NovelToon NovelToon
The Legend Of The Shadow Eater

The Legend Of The Shadow Eater

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Kutukan / TKP / Hantu
Popularitas:459
Nilai: 5
Nama Author: Senara Rain

Bagi Lira, Yash adalah mimpi buruk. Lelaki itu menyimpan rahasia kelam tentang masa lalunya, tentang darah dan cinta yang pernah dihancurkan. Namun anehnya, semakin Lira menolak, semakin dekat Yash mendekat, seolah tak pernah memberi ruang untuk bernapas.
Yang tak Lira tahu, di dalam dirinya tersimpan cahaya—kunci gerbang antara manusia dan dunia roh. Dan Yash, pria yang ia benci sekaligus tak bisa dihindari, adalah satu-satunya yang mampu melindunginya… atau justru menghancurkannya sekali lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senara Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16

Setelah menumpuk mangkuk bekas mie instan di wastafel, Lira segera masuk ke kamar. Ia mengganti bajunya dengan kemeja putih sederhana dan celana jeans hitam, lalu meraih tas dan ponselnya. Rambutnya masih agak lembap setelah mandi, ia buru-buru mengikatnya ke belakang.

Begitu ia keluar kamar, Yash sudah berdiri bersandar di ambang pintu apartemen, seolah sudah siap lebih dulu.

“Kau mau kemana?” tanyanya datar, tapi matanya tajam mengikuti setiap gerakan Lira.

“Ke kantor polisi,” jawab Lira tanpa menoleh, tangannya sibuk mencari kunci di dalam tas. “Kau tetap di sini!”

“Tidak bisa,” suara Yash terdengar mantap. Ia melangkah mendekat, bayangannya menutupi Lira. “Aku ikut denganmu.”

Lira langsung menoleh, menatapnya tajam. “Kau gila? Kau mau ditangkap?!”

Sudut bibir Yash terangkat tipis, senyumnya penuh percaya diri. “Mereka tak bisa menangkapku.”

Lira tercekat. Kata-kata itu memang terdengar seperti kesombongan, tapi ia tahu Yash tidak sedang bercanda. Bayangan ingatan tentang bagaimana Yash bisa melayang di udara, bergerak secepat kilat, dan menaklukkan makhluk hitam semalam—itu semua bukti nyata.

Ia menggenggam erat tali tasnya, napasnya sedikit gemetar. “Terserah,” ucapnya akhirnya, menyerah pada keras kepala Yash. “Tapi jangan dekat-dekat. Aku tidak mau mereka curiga padamu.”

Yash tidak menjawab. Ia hanya menatap Lira lama, lalu tersenyum samar—senyum yang lebih terlihat seperti kepuasan karena bisa ikut bersamanya, meski dengan syarat.

Lira menuruni tangga apartemen dengan langkah cepat, mencoba mengabaikan langkah kaki Yash yang mengikuti dari belakang, tenang dan tak tergesa, seolah yakin Lira tak akan bisa benar-benar melepaskan dirinya.

 

Sesampainya di halaman kantor polisi, Lira memarkir mobilnya dengan cepat. Sebelum turun, ia menoleh ke samping, menatap Yash yang duduk dengan santai di kursi penumpang, tangan terlipat di dada.

“Tunggu di sini,” ucap Lira tegas. “Kali ini serius, jangan ikut campur.”

Alis Yash sedikit terangkat, tatapannya menelusuri wajah Lira seakan menimbang apakah gadis itu bisa dipercaya untuk menghadapi ini sendirian. Namun akhirnya ia hanya mengangguk pelan. “Baiklah. Tapi aku akan tahu jika sesuatu terjadi padamu.”

Lira tak membalas, ia buru-buru keluar dari mobil, menutup pintu dengan sedikit keras seolah menegaskan batas. Ia melangkah masuk ke gedung kantor polisi dengan napas berat.

Begitu sampai di lantai dua, ia langsung menuju ruangan Keniro. Pintu diketuk sekali, lalu ia masuk.

Keniro sedang duduk di balik mejanya, wajahnya menegang saat melihat Lira. “Akhirnya kau muncul juga. Kau menghilang terlalu lama, Lira. Tim resah—aku juga.”

Lira mengangguk cepat. “Aku tahu, maafkan aku. Tapi aku tidak bisa datang dengan tangan kosong. Aku ingin menyampaikan hasil penyelidikanku.”

Keniro menyandarkan punggungnya ke kursi, menyilangkan tangan di dada. “Baik, katakan.”

Lira menarik napas panjang, menatap lurus ke arah komandannya. “Pertama… ini sangat tidak masuk akal, dan aku tidak memaksamu langsung percaya. Tapi pelaku yang membunuh dan menghilangkan bayangan… bukanlah manusia.”

Keniro mengerutkan kening. “Apa maksudmu?”

