam waktu dekat dia akan bersama kita lagi." Ucap Cassian pada anak keduanya tersebut.

Karena anak keduanya itu sudah sangat ingin bertemu dengan adik bungsunya tersebut, karena selama tujuh belas tahun ini dia hanya bertemu melalui video atau foto yang dikirimkan oleh anak buah daddy tersebut.

"Sudah begitu lama kenapa mereka tidak menyerahkannya dad? aku gak mau tau minggu depan my princess sudah ada di mansion ini!" Ucap Raven dengan kesal lalu pergi ke kamarnya.

Cassian hanya menghela nafasnya pelan, lalu ikut naik menuju ke kamarnya.

Saat membuka kamar, setiap orang masuk pasti akan disuguhkan dengan pemandangan pigura besar dari seorang gadis remaja yang sangat cantik tengah tersenyum.

Setiap masuk ke kamarnya, Cassian selalu tersenyum karena melihat senyum anak gadis kesayangannya yang belum pernah ia gendong sama sekali waktu bayi.

Namun waktu yang terbuang tersebut akan ia bayar nanti dan akan memberikan segalanya pada putri kesayangannya tersebut.

Suara dering ponsel miliknya membuat ia mengalihkan pandangannya, ia segera mengambil ponsel miliknya yang berada di sakunya.

"Hm?"

"......"

"Kenapa bisa dia disana!!"

"......."

"Sialan! kejar mereka dan bawa putriku dengan selamat! Jika bocah cecunguk itu menyakiti putriku seujung kuku saja maka beri mereka balasan seribu kali lebih sakit dari yang diterima putriku!" Tuan Cassian langsung mematikan telepon tersebut secara sepihak, ia menggenggam ponsel miliknya dengan kuat dan langsung pergi dari kamarnya dan menuju ke parkiran mobil.

"Sialan, bocah cecunguk itu berani-beraninya menjadikan putriku yang berharga menjadi taruhannya." Rahang tuan Cassian mengeras lalu ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh.

......................

"Dimana Auryn? kenapa dia tak ada di kamarnya?!" Tanya nyonya Analise pada pelayan yang ia suruh menjaga pintu kamar anak semata wayangnya tersebut.

Pelayan tersebut hanya menunduk ketakutan, karena dia juga tak tahu nona muda mereka dimana.

"Kenapa kalian diam! dimana putriku!!!" Kini tan Marava yang berkata dengan sangat tegas bahkan nafasnya memburu menahan untuk tidak mencekik pelayan tersebut.

"M-maafkan kami tuan, kami tidak tahu nona muda dimana. Karena nona muda tak keluar kamar sama sekali melewati pintu ini." Jawab pelayan tersebut dengan bibir bergetar.

"Mas, Cassian tak mungkin membawa putri kita kan." Tanya nyonya Analise dengan air mata yang mulai luruh melewati pipinya tersebut.

Tuan Marava memeluk istrinya tersebut untuk menenangkannya, pandangannya sangat dingin. Bahkan tangannya mengepal sangat kuat seakan ia ingin membunuh siapapun sekarang.

"Azfer!!" Teriak tuan Marava pada tangan kanannya tersebut.

"Ya tuan."

"Cari anakku sampai ketemu, jika perlu kau cari mereka di kediaman Maximilian jika dia memang membawa putriku kesana maka jangan ragu untuk menyiapkan pasukan untuk membawa Auryn kembali!" Perintah tuan Marava dengan tegas.

Azfer pun mengangguk dan pergi melaksanakan perintah tuannya tersebut.

Nyonya Analise semakin menangis, ia tak akan bisa kehilangan Auryn untuk sekarang apalagi dia yang mengandung dan membesarkannya sendiri dengan penuh kasih sayang.

"Jangan menangis, aku akan membawa putri kita kembali. Jika perlu aku akan membunuh pria bajingan itu dengan tanganku sendiri." Ucap tuan Marava dengan tajam.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!