NovelToon NovelToon
Balas Dendam Istri, Selingkuh Dengan Ayah Mertua

Balas Dendam Istri, Selingkuh Dengan Ayah Mertua

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / Reinkarnasi / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta
Popularitas:22.7k
Nilai: 5
Nama Author: Pannery

Noura mati dibunuh suaminya dan diberi kesempatan hidup kembali ke-3 tahun yang lalu. Dalam kehidupannya yang kedua, Noura bertekad untuk membalaskan dendam pada suaminya yang suka berselingkuh, kdrt, dan membunuhnya.

Dalam rencana balas dendamnya, bagaimana jika Noura menemukan sesuatu yang gila pada mertuanya sendiri?

"Aah.. Noura." Geraman pria itu menggema di kamarnya. Pria itu adalah Zayn, mertua Noura yang sering menyelesaikan kebutuhan diri sambil menyebut nama menantu wanitanya.

"Kenapa dia melakukan itu sambil menyebut namaku..?" Noura harus dihadapkan mertua gilanya yang sudah duda. "Anaknya gila.. ayahnya juga lebih gila, eh tapi.. besar juga ya kalau dilihat-lihat."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pannery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Marah?

Mia mencengkeram rambut Noura dengan kuat, menariknya ke belakang hingga kepala Noura tersentak.

"Dasar perempuan gila!" Seru Mia dengan penuh amarah.

"Aaak!" Noura terkejut tapi ia tidak tinggal diam. Meski sedikit terhuyung, Noura segera membalas dengan meraih rambut Mia dan menariknya sekuat tenaga.

"Lepaskan aku, br*ngsek!" Geram Noura, matanya menyala penuh kebencian.

Mereka saling berpegangan, saling tarik, seolah-olah ingin mencabik satu sama lain.

"Pelakor sialan!" Umpat Noura lalu dengan gerakan cepat, ia melepaskan cengkeraman Mia, kemudian meraih bahunya dan mendorongnya keras.

Mia kehilangan keseimbangan, nyaris jatuh, tapi masih bertahan dengan mencengkeram lengan Noura.

Mia mencoba menampar Noura, tapi Noura menghindar dengan cekatan.

Dengan satu gerakan, ia menyapu kaki Mia menggunakan kakinya sendiri. Mia terjerembab ke belakang, terjatuh dengan suara keras.

Mia bangkit dengan wajah yang berantakan saus, "Ah.. mataku perih.." Dia juga mulai merasakan perih saus yang menusuk mata.

Dengan satu tarikan kuat, Noura menarik baju Mia hingga sedikit tersingkap, lalu mendorongnya lagi ke belakang, membuat Mia terhuyung mundur hingga punggungnya menabrak dinding.

"Jangan pernah lagi menyentuhku," desis Noura, wajahnya dingin dan penuh kemenangan.

Mia terengah-engah, sadar bahwa ia telah kalah. Sementara itu, Noura menatapnya dengan tatapan tajam sebelum membalikkan badan dan melangkah pergi, meninggalkan Mia yang masih terduduk dengan rambut acak-acakan dan harga diri yang tercabik.

"Urus diri kalian sendiri, aku ingin ke kantor. Silahkan urus Darrel juga, Mia."  Ucap Noura lalu meninggalkan mereka.

Dengan tenang, Noura merapkan rambutnya yang sedikit berantakan akibat pertengkaran tadi.

Noura menarik nafas dalam, menikmati kemenangan kecilnya sebelum mendengar teriakan Mia dari dalam garasi.

"Hwaaa...!" Jerit Mia, suaranya menggema di dalam garasi itu.

"Ah, mataku perih banget, Mia tolong aku!" Teriak Darrel juga yang masih terjebak di dalam sana.

Noura tersenyum puas. Ia bisa membayangkan betapa kacau dan memalukan situasi mereka saat ini.

Tanpa menoleh lagi, Noura meninggalkan mereka berdua di garasi. Untungnya, tak ada orang lain yang mengetahui insiden ini.

Dengan langkah ringan, Noura menuju pintu depan, menutupnya rapat sebelum pergi menggunakan taksi.

...****************...

Setibanya di kantor, suasana hati Noura sangat baik. Kemenangan kecil tadi membuatnya merasa lebih segar dan bersemangat untuk menjalani hari.

Begitu sampai ke ruangannya, ia menyapa Jhon dengan ramah.

