 
                            Zakia Amrita. gadis cantik berusia 18 tahun, terpaksa harus menikah dengan anak pemilik pesantren Kais Al-mahri. karena perjodohan oleh orang tua Kais. sendiri, karena Pernikahan yang tidak di dasari Cinta itu, harus membuat Zakia menelan pahitnya pernikahan, saat suaminya Kais ternyata juga tidak memilik cinta untuk nya.
Apakah pernikahan karena perjodohan ini akan berlangsung lama, setelah Zakia tahu di hati suami nya, Kais memiliki wanita lain? 
yuk baca Sampai Happy Ending.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Kegundahan Gus Kais.
"Lebih cepat lebih baik yah Nak, dulu Umi sama Abah saja menikah dua bulan langsung isi." Umi mengingat kenangan manis itu, ia bercerita pada Zakia sambil berbinar
Zakia mengigit bibir bawahnya dalam sambil membatin. "Umi tidak boleh tahu kalau anaknya Gus Kais tidak sehangat Abah yang selalu menginginkan Umi." Batin Zakia menunduk dalam.
.
.
Sesampainya di Caffe Gus Kais memasuki ruangannya mengecek berkas pemasukan sejak hari lalu ia tinggalkan, namun nampaknya ia sangat tidak fokus karean memikirkan Zakia yang menangis semalam bahkan ingatan Ustadz Hisyam terus berkelindan dalam benaknya saat mengirimi pesan pada Zakia, ditambah sampai sekarang Ayunda tiba-tiba hilang tampa kabar, biasanya Ayunda mengirimnya pesan setiap menit, bahkan tidak menyerah menelponnya tapi sejak kemarin Ayunda tidak mengirim pesan bahkan nomernya sama sekali tidak aktif. Alih-alih bukanya Gus Kais senang ia malah tambah khawatir dan kepikiran karean biar bagimana pun, mereka sudah pacaran lama bahkan Ayunda adalah cinta pertama Gus Kais.
"Yuda tolong kamu keruangan saya." Gus Kais menelfon Yuda dari dalam rumahannya.
"Iya, baik Gus." Yuda langsung berjalan menuju rungan Gus Kais.
"Permisi Gus. Assalamualaikum" Yuda mengetuk pintu rungan Gus Kais.
"Waalaikumsalam, masuk." Gus Kais memerintah Yuda masuk.
Yuda langsung masuk ia duduk di hadapan Gus Kais, Yuda adalah pegawai Gus Kais yang paling lama, ia bukan hanya Gus Kais anggap sebagai pekerjaannya tapi juga sebagai orang kepercayaan Gus Kais.
"Dari kemarin Ayunda tidak datang kah-kesini?" Gus Kais mengangkat sebelah alisnya, tatapannya penuh intimidasi.
Yuda mengeleng, memang sejak kemarin Ayunda tidak datang ke Caffe, sebenarnya Yuda merasa bingung dengan sifat Gus Kais, karean sudah di berikan istri cantik di tambah juga sangat penyabar tetapi masih saja mencari Ayunda.
"Maaf Gus, bukanya saya lancang tapi alangkah baiknya lebih baik Gus sudahi saja hubungannya dengan Ayunda, kasih Mba Zakia Gus." ucap Yuda nampak begitu hati-hati.
Gus Kais menarik nafas dalam, "Aku ndak tahu harus bagimana Yud. aku sudah mencoba berkali-kali jatuh hati bahkan sudah kubuka pelan-pelan perasaan ini untuk istriku tapi aku tidak bisa." Gus Kais membuang nafas berat.
Yuda mendengarkan ucapan Gus Kais. "Maaf Gus, mungkin bukan tidak bisa, tapi belum bisa Gus karean sampean masih memikirkan Ayunda."
Ucapan Yuda ada benarnya juga, karean Gus Kais masih mengingat Ayunda dan itu yang menjadi penghambat untuk Gus Kais bisa menyentuh Zakia bahkan memberikan Zakia cinta yang penuh.
"Tapi aku kasihan melihat istriku nampaknya tertekan hidup dengan ku." Gus Kais menatap Yuda yang menunduk.
Yuda membatin sambil menarik nafas dalam. "Ngak tertekan bagimana! lah wong Gus saja terang-terangan membawa Ayunda kerumah, bahkan begitu terang-terangan melukai hati Mba Zakia." Apalah daya Yuda hanya bisa membatin, ia takut jika suasananya semakin runyam dan kerjaan bisa. berantakan yang ada Caffe nanti bisa di tutup dan ia bingung harus mencari pekerjaan dimana?
