Cat Liu, seorang tabib desa, tak pernah menyangka hidupnya berubah setelah menyelamatkan adik dari seorang mafia ternama, Maximilian Zhang.
Ketertarikan sang mafia membuatnya ingin menjadikan Cat sebagai tunangannya. Namun, di hari pertunangan, Cat memilih pergi tanpa jejak.
Empat tahun berlalu, takdir mempertemukan mereka kembali. Tapi kini Maximilian bukan hanya pria yang jatuh hati—dia juga pria yang menyimpan luka.
Masihkah ada cinta… atau kini hanya tersisa dendam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Beberapa minggu kemudian, para korban gempa akhirnya berhasil dievakuasi seluruhnya dan diantar ke rumah sakit besar di Beijing. Jalan-jalan yang semula dipenuhi reruntuhan kini perlahan dipulihkan, meski bayangan tragedi masih membekas di hati banyak orang.
Tim medis pemerintah, relawan dari Medicare Hope Foundation, serta anggota Maximilian yang ikut turun tangan, akhirnya kembali ke Beijing. Mereka membawa tubuh lelah, namun hati mereka sedikit lega karena banyak nyawa yang berhasil diselamatkan.
Di rumah sakit, beberapa pekerja dari Medicare Hope Foundation menerima perawatan ringan akibat luka dan kelelahan. Sementara itu, Cat bersama Ryan menuju markas besar yayasan mereka, untuk menemui atasan yang telah menunggu dengan wajah penuh kebanggaan.
“Kali ini kalian sangat hebat, bertindak dengan cepat. Banyak korban berhasil diselamatkan. Walau ada beberapa yang meninggal… setidaknya kita sudah berusaha semaksimal mungkin,” ucap Luo Jin, pemimpin Medicare Hope Foundation, dengan suara tegas namun hangat.
Cat menundukkan kepala sedikit, suaranya tenang tapi penuh kejujuran. “Tuan Luo, semua ini juga karena ada bantuan yang datang, meringankan tugas kami. Tanpa mereka, mungkin keadaan akan jauh lebih buruk.”
Ryan yang berdiri di sampingnya mengangkat alis, rasa penasaran menguasainya. “Tuan Luo, siapa sebenarnya yang membantu dana untuk kita? Dia juga mengirim banyak sekali bantuan langsung ke lokasi kejadian. Saya ingin tahu siapa orang murah hati itu.”
Luo Jin tersenyum tipis, seolah menyimpan kabar penting. “Tuan Zhang. Dia adalah seorang pengusaha terhormat. Siang tadi aku mendapatkan berita baik darinya. Beliau akan menjadi salah satu investor utama perusahaan kita. Itu artinya, kita tidak akan kekurangan kaki tangan atau pun obat-obatan. Semua kebutuhan darurat kita akan ditanggung oleh Tuan Zhang.”
Cat tertegun. Kata itu—Zhang—bergema di kepalanya. Matanya sedikit melebar, namun ia segera menepis pikiran yang melintas. “Tuan Zhang?” gumamnya pelan, hampir tak terdengar. “Mungkin hanya sama marga… Di negara ini yang bermarga Zhang bukan hanya satu orang.”
Luo Jin menatapnya sejenak, lalu tersenyum penuh keyakinan. “Tuan Zhang tinggal di Beijing. Hatinya bergerak saat melihat berita bencana gempa yang melibatkan banyak korban. Besok beliau akan datang ke markas kita. Kalian sebagai staf utama harus menemuinya.”
Ryan langsung berdiri tegap, wajahnya penuh semangat. “Baik, Pengurus Luo!”
Cat pun ikut mengangguk. “Ya, Pengurus Luo,” ucapnya
Di sisi lain…
Maximilian berdiri di ruang kerjanya yang megah, di lantai tertinggi gedung perusahaannya di Beijing. Malam telah tiba, lampu-lampu kota berkelip bagaikan bintang yang bertebaran di daratan. Siluet tubuhnya terlihat gagah saat berdiri di dekat jendela kaca besar, tangannya menyelipkan rokok yang tak kunjung dinyalakan.
