Raka Dirgantara, Pewaris tunggal Dirgantara Group. Tinggi 185 cm, wajah tampan, karismatik, otak cemerlang. Sejak muda disiapkan jadi CEO.
Hidupnya serba mewah, pacar cantik, mobil sport, jam tangan puluhan juta. Tapi di balik itu, Raka rapuh karena terus dimanfaatkan orang-orang terdekat.
Titik balik: diselingkuhi pacar yang ia biayai. Ia muak jadi ATM berjalan. Demi membuktikan cinta sejati itu ada,
ia memutuskan hidup Miskin dan bekerja di toko klontong biasa. Raka bertemu dengan salah satu gadis di toko tersebut. Cantik, cerewet dan berbadan mungil.
Langsung saja kepoin setiap episodenya😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizky_Gonibala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Motor Pinjeman
Pagi di Toko Kita Jaya dimulai dengan deru suara motor yang terdengar tidak asing. Intan, yang sedang menggantungkan label diskon di rak mie instan, spontan menoleh ke arah pintu depan. Dari balik kaca, terlihat Raka melepaskan kaitan helem lau memarkir motor tua berwarna biru keabu-abuan dengan suara knalpot yang berderak seperti batuk kakek-kakek usia 75 tahun yang sedang masuk angin.
Intan memicingkan mata, mencoba mengenali motor itu. Motor itu... bukan motor yang biasanya Raka bawah.
Begitu Raka masuk dengan rambut yang acak-acakan dan aroma oli menyeruak di udara, Intan langsung menyambut dengan alis mengernyit.
"Sayang... Itu motor siapa?, kok bedah, motor kamu mana? Jangan bilang... kamu nyolong yah?, nggak Ngajak-ngajak lagi!" Ucap Intan dengan bibir sedikit manyum tapi tetap imut.
Raka nyengir lebar sambil melepas helm. "Waduh, tega banget nuduh pacar sendiri nyolong. Ini motor pinjeman. Punya anak kos lantai satu, si Ucup. Motor bututnya dia pinjemin karena motorku lagi diservis. Sakitnya udah komplikasi." Ucap Raka sambil tersenyum.
Intan mendekat, berbisik. "Tapi itu suara motornya udah kayak suara ledakan rudal yang ada campuran dahak kakek-kakek. Kamu yakin kalau pulang bentar, bisa selamat sampai kost pakai motor itu?" Tanya Intan dengan wajah serius.
"Sayang, kamu meragukan insting hidup pacarmu ini? Padahal baru aja semalam kita pacaran manis kayak di sinetron." Ucap Raka menggoda Intan
Intan nyengir. Tapi ekspresinya berubah sedikit khawatir. "Ya udah, hati-hati, yank. Jangan ngebut. Apalagi sama motor tua begitu, aku takut kalau lagi jalan tiba-tiba motornya mogok, atau rodanya lepas, atau mesinnya jatuh, atau motornya patah. Jangan sampe Sayang kenapa-napa, Kalau sampe kenapa-napa... sih Ucup yang aku gigit di leher, biar jadi Drakula skalian."
Raka hanya mengelus-ngelus kepala Intan seperti bocil.
"Nggak usah hawatir, semua aman terkendali" Ucap Raka sambil tersenyum manis ke Intan.
Hari itu berjalan seperti biasa. Pelanggan datang silih berganti. Intan sibuk di kasir, sementara Raka bertugas mengisi rak dan cek stok barang belakang. Tapi semua mata karyawan, entah sadar atau tidak, seperti mulai menangkap sesuatu yang aneh di antara mereka berdua.
Mbak Santi karyawan baru, sedang merapikan Rak cemilan, berbisik ke Meri, "Liat nggak sih, Raka suka ngelirik Intan mulu. Mereka ada apa ya?"
...(Mulai ada deh mulut-mulut sampah yang suka mengghiba dan bergosip riang gembira)....
Meri mengangkat alis. "Halah, paling juga Mas Raka suka sama dia. Tapi nggak mungkin sih. Intan tuh... ya gitu. Biasa aja. Lagian mana mau Mas Raka sama cewek Tuyul". Ucap Meri lalu merekapun tertawa lepas.
Ucapan itu, tanpa mereka sadari, terdengar oleh Intan. Dia pura-pura sibuk mengatur Rak di balik rak cemilan, dalam hatinya ada rasa nyesek kecil. Tapi dia tahan. Sejak kecil dia sudah terbiasa diremehkan.