"Selamat pagi, Pak John."

Jhon yang tengah memeriksa beberapa dokumen di tangannya, menoleh dan tersenyum.

"Ah, Noura! Tepat sekali. Nanti siang akan ada rapat dengan perusahaan yang sudah lama bekerja sama dengan kita. Mereka tamu yang sangat penting bagi Pak Zayn."

"Baik, Pak. Saya akan memastikan semuanya siap," jawab Noura dengan profesional.

Noura segera memulai pekerjaannya dengan penuh konsentrasi.

Setelah beberapa jam bekerja, Noura memutuskan untuk berjalan ke dapur untuk mengambil kopi.

Namun, saat melewati ruang resepsionis, matanya menangkap sosok yang tak asing—Mia. Perempuan itu tampak lusuh dan lelah, jelas masih terpengaruh oleh insiden di garasi pagi tadi.

Yang lebih menarik lagi, ia sedang dimarahi oleh seniornya.

"Kenapa kamu terlambat?" Suara Senior itu terdengar tajam. "Kamu ini masih magang!"

Noura tersenyum kecil, lalu mendekat dengan santai. "Ada apa ini?"

Senior Mia menoleh. "Ah, ini, Bu Sekretaris. Mia datang terlambat hari ini."

Noura melirik Mia dengan pandangan sinis. "Oh, begitu. Kalau begitu, datanglah lebih cepat lain kali, anak magang. Jangan buat jadwal seenaknya sendiri," ucapnya tajam.

Mia menggertakkan giginya, wajahnya merah padam karena kesal. 'Aku telat juga gara-gara kamu, Noura!'  Batinnya penuh amarah.

Dengan puas, Noura meninggalkan mereka begitu saja, melanjutkan harinya dengan lebih baik, sementara Mia hanya bisa mengutuk dalam hati atas kekalahannya yang menyakitkan.

Mia masih merengut kesal setelah insiden memalukan di garasi. Rasa malu yang ia alami semakin membakar amarahnya terhadap Noura.

Mia mengepalkan tangannya erat-erat, bertekad untuk membalas dendam.

Saat jam istirahat siang, Mia berjalan menuju pantry dengan wajah yang masih kusut. Di sana, ia melihat Noura sedang makan kue dengan ekspresi santai.

Pemandangan itu membuat Mia semakin geram. “Bu sekretaris sedang senang, ya?” Suara Mia penuh sindiran saat ia melangkah mendekat.

Noura menoleh dengan tenang, lalu tersenyum tipis. “Tentu. Tidak seperti seseorang yang datang dengan rambut berantakan dan wajah lusuh.”

Mia mendengus kesal. “Kamu keterlakuan pagi ini, kamu pikir kamu bisa menang terus, ya?”

Noura menaikkan satu alisnya. “Panggil jabatan saat memanggilku Mia, anak magang harus sopan.”

Mia langsung menyambar lengan Noura dengan kasar, tetapi Noura dengan sigap menepis tangannya.

Mia mencoba menahan emosinya, tetapi tatapan tajam Noura seakan menantangnya lebih jauh.

“Kamu pikir aku akan diam saja?” Desis Mia. “Aku bisa membuat hidupmu di kantor ini menjadi neraka, Noura.”

Noura terkekeh kecil. “Oh, silahkan saja berusaha. Pasti kamu duluan yang akan merasakan neraka."

Setelah selesai, Noura hanya tersenyum miring sebelum mengambil cangkir kopi dan berjalan melewati Mia.

"Saya permisi dulu, perbaiki tata bahasamu anak magang." Sindir Noura yang membuat Mia makin marah.

...****************...

Mia memendam dendam yang dalam terhadap Noura. Setiap langkah yang diambil Noura selalu membuat Mia merasa tersaingi dan terabaikan.

Mia merasa bahwa inilah saatnya untuk bertindak, untuk meruntuhkan Noura dan merebut posisi yang selama ini didambakannya.

Hari ini, di tengah suasana kantor yang sibuk, rumor mengenai kedatangan tamu penting dari perusahaan lain mulai terdengar.

Semua staf diberi tau bahwa rapat besar akan segera dimulai. Mia, yang telah lama menunggu kesempatan ini, melihatnya sebagai peluang sempurna.

Mia ingin membuat Noura tampak buruk di mata orang-orang penting yang akan datang.