Charles masuk dengan langkah hati-hati. “Bos, malam ini ada jadwal pertemuan dengan Nona Chen,” ucapnya dengan nada formal.
Maximilian menoleh sedikit, sorot matanya tajam namun tenang. “Keluarganya ingin bertemu denganku untuk membahas pertunangan kami.”
“Ada lagi, Bos. Tim medis dan anggota kita sudah kembali. Jadwal pertemuan Anda dengan para pengurus Medicare Hope Foundation akan ditentukan besok,” lapor Charles.
“Max!” sebuah suara lembut namun penuh percaya diri terdengar.
Seorang wanita tinggi semampai dengan gaun elegan melangkah masuk. Wajahnya cantik dan tatapannya penuh pesona.
“Nona Chen,” sapa Charles singkat, lalu memberi hormat pada atasannya sebelum beranjak meninggalkan ruangan.
“Bukankah malam ini kita memang sudah berjanji untuk bertemu?” tanya Maximilian sambil menoleh, senyum tipis menghiasi bibirnya.
“Aku tidak sabar menunggu untuk bersamamu, Max,” balas Selina Chen, sebelum meraih tubuh Maximilian dan memeluknya mesra, bahkan mengecup lembut pipinya.
Maximilian tidak menolak, hanya tersenyum tipis. “Mari kita pergi. Mereka sedang menunggu kita.”
Selina tersenyum puas, menggenggam lengannya. Ia adalah wanita yang dijodohkan dengan Maximilian oleh kedua keluarga sejak dua tahun lalu. Dan kini, hubungan mereka hanya tinggal selangkah lagi menuju pertunangan resmi.
Keesokan harinya
Maximilian tiba bersama Charles dan calon istrinya, Selina Chen. Mereka berada di ruang rapat, sedang menandatangani kontrak kerja sama dengan Luo Jin. Maximilian tampil gagah sebagai pemegang saham utama perusahaan itu.
"Tuan Zhang, selamat bergabung dengan perusahaan kami. Ini adalah kebanggaan bagi kami bisa bekerja sama dengan Anda," ucap Luo Jin sambil menjabat tangan Maximilian.
"Semoga kerja sama kita berjalan lancar," jawab Maximilian singkat namun berwibawa.
"Tuan Zhang, sebentar lagi dua staf utama kami akan datang. Mereka adalah seorang tabib dan dokter yang sangat hebat," jelas Luo Jin.
"Tabib dan dokter?" Selina bertanya penasaran, senyumnya penuh rasa ingin tahu.
"Benar, Nona Chen. Tanpa mereka, perusahaan ini juga akan kesulitan," Luo Jin menambahkan dengan bangga.
Tak lama kemudian, pintu ruang rapat terbuka. Ryan masuk dengan langkah mantap, diikuti Cat yang berjalan di belakangnya.
"Pengurus Luo," sapa Ryan sopan.
"Kalian sudah datang. Perkenalkan, ini adalah Tuan Zhang, sosok yang telah mengirim bantuan besar untuk kita," ujar Luo Jin penuh antusias.
Cat menoleh ke arah pria yang dimaksud. Saat matanya bertemu dengan Maximilian, tubuhnya langsung menegang. Bola matanya membesar, napasnya tercekat.
“Ma…ximilian…?” batinnya nyaris pecah oleh keterkejutan.
Pria di hadapannya—yang ia kira sudah menghilang dari hidupnya—ternyata berdiri gagah sebagai pengusaha besar yang dipuja semua orang.
Namun, berbeda dengan dirinya yang hampir kehilangan kendali, Maximilian hanya menatapnya dengan tenang. Tatapan matanya dingin, seolah mereka adalah dua orang asing yang tidak pernah saling mengenal.
smgat thor, up bnyk2 dong thor, tq!
thor smngat🫰di tnggu trs ni