NovelToon NovelToon
Andum

Andum

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Poligami / Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:23.6k
Nilai: 5
Nama Author: Dfe

Farraz Arasy seorang pemuda biasa tapi mempunyai kisah cinta yang nggak biasa. Dia bukan CEO, bukan direktur utama, bukan juga milyarder yang punya aset setinggi gunung Himalaya. Bukan! Dia hanya pemuda tampan rupawan menurut emak bapaknya yang tiba-tiba harus terikat dalam hubungan cinta tak beraturan karena terbongkarnya rahasia besar sang calon istri sebelum pernikahan mereka terjadi!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cemburu ya dek ya?

Waktu pulang sekolah tiba. Zea masih sibuk merapikan buku dan alat tulisnya, lagi pula dia akan pulang bersama Arraz jadi untuk apa buru-buru seperti temannya yang lain.

Teman-teman Zea sudah banyak yang memakai kendaraan sendiri. Meski ada pula yang diantar orang tua masing-masing, tapi bagi anak SMA, mengunakan motor atau mobil sendiri sudah dianggap wajar meski mereka belum memiliki SIM.

"Ze."

Zea menoleh ketika namanya dipanggil. Dia Digta, teman sekelas Zea.

"Iya." Sembari tersenyum Zea menjawab panggilan Digta.

"Ze.. Aku mau ngomong sesuatu sama kamu.. Sebenarnya.. Aku mau ngomongin ini nanti-nanti, tapi aku nggak mau keduluan orang lain..." Digta mengeluarkan buket coklat Cadbury dari balik punggungnya.

Sembilan coklat dengan kemasan khas berwarna ungu tua itu dijejer rapi membentuk buket yang menawan. Di buket itu juga terselip bunga tulip merah muda. Siapa sih yang nggak tau makna bunga tulip yang satu itu, hu'um.. Cinta tulus! Itu artinya Digta lagi nembak Zea!

"Ini, maksudnya apa?" Zea plonga-plongo ketika Digta sudah menyodorkan buket tersebut di hadapan Zea.

"Aku sayang sama kamu, Ze. Kamu mau jadi pacar ku?" Ungkap Digta dengan irama jantung yang lagi senam 'Mentari pagi ku siapkan diri...'

Bersamaan dengan itu, Arraz masuk ke dalam kelas. Dia menghembuskan nafas pelan menatap pemandangan yang membuat aliran darahnya terpacu lebih cepat karena sang jantung sedang nggak baik-baik aja di dalam sana.

"Pulang sekarang, dek?" Ini serius Arraz cuek banget manggil Zea 'dak dek dak dek' di depan muridnya yang lain.

Zea mengangguk tanpa berkata apa-apa. Lalu mengambil tasnya, memakai jaket Arraz yang selalu dia bawa sejak diberikan padanya.

"Ta, maaf ya. Aku nggak bisa terima ini. Dan maaf juga.. Aku nggak bisa bales perasaan kamu sama aku. Makasih udah sayang sama aku, tapi.. Lebih baik kita temenan aja." Zea menolak Digta di depan suaminya.

Sedikit senyum tersungging samar. Arraz lalu menekuk bibirnya ke dalam dan berdehem menetralkan degup jantungnya. 'Kapok! Ditolak to cuk! Lagian mau nyamber istri orang? Heh, nih suaminya di depan mata mu nih!'

Digta gelagapan. Dia nggak menyangka akan ditolak. Tapi dia tetap tersenyum.

"Oke, Ze. Nggak apa-apa. Aku bisa nunggu kamu sampai kamu suka sama aku. Nggak perlu buru-buru, kita punya banyak waktu buat sama-sama ya kan? Ini Ze.. Buat kamu. Tolong diterima..." Digta menahan rasa kecewa, tapi tetap stay cool. Nggak mau dia mewek-mewek bombay khas Fajar sadboy!

"Maaf Ta.. Tapi aku nggak bisa terima. Maaf ya.." Zea tetap sopan menolak buket coklat pemberian Digta.

"Ini mau sampai malam seperti ini terus?" Arraz mode julid cek!

"Ah, maaf pak guru. Saya mau pulang kok, dan ini.. Buat pak guru aja. Cewek yang saya suka nggak mau nerima, jadi buat pak guru aja selaku sepupunya Zea."

Wajah Arraz lempeng banget. "Kebetulan saya nggak suka coklat. Bawa pulang lagi aja. Kamu beli itu semua pasti minta uang jajan lebih dari orang tua mu. Lain kali nggak usah boros seperti itu. Orang tuamu mempercayakan sekolah ini untuk mendidik mu menjadi pribadi yang baik. Tapi jika baru masuk beberapa hari di sekolah saja sudah ngejar-ngejar perempuan seperti ini, apa orang tuamu nggak akan kecewa melihat kelakuanmu, Dig-ta?"

