NovelToon NovelToon
Obsesiku Tawananku

Obsesiku Tawananku

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Playboy / Hamil di luar nikah / Percintaan Konglomerat / Obsesi / Fantasi Wanita
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Adra

Meira, gadis muda dari keluarga berantakan, hanya punya satu pelarian dalam hidupnya yaitu Kevin, vokalis tampan berdarah Italia yang digilai jutaan penggemar. Hidup Meira berantakan, kamarnya penuh foto Kevin, pikirannya hanya dipenuhi fantasi.

Ketika Kevin memutuskan me:ninggalkan panggung demi masa depan di Inggris, obsesi Meira berubah menjadi kegilaan. Rasa cinta yang fana menjelma menjadi rencana kelam. Kevin harus tetap miliknya, dengan cara apa pun.

Tapi obsesi selalu menuntut harga yang mahal.
Dan harga itu bisa jadi adalah... nyawa.



Ig: deemar38

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Adra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

OT 22

Meski hatinya masih berbunga-bunga karena Kevin meresponsnya semalam, ada satu hal yang terus mengganggu pikiran Meira. Rasa senang itu seperti ditutupi bayangan gelap yang semakin lama semakin menekan. Sampai detik ini, kesepakatan dengan ayah kandungnya soal pemberian uang “diam” belum juga terealisasi.

Ia memandangi layar ponselnya berkali-kali, berharap ada notifikasi transfer atau sekadar pesan singkat yang menandakan ayahnya menepati janji. Tapi nihil. Bahkan uang bulanannya yang biasanya datang tepat waktu pun belum masuk.

Meira menggigit bibirnya, perasaan resah mulai merayap. Kalau uang itu tidak juga diberikan, bagaimana ia akan bertahan? Ia mengandalkan itu untuk membayar sewa apartemen, makan, dan sekadar memastikan dirinya bisa hidup sehari-hari. “Apa... dia akan mengkhianatiku?” batinnya, dada mulai terasa sesak.

Pikiran itu membuatnya sedikit panik. Selama ini, ia masih menggenggam keyakinan kecil bahwa meski ayahnya tidak pernah benar-benar mengakuinya, paling tidak ada sedikit tanggung jawab yang masih ia jalankan lewat uang. Tapi kalau sekarang pun diputus, apa artinya?

Tangannya gemetar ketika meraih gelas air di meja, mencoba menenangkan diri. Namun rasa cemas itu terus menghantui. Bunga-bunga harapan yang semalam bermekaran karena Kevin, kini terasa layu ditelan ketidakpastian.

Hari itu Meira duduk di tepi ranjang dengan jantung berdegup tak karuan. Rasanya aneh sudah akhir bulan, tapi belum ada tanda-tanda transfer. Uang di rekening makin menipis. Padahal biasanya, meski telat sehari, uang bulanan tetap masuk. Namun kali ini benar-benar tidak ada.

Keningnya berkerut. Kalau memang dia berniat membayar kesepakatan itu, kenapa sampai sekarang belum juga diberikan? pikir Meira. Ketidakpastian itu membuat pikirannya kacau. Rasa takut bercampur marah mulai menyusup.

Ia meraih ponselnya, membuka kontak yang jarang ia sentuh: nomor asisten ayahnya. Jari-jarinya sempat ragu menekan layar, tapi akhirnya ia menghela napas panjang dan mulai mengetik pesan.

“Gue mau nagih janji Bos lo soal deal kemarin. Kalo nggak ada kejelasan juga, jangan salahin gue kalo gue langsung datengin keluarga beliau.”

Pesan itu singkat tapi tajam. Meira menatap layar ponsel cukup lama sebelum akhirnya menekan tombol kirim. Begitu pesan terkirim, tangannya terasa dingin, seolah ia baru saja melempar bom ke ruang hening.

Tubuhnya gemetar kecil. Bagian dari dirinya merasa takut, takut kalau ancamannya itu akan membuat situasi makin buruk. Tapi sisi lain merasa harus tegas. Ia sudah terlalu lama dipermainkan. Kalau janji itu tidak ditepati, apa lagi yang bisa ia harapkan dari sosok yang disebut ayah?

Ponselnya tetap hening. Tidak ada balasan. Meira menggigit kukunya, tatapannya kosong ke arah jendela yang perlahan gelap. Rasanya detik-detik menunggu itu jauh lebih menyakitkan daripada pertengkaran apa pun.

Sudah lewat dua jam sejak pesan terakhir Meira terkirim, layar ponselnya tetap sepi. Nggak ada centang biru, nggak ada balasan. Meira mulai gusar, jemarinya mengetik cepat dengan nada setengah asal, penuh cuek tapi jelas mengancam:

“Oke deh, kalo lo pada masih nggak kasih kejelasan, besok gue maksa dateng ke rumah bos lo. Atau langsung ke kantor Bos lo sekalian.”

Baru beberapa menit pesan itu terkirim, ponsel Meira bergetar kencang. hanya nomor ponsel masuk tapi ia tahu betul itu nomor asisten ayahnya. Meira mengangkatnya dengan malas, suaranya datar, “Ya?”

Bukan suara sang asisten yang terdengar. Melainkan suara berat yang familiar, dingin, dan penuh jarak. Erick. Ayah kandungnya.

“Meira,” suara itu terdengar menekan, “Saya belum ada uang. Jadi jangan bikin ribut.”

Meira sontak duduk tegak, darahnya naik ke kepala. “Apa?! Lo pikir gue main-main? Kita udah deal, Erick! Kalo lo nggak bisa bayar, ya minimal transfer uang bulanan gue sekarang. Lo ngerti nggak sih?”

Suasana hening sebentar. Erick menghela napas, nadanya tetap datar. “Saya bilang saya akan bayar, tapi kamu harus tunggu beberapa hari. Sekarang saya nggak punya cash.”

