Putri Huang Jiayu putri dari kekaisaran Du Huang yang berjuang untuk membalaskan dendam kepada orang-orang yang telah membunuh keluarganya dengan keji.
Dia harus melindungi adik laki-lakinya Putra Mahkota Huang Jing agar tetap hidup, kehidupan keras yang dia jalani bersama sang adik ketika dalam pelarian membuatnya menjadi wanita kuat yang tidak bisa dianggap remeh.
Bagaimana kelanjutan perjuangan putri Huang Jiayu untuk membalas dendam, yuk ikuti terus kisah lika-liku kehidupan Putri Huang Jiayu.
🌹Hai.. hai.. mami hadir lagi dengan karya baru.
ini bukan cerita sejarah, ini hanya cerita HALU
SEMOGA SUKA ALURNYA..
JIKA TIDAK SUKA SILAHKAN DI SKIP.
JANGAN MENINGGALKAN KOMENTAR HUJATAN, KARENA AUTHOR HANYA MANUSIA BIASA YANG BANYAK SALAH.
HAPPY READING...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Athena_25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SESEORANG TAK DI KENAL
Di tepi sungai yang sunyi, riak air berbisik.
Dua nyawa terdampar, nasib sedang di uji.
Satu tertancap panah satu lahi terkulai lemah.
Dua pahlawan datang...
Siapa sangka, pertemuan ini menjadi awal kisah terpendam.
🌹🌹🌹
Zhuang Ling Jun mendengar teriakan Lin Hao dari kejauhan, suaranya memecah kesunyian sungai seperti gong yang di pukul sembarangan.
" Tuan muda, Ada orang di sini!" Lin Hao berteriak tangannya melambai-lambai seperti bendera perang.
Dengan langkah gagah—meski agak tergesa-gesa, dia menghampiri Lin Hao yang sedang berdiri di tepi sungai,
"Ada apa? Apakah dia masih hidup?"
Ling Jun berjongkok, jarinya siap mengecek denyut nadi di leher si korban. Tapi sebelum dia menyentuh, Lin Hao kembali berteriak seperti ketabrak gerobak sapi.
" TUAN MUDAAA"
" Ish, kenapa kau berteriak! Sedangkan aku ada di depan matamu Lin Hao!"
Ling Jun membalas berteriak karena kesal, telinganya berdenging.
"Kau ini lebih gaduh daripada nenekku saat memarahi kakek!" Gerutunya sebal.
"Tuan muda, lihat! Ada satu orang lagi!" Lin Hao menunjuk ke arah sosok lain yang mengapung tak jauh dari situ, wajahnya pucat seperti tahu kesandung batu.
"Apa hari ini ada festival menghanyutkan orang? Kenapa banyak sekali mayat hidup di sini?"
Lin Hao berkata tanpa filter, otaknya sepertinya lebih jujur daripada pedagang pasar yang lagi diskon.
Ling Jun menghela napas.
" Dia berpikir ini semacam kompetisi?" batinnya
"Kau periksa yang di sana! aku urus yang ini."
Dia mengabaikan pertanyaan absurd Lin Hao dan segera menarik tubuh korban pertama ke darat.
Sesampainya di bawah pohon, dia memotong anak panah yang menancap di punggung korban—sebuah panah yang tembus sampai dada kiri atas. Saat hendak mencabutnya dari depan, tiba-tiba...
" Dia... wanita"
Ling Jun tersentak, tangannya reflek terangkat seperti baru memegang bara api. Dadanya berdegup kencang, lebih kencang dari genderang perang pasukan kerajaan. Wajahnya memerah seperti kepiting rebus.
Detak jantung Ling Jun berdebar seperti genderang perang, tangannya gemetar, dan tiba-tiba dia merasa sungai ini terlalu panas untuk seorang pria gagah seperti dirinya.
Lin Hao, yang baru saja membawa korban kedua—seorang pemuda yang lebih kecil—langsung curiga melihat ekspresi tuannya.
"Tuan muda, kenapa wajahmu merah begitu? Kena panas ya?"
"Diam kau! Ayo bawa mereka ke perkemahan!" Ling Jun sengaja mengalihkan perhatian Lin Hao agar tidak terus mencercanya dengan pertanyaan yang menurutnya menyebalkan.
Lin Hao mengangguk, lalu dia bersiap mengangkat seseorang yang tadi di tolong Ling Jun, karena dia berpikir Tuan mudanya lelah sehingga membuat wajahnya merah.
Melihat hal itu, Ling Jun merasa tidak suka saat Lin Hao akan mengangkat wanita misterius itu.
" Kau angkatlah yang kecil itu Lin Hao! Aku akan mengangkat yang ini" perintah Ling Jun.
" Tapi tuan muda, dia lebih besar—"
" Tidak apa, walaupun badannya lebih besar namun dia sangat ringan"
Ling Jun buru-buru mengangkat si wanita misterius dengan hati-hati, seolah-olah dia memegang porselen antik.