Di akhir kalimat, Arraz sengaja memberi jeda ketika menyebutkan nama Digta.

Bocah yang usianya setahun lebih tua dari Zea itu tersenyum kikuk. Memang iya sih, Digta memang minta uang lebih dari orang tuanya kemarin sore untuk membeli buket yang sekarang tak diharapkan oleh siapapun. Tentu saja Digta mengatakan jika akan ada kelas tambahan dan biaya yang harus dibayarkan di muka untuk dapat mengikuti kelas tersebut. Dasar pembohong kecil!

Kali ini tidak ada obrolan di antara Arraz dan Zea ketika menuju parkiran mobil. Biasanya Zea akan begitu ceria menjurus ke cerewet menanyakan apapun pada suaminya, tapi nggak untuk kali ini.

"Mau beli jus jeruk, dek?" Arraz bertanya ketika mereka sudah ada di dalam mobil.

"Nggak. Air yang aku bawa dari rumah masih."

"Kamu marah sama mas gara-gara Dewi?"

"Nggak."

"Tapi wajah kamu bilang kalau kamu sedang kesal atau mungkin marah sama mas."

"Ada tomprang emang di wajahku?"

Arraz menggeleng. "Kamu banyak yang naksir ya, tadi di kelas 12 juga banyak yang ngomongin kamu."

"Wajar sih. Aku cantik."

Arraz mendelik. "Dek, kamu ngomongnya sengak banget lho sama mas. Kenapa? Mas ada salah sama kamu?"

Zea menatap Arraz sambil geleng kepala. Kemudian gadis itu membuka kaca mobil, menatap ke arah luar tanpa mau meneruskan obrolan dengan suaminya.

"Aku kadang lupa kalau udah nikah. Aku kadang lupa kalo udah punya suami. Aku kadang lupa kalo punya tanggung jawab sebagai istri. Apa mas juga seperti itu? Kadang lupa sama aku? Sama keberadaan ku di rumahnya mas? Apa aku di sana hanya untuk beres-beres rumah? Menyapu, mengepel? Menjemur pakaian? Atau mungkin perasaan ku enggak penting bagi mas?" Zea berkata sambil merasakan angin menerpa wajahnya.

Arraz memberhentikan mobilnya. Dia tepikan di bahu jalan.

"Dek. Lihat sini bentar bisa?" Arraz menarik tangan Zea.

"Apapun yang sedang menggangu pikiran mu sekarang ini, tapi mas nggak pernah lupa dengan status kita. Kamu istri mas, istri pertama mas. Sampai kapanpun nggak ada yang bisa merubah kenyataan itu. Kamu bukan pembantu di rumah mas, dek. Sebelum kamu tinggal di sana, mas sering melakukan pekerjaan rumah sendiri. Hanya saja setahun belakangan ini mas terlalu sibuk dengan banyak hal, makanya mas minta tolong ibu Tias buat bantu-bantu di rumah. Jadi misalkan kamu nggak bisa atau nggak mau mengerjakan apapun di rumah itu, mas nggak keberatan. Mas udah terbiasa melakukan semuanya sendiri."

"Apa kamu mau mas bilang ke semua orang tentang status kita? Mas siap menanggung semua konsekuensinya. Semua memang salah mas, dari awal semua salah mas."

Hanya ada helaan nafas yang menjawab kalimat panjang yang Arraz ucapkan. Zea menatap mata Arraz lekat.

"Semua salah mas? Lalu mbak Dewi nggak salah apa-apa, gitu?"

Sebentar... Arraz mikir nih, dia lagi muter otak biar nyampe kemana arah sebenarnya maksud pembicaraan Zea ini. Muter-muter sekali. Tapi ujung-ujungnya kembali memunculkan nama Dewi. Cemburu? Arraz mengamati setiap perubahan mimik wajah Zea. Memang ada sekelebat kesedihan di sana, aah.. Bocah!

"Salah. Tentu aja dia salah, salah banget malah! Dia yang bikin kita ada di situasi kayak gini. Tapi, mas juga harus berterimakasih atas kesalahan yang dia buat itu. Karena kalau dia nggak selingkuh, kalau dia nggak fitnah mas, kalau semua lempeng-lempeng aja.. Mas nggak mungkin bisa ketemu kamu. Menikah sama kamu, dikasih istri seimut dan secantik kamu.."

