NovelToon NovelToon
Vira Legend Of The Tree

Vira Legend Of The Tree

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Isekai
Popularitas:789
Nilai: 5
Nama Author: Sofiatun anjani

Vira, seorang anak perempuan yang polos dan cantik selalu dikurung oleh ayahnya untuk menghasilkan uang dengan menjual tubuhnya.
Hingga suatu malam itu Vira mendapatkan pelanggan yang sangat berbeda dan cukup unik, berbicara lembut padanya dan bahkan memakaikan baju untuknya.
Namun, Vira tidak menduga bahwa pertemuannya itu justru mengubah nasibnya di masa depan nanti.
Siapakah sebenarnya laki-laki itu? dan takdir nasib apa yang tengah menunggunya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sofiatun anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

"Tuan... Goro... Orang... Baik... Orang baik... Harus... Tersenyum..."

Baik Sen dan Vin pun sama-sama terkejut mendengar Vira yang baru saja bicara dengan lancar dari pada sebelumnya.

"Vira... Apa sekarang anda sudah bisa bicara? Anda mengatakan kalimat lain dengan cukup lancar" ucap Sen melihat Vira dengan senang.

Namun, Vira justru menggeleng menanggapi pertanyaan Sen itu. Karena memang ia belum bisa bicara dengan benar.

Peri yang menangkup pipi Goro pun melepaskan kedua tangannya lalu berkacak pinggang pad Goro sambil menatapnya penuh keseriusan yang justru terlihat lucu.

"Sebenarnya... Tadi itu... Bukan Vira yang bicara... Tapi... Kami" ucap Vira menatap Sen dan Vin yang mengalihkan perhatiannya pada peri-peri yang ada di sekeliling Vira yang seperti tengah berbicara tapi tak terdengar sedikitpun suaranya.

"Heh?"

Vira pun segera mengangguk sambil mengangkat salah satu peri dengan kedua tangannya ke depan mereka.

"Kalian... Tidak... Bisa... Mendengar kami... Jadi... Kami... Menggunakan sihir... Pada suara... Vira... Untuk... Berkomunikasi..." ucap Vira lagi tapi peri itu terlihat seperti yang sebenarnya bicara.

"Oh... Jadi begitu ya..."

"Aku tidak pernah mendengar ada peri yang bisa berkomunikasi lewat perantara tuannya seperti itu" ucap Vin bingung.

"Lalu, bagaiman dengan Vira sendiri? Apa anda bisa mendengar dan memahami suara peri-peri itu?" tanya Sen pada Vira yang langsung mengangguk.

"Begitu ya..."

"Hah! Bahkan setelah kejadian itu pun kau masih tidak bisa bicara, seharusnya aku tidak perlu terlalu terkejut akan hal itu" ucap Vin.

"Hei... Manusia... Jaga bicaramu... Hanya karena... Kau bisa... Bicara... Dengan... Lancar..."

Peri berwarna merah pun menghampiri Vin lalu berkata dengan suara Vira.

"Vira... Adalah... Anak yang... Baik... Dan... Orang baik... Tidak akan... Membandingkan... Kemampuan... Seseorang... Sepertimu"

Peri berwarna biru pun ikut menghampiri Vin, terbang di samping peri berwarna merah.

"Hanya... Karena... Kau... Lebih... Bisa... Dari Vira... Bukan berarti... Vira... Tidak bisa... Melakukan... Apapun..."

Kedua peri itu berkacak pinggang dan terlihat marah pada Vin.

"Ck!" Vin berdecak dan mengabaikan kedua peri itu.

"Dengar ya, aku masih belum percaya padamu, dan bahkan anda masih belum membuktikan apapun, setelah apa yang terjadi, mungkin itu hanya karena para peri itu saja, anda masih harus membuktikannya dengan sangat jelas" ucap Vin pada Sen, lalu bangkit berdiri dan hendak pergi. Namun ia berhenti saat matanya menangkap sosok Goro yang masih tertunduk.

"Dan kau! Kau masih punya hutang penjelasan padaku!" ucap Vin pada Goro dan kemudian berlalu pergi dari sana dengan emosi yang belum reda.

"Vin..."

Sen pun tidak bisa menghentikan Vin jika mengingat kondisi saat ini.

"Sepertinya saya harus menyiapkan kamar untuk kalian, saya permisi" ucap Goro yang kemudian pergi untuk menyiapkan kamar.

***

Sementara itu disisi lain Vin yang ternyata ada di teras rumah tengah memikirkan banyak hal, mulai dari kejadian 17 tahun lalu sampai hari ini, ia benar-benar tidak ingin menerimanya secara insting, egonya terlalu besar, dan ia lebih percaya pada ego daripada instingnya.

"Haha... Ayo kak lebih kencang...!! Wuu...!!"

Vin kembali teringat wajah dan tawa adiknya yang selalu memintanya menemaninya bermain ayunan kesukaannya.

Tapi... Itu dulu, ketika semua baik-baik saja hingga satu malam itu menghancurkan semuanya.

Ayah, setengah penduduk negeri, dan juga adiknya. Walaupun sebenarnya adiknya tidak meninggal, tapi baginya ia sudah meninggal, karena setiap kali ia panggil namanya adiknya tidak pernah merespon atau menjawabnya seperti dulu saat ia memenuhi istana dengan suara berisiknya.