Lira menelan ludah, tangannya mengepal di pangkuannya. “Dia makhluk bernama Lelepah. Dia menyerap bayangan… dan sari kehidupan manusia. Itulah mengapa para korban mati dengan cara yang aneh, seolah energi mereka habis. Aku… sudah menemukan pria yang sempat kuceritakan dulu. Dan benar, dialah pelakunya.”

Ruangan mendadak sunyi. Detik jam di dinding terdengar jelas. Keniro menatapnya lama, matanya penuh keraguan tapi juga rasa ingin tahu.

“Lira,” suaranya rendah, berat. “Kau sadar apa yang baru saja kau katakan? Itu terdengar seperti cerita mistis, bukan laporan investigasi.”

Lira menunduk sejenak, lalu mengangkat wajahnya lagi dengan tatapan mantap. “Aku tahu. Tapi aku melihatnya sendiri. Aku nyaris mati karenanya.”

Keniro menghela napas panjang, lalu bangkit dari kursinya. Ia berjalan mendekati Lira, menatap gadis itu dengan raut prihatin bercampur tegas.

“Lira…” suaranya lebih lembut dari biasanya, tapi mengandung nada serius, “kau sudah bekerja terlalu keras. Aku bisa melihatnya dari wajahmu. Kau kelelahan, emosimu tidak stabil, dan sekarang kau datang padaku membawa cerita yang bahkan tak bisa dinalar.”

Lira terbelalak. “Tapi aku tidak berhalusinasi! Aku melihatnya dengan mataku sendiri! Makhluk itu nyata, Keniro!”

Keniro menepuk bahu Lira, berusaha menenangkannya. “Cukup. Aku tidak ingin mendengar lebih jauh. Aku tahu kau detektif yang hebat, salah satu yang paling berdedikasi. Tapi semua orang punya batas.” Ia menatap dalam ke mata Lira, seolah ingin memastikan pesannya benar-benar tersampaikan. “Kau butuh istirahat. Mulai hari ini, aku izinkan kau mengambil cuti. Lama atau sebentarnya terserah, tapi aku tidak akan biarkanmu kembali ke lapangan sampai kondisimu pulih.”

“Keniro—!” suara Lira tercekat, setengah protes, setengah memohon.

“Ini bukan diskusi,” potong Keniro tegas. “Kau bisa menganggap ini perintah.”

Lira terduduk lemas di kursi, kepalan tangannya bergetar. Ia ingin marah, ingin berteriak bahwa dirinya tidak gila. Tapi satu sisi hatinya sadar… dari sudut pandang orang lain, semua yang baru saja ia ucapkan memang terdengar seperti delusi.

Keniro kembali ke mejanya, mengambil beberapa berkas lalu menutupnya rapat. “Pulanglah, Lira. Tenangkan pikiranmu. Jangan biarkan kasus ini memakanmu habis.”

Mata Lira memanas. Ia menunduk, mengangguk kecil, lalu berdiri. Tanpa banyak kata lagi, ia meninggalkan ruangan itu dengan langkah berat.

Lira menjatuhkan tubuhnya ke sandaran kursi mobil, matanya menatap kosong ke kaca depan. Jemarinya mengetuk-ngetuk setir, tanda kegelisahannya belum reda.

Yash yang duduk di sampingnya hanya menautkan alis, bibirnya terangkat miring dengan senyum setengah menggoda. “Kenapa? Mereka tak mempercayai ceritamu ya?” suaranya tenang, seolah tahu persis isi hati Lira.

“Tentu saja,” desis Lira, nada getirnya terdengar jelas. “Mereka menganggapku gila. Harusnya kau ikut masuk tadi, menunjukkan kekuatan hebatmu, lalu membuat dunia heboh.” Ia melirik tajam sekilas, lalu menatap lagi ke depan.

Yash terkekeh pelan, suara rendahnya seperti gema dalam kabin mobil. “Begitulah manusia… lebih percaya pada apa yang matanya lihat daripada telinganya dengar.”

Lira mendengus. “Aku pun begitu. Andai saja makhluk-makhluk sialan itu tidak membuatku harus menempel padamu…” suaranya melemah, seperti ada beban yang menahan di dadanya.

Yash menundukkan kepalanya sedikit, memperhatikan wajah Lira dari samping. Ada guratan lelah, ada getir yang berusaha disembunyikan, dan ada sisa-sisa tangis yang ia tahu tak pernah diakui gadis itu. Perlahan, Yash menyandarkan sikunya ke sandaran pintu, lalu mendekat sedikit.

“Kau boleh membenciku, boleh memaki setiap saat…” bisiknya rendah, tepat di telinga Lira, membuat gadis itu terkejut menoleh. Tatapan mata mereka bertemu begitu dekat. “…tapi aku satu-satunya yang bisa membuatmu tetap hidup.”

Lira menelan ludah, jantungnya berdegup tak terkendali. Ia segera memalingkan wajah, menyalakan mesin mobil agar tidak larut dalam tatapan itu. “Diamlah, Yash. Jangan sok penting.”

Tapi sudut bibir Yash kembali terangkat, puas melihat reaksi kecil itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!