"Seandainya nggak ada CCTV di dalam toko ini, kalian berdua pasti udah aku buat pingsan." Ucap Intan sembari menahan emosi.
Siang harinya, saat jam istirahat, Intan duduk sendirian di sudut gudang. Dia menyendok nasi dari kotak makan dengan tatapan kosong. Tiba-tiba Raka muncul membawa dua kotak jus jeruk dari kulkas belakang.
"Aku denger dari Mbak Santi, kamu ngilang ke sini." Ucap Raka menyadarkan lamunan Intan
Intan menghela napas. "Aku cuma pengen makan tanpa denger mereka ngomongin aku."
Raka duduk di sebelahnya. "Kalau kamu dengerin semua omongan orang, yang ada kamu bakalan berfikir yang ane-ane. Kita ini bukan hidup buat nyenengin semua orang." Ucap Raka seolah dia tau apa yang sedang Intan rasakan.
Intan menatap Raka dalam-dalam. "Tapi tetap aja, Mas. Sakit tahu. Aku kerja keras, aku sopan, aku nggak pernah cari masalah. Aku nggak perna ghibain sama gosipin mereka, Tapi tetap aja dinilai dari luar. Dari penampilan." Ucap Intan
Raka mengangguk, matanya serius. "Aku ngerti. Aku juga pernah diremehkan. Orang pikir aku cuma anak yang bisanya nyusahin orang tua aja. Tapi kamu tahu apa yang bikin aku tahan di sini? Karena ada kamu. Karena aku lihat kamu lebih kuat dari yang kamu kira. Kamu mau aku bantuin ghibain sama gosipin mereka?" Tanya Raka sambil tersenyum lebar.
Intan tersenyum lebar, dan jus jeruk itu terasa lebih manis dari biasanya.
Malam harinya, setelah shift selesai dan semua karyawan pulang, Raka duduk di bangku luar toko sambil manasin motor pinjemannya agak panas. Intan menghampiri sambil membawa dua bungkus gorengan yang dia beli dari warung depan.
"Tadi aku denger Mbak Santi sama Meri ngomongin kita. Katanya kamu suka ngelirik aku. Terus mereka bilang... aku kayak tuyul." Ucap Intan mengaduh ke pacarnya.
Raka langsung menoleh, ekspresinya serius. "Mereka ngomong gitu?, Wah-wah beraninya meraka" Ucap Raka sambil memegangi kedua pipi Intan yang tembem
Intan tertawa hambar. "Gak papa. Aku udah biasa. Tapi kadang... ya capek juga. Hidup kayak nggak pernah cukup di mata orang. Kurang tinggi, kurang cantik, kurang segalanya."
Raka meletakkan gorengan yang intan pegang dan menggenggam tangan Intan. "Sayang... kamu itu bukan biasa aja. Kamu luar biasa. Kamu kuat, sabar, perhatian, dan kamu... imut kayak Yakult. Dan kamu satu-satunya orang yang bikin aku rela pinjem motor yang suaranya udah kayak batuk kakek-kakek lagi sakaratul maut gini biar bisa tetap masuk kerja dan ketemu sama kamu."
Intan tertawa pelan. "Yakin kamu jatuh cinta sama aku?, aku nggak kayak tuyulkan yah?," Tanya Intan dengan mata berbinar-binar sembari memandangi Wajah kekasihnya.
"Aku jatuh cinta sama kamu, Tan. Bukan dari bentuk fisik kamu, tapi karena kamu... kamu. itu kuat, kamu bisa buat aku merasahkan kebahagiaan bahkan jauh sebelum kita pacaran. Yang penting sekarang kamu sama aku bahagia."
Intan terdiam. Lalu bersandar di bahu Raka. Malam itu, di bawah sinar lampu toko yang sayu dan suara jangkrik yang malu-malu, mereka menemukan kehangatan di antara dinginnya dunia yang suka menilai.
Keesokan paginya, Raka datang dengan motor pinjeman yang kini diberi nama oleh Intan "Si Tua Bangka Yang Berisik." Mereka tertawa bersama saat Raka bercerita bagaimana dia harus mendorong motor itu sejauh dua gang karena mogok.
"Tapi aku rela dorong motor sejauh apapun asal tujuannya ke kamu," kata Raka sok puitis.
"Cie... modal pinjeman tapi gayanya Romeo," ejek Intan.
Mereka tertawa. Dan dunia, setidaknya untuk pagi itu, terasa lebih hangat.
Motor pinjeman mungkin tak sekeren mobil sport. Tapi hati yang tulus tak butuh kemewahan.
Bersambung.