Vin hanya ingin adiknya kembali, karena itu adalah alasan ia tetap bertahan menjadi dirinya yang sekarang, dan satu-satunya agar hal itu bisa terwujud adalah bertukar tempat.

Vin menatap ke atas tepat sebelum penglihatannya tertuju ke langit sebuah sihir penghalang yang selama ini melindungi kerajaan dari hutan kegelapan, sihir penghalang yang dibuat oleh adiknya, sejak kekuatannya sudah bangkit lebih dulu.

Andai saja ia sebagai kakak lebih bisa berguna lagi, adiknya tidak perlu menderita seperti itu. Dan sekarang yang bisa ia lakukan hanyalah menyalahkan dirinya yang entah kapan kekuatannya akan bangkit.

"Rina..."

Dengan frustrasi Vin terus menggunakan nama adiknya sambil menahan Isak tangisnya dengan kedua tangannya.

***

"Sepertinya didapur tidak ada bahan makanan sama sekali, tapi tidak apa saya akan pergi keluar untuk membeli beberapa makanan hangat" ucap Goro setelah memeriksa kondisi dapur yang memang tidak punya apa-apa.

"Apa anda punya uang?" tanya Sen pada Goro sebelum dia pergi.

Goro pun tak bisa menjawabnya dan hanya berhenti ditempat.

"Tidak apa, biar saya saja yang membelinya" ucap Sen mengajukan diri.

"Tapi..."

"Sebaiknya anda menyiapkan kamar mandi dan air panas juga, kami belum membersihkan diri setelah semua yang terjadi hari ini" ucap Sen pada Goro lalu berlalu pergi untuk membeli makanan.

"Baiklah..." Goro pun menatap Vira yang masih berdiam diri disana bersama peri-peri nya.

"Apa anda suka air panas?" tanya Goro pada Vira yang menjawab dengan anggukan.

Goro pun pergi untuk merebus air untuk kamar mandi. Selepas kepergian Goro, Vira mulai beranjak dari tempatnya sambil ditemani peri-peri kecil itu ia pergi ke luar rumah.

Dan tepat disana ia bisa melihat sosok pemuda yang tengah duduk sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

Vira pun menghampirinya lalu duduk disampingnya tanpa suara.

"Kenapa kau kemari?" tanya Vin tiba-tiba, ia sudah tahu kalau itu Vira.

Vira pun menggeleng tidak ada apa-apa.

"Kalau tidak ada pergilah"

Namun, Vira sama sekali tidak pergi walaupun disuruh, karena ia pikir bukan hal yang bagus meninggalkannya sendirian disini.

"Sshh... Ck!" Vin pun mendecih kesal melihat Vira yang tidak mau pergi.

Mereka pun akhirnya hanya saling diam dengan pikiran masing-masing, tidak ada percakapan dan hanya keheningan.

Hari sudah menjelang malam, dan langit pun mulai menggelap tanpa bintang.

"Ri... Ri... Na..." saat tiba-tiba Vira menyebutkan nama seseorang.

Vin pun menoleh dan terkejut Vira akan mengucapkan nama itu.

"Bagaimana kau bisa tahu nama itu?! Hah!! Aku bertanya padamu bagaimana kau bisa tahu nama itu?!!" tanya Vin dengan memaksa dan marah.

Vira pun menunjuk ke langit malam tanpa bintang, tanpa mengatakan apapun, lalu menatap Vin yang menatapnya penuh amarah.

Namun Vira tidak peduli dan fokus pada peri-peri di pangkuannya yang terlihat mengantuk.

"Apa kau tuli atau bagaimana?! Sudah cukup dengan dirimu yang tidak bisa bicara!! Jawab aku!!" Vin kembali memaksa tidak sabaran.

"Hei... Manusia... Apa kau buta?... Jelas-jelas... Vira bisa... Tahu... Semuanya... Itu... Karena... Dia... Adalah... Anak... Dalam... Ramalan..."

"Sebagai... Pangeran... Kau juga... Sudah... Tahu... Itu... Kan..."

Para peri itu pun menjelaskan melalui suara Vira.

"Cih! Aku masih belum percaya hal itu, pak tua itu belum membuktikan apapun padaku" ucap Vin dengan menyebut Sen sebagai pak tua.

Vira pun mencoba memegang tangan Vin dengan ragu-ragu ia memberanikan diri.

Vin pun terkejut dibuatnya, tapi entah kenapa ia tidak bisa menolaknya, dan itu membuat perasaan aneh mengalir ditubuhnya.

Vira menatap Vin tanpa ekspresi, dengan tangan yang memegang tangan Vin lembut.

"Se... Selamat... Kan... Hah... Saya... Akan... Hah... Me...Nye... Lamatkan..." ucap Vira kali ini benar-benar dari dirinya sendiri walaupun dengan terbata-bata.

***

1
Helen Dorty
Gak bisa berhenti!
Lan Yumi
Boss banget deh thor, jangan lupa terus semangat nulis ya!
Naruto Uzumaki
Baca ini sambil minum teh hangat, perfect combo ❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!