Meira menahan tangis sekaligus amarah, giginya bergemeletuk. “Alasan lo klasik banget ya. Gue beneran muak sama janji-janji lo.”

“Udah cukup, Meira. Tunggu beberapa hari,” Erick menutup percakapan seakan itu keputusan final.

Meira terdiam, lalu mengiyakan dengan suara dingin, “Fine. Tapi ini terakhir kali gue nurut.”

Tanpa menunggu balasan, ia langsung menekan tombol merah. Ponsel terlempar ke kasur, dan Meira mengusap wajahnya kasar. Rasa marah bercampur kecewa menggerogoti hatinya. Dunia seakan benar-benar menutup semua pintu buatnya.

Telpon baru saja terputus. Nafasnya masih tersengal, emosinya belum juga reda, lalu ia menutup wajah dengan kedua tangannya.

Beberapa detik kemudian, ponselnya bergetar lagi. Kali ini bukan panggilan, melainkan notifikasi pesan masuk. Layar menyala, menampilkan nama pengirim yang sama yaitu ayahnya.

Meira menatap layar itu. Jemarinya sempat ragu untuk menyentuh, ada rasa takut akan kata-kata berikutnya. Tapi sisi lain dirinya terlalu penasaran,tatapannya langsung membeku ketika mulai membaca isi pesan itu:

Kamu tuh cuma jadi beban. Pengangguran, nggak punya masa depan. Lihat dua anak saya yang sebaya sama kamu, mereka udah kerja di tempat terhormat, sekolah tinggi, bikin saya bangga. Sementara kamu? Cuma bisa ngemis tiap bulan, ngabisin duit tanpa hasil. Selama ini saya kasih uang karena kasihan aja, tapi ternyata kamu malah makin nggak berguna. Kamu tuh aib. Saya malu ngakuin kamu anak saya.

Pesan itu seperti cambuk yang menghantam dada Meira. Nafasnya langsung sesak, matanya panas, dan tubuhnya bergetar hebat. Kata-kata ayahnya terus berputar di kepalanya, seperti jarum yang menusuk tanpa henti.

“Dasar anak nggak berguna! Pengangguran! Bandingin tuh sama anak-anakku yang lain!”

Meira menjerit, “BANG-SAT, MO-NYET!!!" Umpatan-umpatan lain menyusul, kalimat kasar meluncur tanpa bisa ia tahan lagi. Tangannya meraih apa pun yang dekat botol parfum, majalah, pigura foto semua dilempar ke dinding. Suara pecahannya menggema, memenuhi kamar.

“Kenapa gue yang harus diperlakukan kayak gini?!” suaranya pecah, serak, bercampur dengan tangis. Ia menendang kursi, lalu menjambak rambutnya sendiri, tubuhnya melipat seperti hendak pecah dua.

Air matanya tak terbendung, tapi bukan tangisan lemah lebih seperti amarah yang meledak, bercampur putus asa.

“KENAPA SEMUA NYIKSA GUE?!!” teriaknya, tenggorokannya perih, wajahnya basah.

Dalam keputusasaannya, satu nama meluncur dari mulutnya. Nama yang semalam memberi sedikit kehangatan di tengah dinginnya hidupnya.

“KEVIN!!!” suaranya melengking, penuh putus asa. Ia berteriak lagi, kali ini lebih keras, lebih hancur.

“KEVIN!!! TOLONG GUE!!!”

Namun hanya ada keheningan. Ruangan yang penuh pecahan kaca itu tidak menjawab.

Ia merosot ke lantai, kedua tangannya mencengkeram rambut, tubuhnya berguncang karena tangis.

“Kev... gue butuh lo sekarang. Gue nggak kuat sendirian... Gue nggak kuat...” gumamnya, lirih, seperti harapan yang dipaksa keluar.

Tapi hanya isakan dan suara hatinya sendiri yang menjawab.

1
Aquarius97 🕊️
Meira kah vin.? jika iya, hmm...diam2 kamu memperhatikan yaa
Aquarius97 🕊️
yaiyalah mei... lu siapa emangnya wkwk
Aksara_Dee
periksa sama aku aja, rahasia aman 😅
Aksara_Dee
emang kalau udah penyakit hati susah ya
Aksara_Dee
semoga bukan kevin ya
Aksara_Dee
tapii... crush nya Kenji naksirnya kamu, Kev
Aksara_Dee: ❤️❤️❤️❤️
total 8 replies
D. A. Rara
kalo Kevin aku rasa dia mau ngk tau Kenji
Aquarius97 🕊️
wah parah juga lu Mei...
Aquarius97 🕊️
tahan Meira, jangan ngamuk yaa 🤣
Aksara_Dee
like plus mawar untuk kaka
Dee: yeeeaa... makasih Kakak🥰
total 1 replies
Aksara_Dee
yups mantap kata²nya cukup menampol bibir kenji
Aksara_Dee
owalaahh aku gemess sama Kenji
Aksara_Dee
kenji pengen bgt tampil nih kayaknya
Aksara_Dee
duuhh dia capek banget itu, pengen peluk kevin 🥺
Dee: Merasa tertekan
total 1 replies
Aksara_Dee
diam-diam dia ingin tampil sebagai tokoh di head line
Dee: Mulai ketauan aslinya
total 1 replies
Aksara_Dee
jeli bangen si wartawan
Aquarius97 🕊️
tabok dulu wajah kau mei hhh
Aquarius97 🕊️
selmattt Meiraa 💪😵
Aquarius97 🕊️
apal bgttt.. orang si kevin dunia meira
Aquarius97 🕊️
wuahhh.. kalau aku jadi Meira bakalan kayang trus jungkir balik tuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!