"Kenapa mas bilang kamu nggak boleh selingkuh tapi mas masa bodoh dengan apa yang Dewi lakukan di luaran sana? Kamu pernah berpikir seperti itu, mikir kalau mas lebih peduli sama Dewi tapi sama kamu enggak, hanya karena mas melarang kamu selingkuh?"

Arraz memberi jeda pada apa yang dia sampaikan dengan menarik Zea dalam pelukannya.

"Awalnya mas sakit hati sama Dewi, tapi makin ke sini mas makin nggak peduli dengan apa yang dia lakukan di belakang atau di depan mas. Semua yang mas rasakan pada Dewi sudah hilang, menyisakan rasa sedih pun enggak. Mau dia jungkir balik, salto, kayang, jumpalitan, mas udah nggak urus lagi. Mas nggak mau kamu selingkuh, cari lelaki lain yang bisa nyenengin kamu karena mas sayang sama kamu, dek. Anggap aja mas ini om om nggak tau diri yang suka sama bocah di bawah umur, tapi nyatanya emang mas udah nggak tahu diri karena suka sama kamu."

Zea menegang di dalam pelukan Arraz. Bahasa jawanya ngefreeze!

"Mas bohong kan? Mas bilang gini biar aku nggak ngambek lagi kan?" Tanya Zea tak percaya.

Pelukan terlepas. Arraz menatap Zea lekat. Diraihnya tangan Zea, diletakkan pada dadanya.

"Apa detak jantung yang seperti ini bisa dibilang bohong?" Tanya Arraz masih dengan mengunci pandangan matanya pada netra indah Zea.

"Mas kena serangan jantung? Kenapa detak jantung mas cepet banget gini?"

Arraz terkekeh. Kali ini dia menunduk sambil geleng-geleng kepala. "Udah kayak gini kamu mikir mas jantungan?"

"Lha emang enggak?"

Arraz masih memegang tangan Zea, masih ada di dadanya. Kepalanya maju, dia bisikan sesuatu di telinga Zea hingga gadis itu ngefreeze untuk kedua kalinya.

"Boleh mas cium kamu, dek?"

________

Pembaca be like : Oeee nanggung, author kam to the preeet!

Author rajin up be like : Kau nih apeee? Kau tinggal sini keee?? ( Sambil garuk vantat pura-pura lupa kalo punya novel terabaikan di seberang lautan sana)

1
99% Menuju Tobat😇
seperti apa?
maaf aku yg polos ini bertanya dengan nada dering selembut2nya.. tolong dijawab, jangan dijokiin😐
Alya Karunia
dari senyum" terus nyengir eh kok bablas ketawa baca bab ini 😄😄
Hikari Puri
akhirnya setelah sekian kali diphp othornya,kelakon jg adegan kokop mengkokopnya🤭🤭
vanilla
kayane udah gak buka lowongan deh Thor...buat gantiin patungnya
vanilla
mungkin rokok...
vanilla
hadeuhhh thorrr...làgi makan pagi inihhh
vanilla
readers kecewa gak jdi kokopan..
Alya Karunia
ga bisa berkata kata lagi sama kelakuan mu Wi Wi 😡
99% Menuju Tobat😇
mungkin tulang patah🤔
𝐙⃝🦜尺o
cinta koq punya selingan, ancen gendheng si dewi
Ⓜ️αɾყσɳσՇɧeeՐՏ🍻¢ᖱ'D⃤ ̐
rai gedeg si Dewi Kunti ini malah buka aib didepan mertua dan emaknya hahhah wes budhe gek akenen megat wae mantu bosokmu iku hahahah
ora mangan nongko keno pulute awakmu arr kuapokkkkk
Dewi kunti
ak Ki gur gemes pingin ngruwes Sik jengger pitik
Mrs. Dinold
semangat semangat yg nulis..,,selalu d tunggu up nya..🥰🥰🥰
🍊 NUuyz Leonal
urat malunya udah di bikin bakso kayak nya si Dewi 🤦🤦🤦
🍊 NUuyz Leonal
kan kan akhirnya kamu membuka bobrok nya kamu sendiri 😏😏
🍊 NUuyz Leonal
ini ternyata maksudnya 😫😫😫
🍊 NUuyz Leonal
Baru tau perumpamaan nya udah di ganti ya🤣🤣🤣
99% Menuju Tobat😇
tengah jalan loh ini.. mau digerebek trus dinikahkan lagi?🤔🤔🤔🤔
99% Menuju Tobat😇: tolong jgn terulang lagi😳😳😳
Dfe: ya ampuuuuun idenya bagus bingoooooo🤩🤩
total 2 replies
𝐙⃝🦜尺o
istri pertama tapi statusnya masih siri
ㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤ𒈒⃟ʟʙᴄ
emang nanggung banget thorrrrrrrr🙃🙃🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!