Mia menunggu dengan sabar. Dari kejauhan, ia melihat Noura sedang memegang beberapa dokumen penting.

Mata Mia mengamati dengan penuh perhatian, seolah-olah mencari celah untuk mengganggu Noura.

"Sepertinya dokumen itu penting.." Gumam Mia. Dia yakin dokumen yang sedang dipegang Noura itu sangat penting, dan itu adalah kesempatan untuk merusak semuanya.

"Aku harus membuatnya jatuh, sekarang juga."

Saat semua orang sibuk mempersiapkan perusahaan dengan baik, Mia tau ini adalah saat yang tepat.

Saat melihat Jhon dan Noura sedang keluar. Dalam sekejap, ia melangkah perlahan menuju ruang kerja Noura.

Tidak ada orang lain di sana, hanya kesunyian yang terasa mencekam. Meja kerja Noura dipenuhi dokumen-dokumen yang terlihat sangat rapi dan terorganisir.

"Ha.. sekretaris belagu." Ejek Mia.

Dengan hati-hati, Mia melirik ke sekitar, memastikan tak ada seorang pun yang melihat. "Sempurna," bisiknya dengan senyum licik.

Di meja Noura, sebuah cangkir kopi panas diletakkan begitu saja. Mia mendekatkan dirinya ke meja itu, dan dengan sengaja, tangannya menyenggol gelas kopi yang berada di dekat dokumen penting.

Kopi itu jatuh, menumpahkan isinya tepat di atas kertas-kertas yang tersusun rapi.

Dokumentasi yang semula terjaga dengan hati-hati kini terendam oleh noda hitam kopi yang merusak segala usaha Noura.

Di saat itu, langkah kaki terdengar di luar ruangan. Mia membeku sejenak. "Harus cepat... harus cepat," bisiknya.

Mia pergi dan menutup pintu perhalan. Tapi, belum sempat melangkah pergi, dia mendengar suara seseorang di belakangnya. "Mia?" Suara itu terdengar tajam, penuh tanya.

Mia berbalik dan melihat Yolan, salah satu staf lain, yang memandangnya dengan tatapan curiga. Yolan adalah karyawan yang pernah bermasalah dengan Noura.

"Kenapa kamu berkeliaran di sini?" Tanya Yolan, mengerutkan kening.

"Eh, aku... sedang mencari Bu sekretaris, dia tidak ada di kantornya ya." Jawab Mia, mencoba terlihat tenang meski hatinya berdebar kencang.

"Ya semuanya mengurus perusahaan. Kamu juga bantu yang lain untuk bereskan ruangan, semuanya harus terlihat sempurna."

"Baik." Mia lalu bernafas lega karna tidak ditanya lebih. Di samping itu, ia menyeringai kecil, merasa puas dengan tindakan yang baru saja dia lakukan.

Setelah membantu melakukan aksinya di ruang kerja Noura, Mia melangkah cepat menuju ruang CCTV.

Di sana, beberapa pria tampak keluar dari kantor. Mia memperhatikan mereka dengan seksama, memastikan tak ada yang mencurigakan.

Namun, matanya tertuju pada satu pria yang terlihat berbeda dari yang lainnya. Pria itu hanya nongol di pintu dan tersenyum pada rekan-rekannya.

"Nitip dulu ya, kalau ada apa-apa telpon saja. Aku ingin minum kopi dulu." Kata temannya dan pria itu mengacungkan jempol.

Dengan hati-hati, Mia mengintip melalui celah pintu, memastikan tidak ada orang yang melihatnya.

Di dalam ruangan itu, pria tersebut tengah duduk sendiri, tampak sedikit canggung. Mia tersenyum licik, pikirannya mulai berkembang.

"Ini kesempatan bagus," gumamnya pelan, sebelum akhirnya ia melangkah masuk dengan langkah yang perlahan namun penuh percaya diri.

Pria itu menoleh saat mendengar suara langkah kaki. Mia, dengan senyum menggoda.

"Halo..." suaranya manja, memancarkan aura yang sangat berbeda dari sikapnya sebelumnya.

Pria itu tampak terkejut, namun Mia dengan cepat menunjuk ke arah meja yang terletak di samping mereka. "Ah, jadi ini ruangan CCTV ya..?"  Ujarnya basa-basi.