"Lalu Apa langkah Gus selanjutnya?" Ucap Yuda.
"Apa, aku sudahi saja pernikahan ku dengan Zakia yah Yud? dan aku harus berterus terang pada Umi dan Abah kalau aku tidak bisa lupa dari Ayunda dan aku akan menikahi nya." Gus Kais berkata seperti ia sudah hilang akal.
Yuda hanya bisa menelan Salivanya dalam, ia bingung dengan jalan pemikiran Gus Kais, jika dirinya jadi Gus Kais sudah pasti ia akan memilih Mba Zakia. karean jika memilih Ayunda tabiatnya sangat buruk dan mungkin sangat sekali susah diubah.
Ditambah Gus Kais kadang suka tunduk pada Ayunda bahkan ia rela membukakan usaha untuk Ayunda yang nampak aleman dan begitu matre.
"Kalau Soal Itu terserah Gus saja." Yuda nampak malas ikut campur, karean jika memberikan saran percuma saja karean Gus Kais nampak sulit di artikan.
"Jadi kamu tidak mau memberikan aku saran?" Gus Kais mengerutkan keningnya.
Yuda mengeleng. "Tidak Gus karean Menikah itu pilihan sedangkan jatuh cinta itu takdir, Gus bisa saja menikah dengan siapa, namun Gus juga kan tidak tahu di takdirkan hatinya untuk siapa toh. Jadi saran saya jangan sampai salah mencintai Gus karean sampean adalah anak tunggal yang mana sampeyan harus memegang kendali semuanya, dari pesantren, bahkan kedua orang tua sampean, serta menurut saya carilah perempuan yang terbaik agar ia kelak melahirkan keturunan yang terbaik juga Gus." Jawaban Yuda membuat Gus Kais merenung. "Kalau begitu saya permisi dulu yah Gus, sudah banyak pelanggan yang datang mereka memesan menu baru di Caffe Ini." Yuda beranjak dari duduknya meningalkan Gus Kais yang masih merenung.
Gus Kais menatap kerahan jendela, matanya nampak nanar, disana nampak angin berhembus menggoncangkan dedaunan yang masih menyatu dengan batang pohon.
Matanya mulai perih dan memanas saat memandangi dedaunan di balik jendela, di tambah ucapan Yuda benar-benar menusuk relung kalbu.
.
.
Sementara itu, Ayunda pingsan total selama dua puluh empat jam, bahkan saat terbangun ia nampak lemas tidak berdaya, bahkan matanya begitu susah ia buka lebar
"Ya-Tuhan. Aku dimana ini? apa, Arina dan Sahila mengantarkan aku ke Apartemen?" mata Ayunda masih susah dibuka.
Tangannya meraba kasur, namun Ayunda faham betul kalau tempat tidur dan selimutnya sangat berbeda.
Di tambah ia merasakan tubuhnya tidak memakai sehelai benang-pun. sebuah cairan di paha Ayunda nampak sudah mengering. Ayunda yang merasakan itu baru tersentak kaget bahkan ia sekarang bisa membuka matanya lebar
"Apa yang terjadi?" Ayunda bergeming, saat melihat tubuhnya tampa busana.
"Kenapa aku bisa disini?" Ayunda menatap kanan dan kiri, ia faham dirinya sekarang ada di sebuah kamar Hotel.
Wajah ngantuknya kini berganti menjadi kepanikan, bahkan ia hampir menangis ketakutan, karean semalam seingatnya ia berada di Club bersama Arina dan Juga Sahila.
Ayunda langsung beranjak dari duduknya, mencari keberadaan ponselnya, bahkan semua pakainya berserakan di lantai di bawah ranjang tidurnya.
Ayunda menelfon Arina namun tidak ada jawaban, akhirnya Ayunda menelfon Sahila, meskipun Sahila dek-dekan ia tetap menjawab telfon Ayunda.
"Hallo Yun, ada apa?" Ucap Sahila dari balik telfon.
"Ini aku ada dimana sih Sahila, bukanya semalam aku ada di Club sama kalian? kenapa sekarang aku ada di Hotel." Ayunda menarik nafas berat.
Sahila nampak begitu cemas namun ia berusaha menutupi semua itu. "Hmmm ... Aku ngak tahu Yun, semalam aku sama Arina pulang lebih dulu, jadi masalah kamu sekarang ada di Hotel jadi kami ngak tahu Yun." Sahila berkilah, bahkan ia berusaha menutup rapat kebusukan itu. "Yah udah yah-Yun, aku sibuk banget nih udah dulu ya!" Sahila langsung menutup telfon.
 
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                    