"Aku terdengar seperti pembohong tolol"
Saat sedang menggendong Huang Jiayu,
Ling Jun mengernyit
" Kenapa Jantungku berdebar semakin kencang, aku merasa seperti sedang berlari di medan perang,"
Saat merasakan wajahnya memanas,
" Ini pasti karena cuaca, sehingga badanku terasa panas. Ya pasti karena cuaca" Ling Jun meyakinkan diri, dengan apa yang dia rasakan.
Cara Ling Jun membawa Jiayu berbeda 180 derajat dari biasanya. Biasanya dia bisa melempar orang seperti karung beras, tapi kali ini, pelan-pelan seperti menggendong bayi naga.
🍒🍒🍒
Di Dalam Tenda
Setelah Jiayu siuman, dia langsung merasakan nyeri di dadanya.
" Aaugh....sssh"
Dia kemudian melihat sekeliling—tenda, dan seorang pria tampan dengan senyum sombongnya.
" Kau sudah bangun?" Ling Jun mendekat dengan wajah sok cool,—padahal jantungnya masih berdebar-debar, kemudian dia bersandar di tiang tenda seperti di cover novel romantis.
"Siapa kau?" Jiayu menyipitkan mata, sikapnya waspada seperti kucing liar.
"Aku? Dewa penolongmu," Ling Jun menyeringai, mencoba tampak percaya diri meski sebenarnya grogi.
"Cih!" Jiayu mendecak.
Tanpa basa-basi, dia mencabut anak panah dari dadanya sendiri. " Ssssh"
" Begitu saja mengeluh, seperti wanita saja" Ling Jun, mencibir sengaja mengejek agar Huang Jiayu berpikir bahwa rahasianya sebagai wanita yang menyamar masih belum terungkap.
"Ini namanya manusiawi, BODOH!" Jiayu melotot.
Sudut bibir Ling Jun berkedut, dia dalam hati memuji Jiayu karena, Jiayu tidak seperti wanita pada umumnya yang hanya bisa merengek dan bersikap manja.
Ling Jun melempar botol arak ke arah Jiayu,
" Siramkan ke luka mu agar pendarahannya berhenti"
Jiayu pun menyiramkan arak tersebut ke lukanya, dan sisanya dia minum, namun baru dua tegukan tiba-tiba—
" Hey! itu arak berumur 100tahun, jangan kau habiskan, sangat sulit mencarinya" protes Ling Jun, sambil merebut botol araknya dan segera meneguknya sampai habis.
" Dasar Pelit" dengus Jiayu
Saat mereka masih berdebat, tiba-tiba si pemuda kecil—Huang Jiang— terbangun, " Jie-jie!"
Jiayu refleks berdiri dan langsung menghampiri adiknya, " Jiang'er ge-ge di sini"
Ling Jun mengangkat satu alisnya.
" Jie-jie? ge-ge? Ah... rahasia" dia pun mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti.
🍒🍒🍒
Keesokan paginya Jiayu dan Jiang berpamitan akan pergi,
Mereka pun mengucapkan terima kasih dan berlalu dari sana.
" Tuan, terima kasih banyak telah membantu kami, kami tidak akan merepotkan kalian lagi permisi"
" Ya, kalian berhati-hatilah" Ucap Lin Hao dengan melambaikan tangannya, sedangkan Ling Jun hanya menatap kepergian kedua orang itu dengan tatapan yang sulit di artikan.
Setelah berjalan lama, Jiayu dan Jiang dari kejauhan melihat gerbang desa Hautian dijaga ketat oleh prajurit bersenjata.
" Jiang'er, berhenti dulu" Jiayu menghentikan langkah adiknya.
Prajurit bersenjata memeriksa semua orang yang melintasi gerbang desa sambil memegang kertas bergambar sketsa wajah keduanya.
" Jie-jie bagaimana ini? kita tidak bisa masuk! pasti mereka mencari kita!" Bisik Jiang panik.
Jiayu mengeratkan gigi. "Tenang, pasti ada jalan lain..."
Kemudian Jiayu mengajak adiknya berbalik arah dan berjalan cepat menuju hutan, mereka akan bersembunyi di hutan untuk sementara waktu.
" Jie-jie, bagaimana jika...
Hai.. Hai.. sayangnya mami🤗
Hayoo kira-kira ide apa yang akan di usulkan Jiang?
Apakah Jiayu akan setuju dengan ide adiknya?
Terus ikuti kisah mereka Yaaaa
JANGAN LUPA KASIH LIKE & KOMEN DI SETIAP BAB, VOTE SERTA HADIAH YAA
TERIMA KASIH SAYANGKU😘
tapi ceritanya emang seru, aku berasa ikut di kejar kejar.. 😅
wahh, pasti sakit tuh
eh tapi mahal loh kalau rusak, sayang banget. mending kasih aku daripada di lempar