"Ya Nona, ada perlu apa kemari?" Tanya pria itu, tampilannya seperti bapak-bapak jorok.

Mia menatap pria itu dengan pandangan yang mengundang. "Ya.. aku kasihan aja sama Bapak, pasti bosan ya seharian cuma mantau CCTV. Mau main sama aku, Pak?" Tanya Mia dengan nada menggoda yang semakin dalam.

Pria itu tampak terperangah, sementara Mia dengan manja menarik ujung roknya, senyuman licik terlihat di wajahnya.

"Tapi aku punya satu syarat, ya.." Mia mengerling ke arah pria itu dengan ambisi yang berkilau di matanya.

"Apapun itu akan kuturuti." Pria itu mulai mendekati Mia.

Mia merasakan ada kegelisahan dalam dirinya, namun ambisinya semakin menguat.

Dengan niat yang begitu busuk, Mia melakukan segala cara untuk menjatuhkan Noura.

...****************...

Di tengah kesibukannya mempersiapkan ruangan, Noura akhirnya kembali ke ruangannya.

Disana, ia begitu terkejut. Noura mendapati mejanya dipenuhi dengan kopi tumpah yang merusak dokumen-dokumen penting.

Pandangannya tertuju pada kekacauan yang ada di depannya, dan hatinya langsung panik. "Siapa yang melakukan ini?" Gumamnya pelan, merasa bingung dan cemas.

Tiba-tiba, pintu terbuka, dan John masuk dengan cepat. Melihat situasi yang kacau, ia langsung menghampiri Noura. "Noura, apa yang...?" Suara John terhenti saat melihat dokumen-dokumen yang basah.

"Aku benar-benar tidak tau, Pak. Aku baru datang kesini." Jawab Noura panik, mencoba mencari penjelasan.

Namun, sebelum mereka sempat berbicara lebih jauh, pintu terbuka lagi, dan Zayn masuk dengan langkah cepat.

Matanya langsung tertuju pada kekacauan di meja Noura. "Pak Tyson sudah tiba, apakah sudah siap semua?" Tanya Zayn, namun suaranya terdengar dingin, berbeda dari biasanya.

Zayn lalu memandang meja yang berantakan dengan ekspresi tegas. "Ada apa ini?!" Bentaknya tajam, membuat suasana semakin tegang.

"Jelaskan Jhon!" Zayn tampak marah, matanya menatap tajam Jhon seakan menusuk pria itu.

Noura terkejut mendengar ketegasan Zayn. Lalu ini bukan salah Jhon, Noura tidak bisa membuat Jhon dimarahi.

"Pak presdir, maafkan saya. Saya benar-benar lalai, ini dokumen untuk rapat nanti. Saya akan segera segera membenahinya." Ucap Noura, suaranya penuh penyesalan.

Noura merasa sangat malu, tetapi Zayn tampaknya tidak terkesan.

Zayn hanya menatapnya, dan kemudian mendekat, menatapnya tajam. "Apakah kamu bisa bekerja dengan benar?" Tanyanya dengan nada dingin.

Deg!

"Kenapa harus menunjukkan kelalaian di saat seperti ini? Minta maaf tidak ada gunanya, bagaimana kamu membenahinya? Tamu sudah datang!" Kata-katanya tajam, tanpa ada rasa empati.

Noura terdiam, merasakan hatinya terasa sesak mendengar kata-kata Zayn yang sangat berbeda dari biasanya.

Noura merasa seperti diperlakukan oleh orang lain, bukan oleh Zayn yang selama ini ia kenal. Jantungnya berdegup kencang, dan matanya mulai terasa panas.

'Dia benar-benar marah padaku..'  Batin Noura tidak tenang.

Hati Noura terasa sakit, dan ia tak tau harus berkata apa lagi.

Untuk pertama kalinya, Zayn menunjukkan sisi yang begitu dingin padanya, dan itu membuatnya merasa sangat kecil dan tak berarti.

Tapi walau hatinya berantakan, Noura harus profesional. Noura mengangkat kepalanya dan menatap Zayn lurus.

"Aku akan ambil alih penjelasan dokumen yang rusak. Aku berjanji tidak akan membuat kesalahan dan tidak akan membuat malu perusahaan ini." Tegas Noura dengan mata menyala.

1
nur adam
ljut
nur adam
lnjut
nur adam
lnjut.. crita bgs thoor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!