NovelToon NovelToon
Luka

Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Trauma masa lalu
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: oland sariyy

Segala derita dan air mata di masa lalu berhasil menjadi kan sosok Naima Maheswari menjadi wanita mandiri.

Kata malas dan malas sudah menjadi makanan sehari - hari yang di cap sang bapak kepada ibu nya.Naima bukan lagi bayi kecil yang tidak mengerti keadaan di sekitar nya.
Akan kah Naima membenci pernikahan atau malah sebaliknya dan bertemu lagi dengan sosok pria yang mirip dengan kelakuan Ayah nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon oland sariyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Luka Itu Kembali Menggerogoti

Pagi-pagi sekali Naima dan Dito sudah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, perut mereka sudah terisi penuh dengan nasi goreng sederhana racikan sang Ibu.

Ya Bu Maryah masih belum di izinkan untuk bekerja takut bekas operasi nya terluka lagi,berdiam diri di rumah membuat Maryah di landa rasa bosan.apalagi hanya ada dia sendirian di rumah ini.mau menonton televisi juga malas karena tidak terbiasa.

Beberapa wadah yang sudah di bungkus rapi menggunakan plastik siap untuk di bawa berharap usaha ini lancar dan bisa membantu mensejahterakan kehidupan mereka.

Tidak berharap kaya tapi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sudah luar biasa bagi mereka bertiga.

Semua yang ada di dalam wadah adalah hasil masakan Naima dan Dito,Bu Maryah tidak boleh ikut campur hanya bisa duduk sambil mengajari kedua anak nya membuat adonan supaya sesuai dengan takaran dan pas di lidah pembeli.

Jam 3 pagi seluruh penghuni rumah ini sudah bangun.meskipun masih tersisa banyak uang pemberian dari Pak Akbar tetapi mereka tetap bekerja keras pantang bermalas-malasan.

" Jangan melakukan pekerjaan rumah yang berat-berat Bu, istirahat saja nanti urusan membereskan rumah biar jadi tanggung jawab Aku."kata Naima yang sudah selesai memakai alas kakinya,di samping dia ada Dito yang juga melakukan hal yang sama.

Lamunan Maryah buyar setelah mendengar ucapan Naima,dia tersenyum seraya menerima uluran tangan dari kedua anak nya.

" Iya jangan pikir kan Ibu, hati-hati di jalan ya."ucap Maryah menatap kedua anak nya secara bergantian.

Naima dan Dito sama-sama mengangguk kan kepala mereka.tidak ada uang jajan seperti anak-anak yang lain, meskipun ada pasti langsung di tabung demi memenuhi kebutuhan di hari esok, sarapan pagi ini cukup sebagai pengganjal perut hingga siang nanti.

Jika pun bisa membeli jajan di sekolah itu karena kebaikan seseorang kepada mereka berdua, mereka berdua lebih suka menyendiri di kelas sambil membaca buku dari pada ikut bergabung di kantin sekolah.

" Makan nya jangan telat Bu,semua obat-obatan nya di minum ya." kata Naima lagi sangat ingin ibu nya tetap sehat.

Jika sang Ibu sakit maka dunia mereka terasa gelap, berbeda ketika harus berpisah dari Bapak mereka.hidup mereka berdua masih bisa baik-baik saja karena memang mereka tidak punya kedekatan yang berarti dengan Rudi.bahkan sedikit pun kenangan manis bersama Rudi tak pernah tertanam dalam benak Naima dan Dito.yang ada hanya luka dan luka yang terus menumpuk tak ada ujungnya.

" Iya." jawab Maryah singkat tak ingin membantah meskipun selera makan nya menghilang.

" Nanti sepulang sekolah Aku langsung ke tempat Bu Rodiah ya Bu, kemarin Bu Rodiah minta Aku datang ke rumah nya,ada banyak baju yang harus Aku setrika di sana."kata Naima agar nanti ibu nya tidak bertanya-tanya kenapa dia belum juga sampai di rumah.

Helaan nafas Bu Maryah semakin berat terdengar,beliau tahu Naima memang sudah sering melakukan pekerjaan itu tapi tidak untuk sekarang,anak nya pasti lelah dan butuh istirahat apalagi setiap malam selalu bangun lebih awal untuk membantu dia mencari uang.

Pekerjaan itu terdengar ringan tapi sangat melelahkan dan butuh kesabaran yang tinggi.belum lagi jika pemilik rumah rewel dan banyak mau nya pasti akan membuat badan terasa semakin lelah.

Bu Maryah menatap berkaca-kaca kedua anak nya,andai saja Rudi mau bertanggungjawab pasti kedua anak nya tidak perlu merasakan yang nama nya hidup kekurangan.

" Bu Rodiah yang tinggal di ujung jalan itu Bu! Kemarin Naima ketemu Bu Rodiah di warung milik nya Mbak Titin." ujar Naima menjelaskan karena mengira Ibu nya lupa dengan Bu Rodiah.

" Kenapa Kamu terima pekerjaan dari Bu Rodiah juga?" tanya Maryah membuat Naima mengernyit heran tak mengerti dengan maksud pertanyaan dari ibu nya.

" Biasa nya kan Naima juga sering menyetrika di rumah tetangga Bu." Gelap masih belum berubah menjadi terang, perdebatan kecil ini menunda perjalanan Naima dan Dito tapi tidak sampai memakan waktu yang masih tersisa banyak.

" Iya Ibu tau,tapi sekarang Kamu kan sudah bangun pagi membuat gorengan dan dagangan lain nya,belum lagi nanti sore harus membuat pesanan orang,kapan Kamu istirahat nya.nanti Kamu bisa sakit dan sekolah Kamu bisa terganggu nak."

" Tugas utama Kamu hanya sekolah demi bisa mendapatkan beasiswa,jangan sampai nilai Kamu jelek karena harus mencari uang mengganti kan tugas Ibu." sambung Bu Maryah lagi dengan perasaan yang campur aduk.

" Aku nggak capek kok Bu! Aku senang bisa bantu ibu dengan begitu uang tabungan ku juga bertambah semakin banyak." tidak ada yang tahu selain dirinya sendiri kalau tabungan Naima sudah sangat banyak dan cukup sebagai bekal untuk mengawali kehidupan baru di tempat yang baru.uang itu di simpan dengan rapi tidak boleh di ambil sebelum waktu nya datang.

" Kalau capek Aku bisa istirahat." lanjut Naima tapi Bu Maryah masih seperti tidak rela jika anak nya bekerja terlalu keras.

" Besok Ibu pengen ke pasar ya,Ibu rasa Ibu sudah sehat sekali." Naima ingin menyela tapi Dito sudah lebih dulu membuka suara nya.

Dito meminta ibu nya untuk tetap di rumah saja paling tidak sampai obat-obatan nya habis.baik Dito maupun Naima sama-sama tidak ingin ibu mereka kembali sakit.uang masih bisa mereka cari tapi sosok ibu seperti Maryah hanya ada satu tidak ada dua nya lagi di dunia ini.

Waktu tiga Minggu ini terlalu cepat untuk Ibu nya kembali bekerja, apalagi pekerjaan sang Ibu menguras banyak waktu dan tenaga .jika pelanggan warung ramai otomatis Ibu nya harus berdiri terus melayani pembeli.

" Maafkan Ibu ya,kalian berdua sangat berarti untuk ibu." ucap Maryah sebelum akhirnya melepas anak-anak nya pergi ke sekolah sekaligus bekerja.

Air mata Maryah menetes,tubuh rapuh nya di sandarkan di daun pintu yang masih terbuka lebar.kedua anak nya sekarang harus memikul beban yang berat di pundak yang masih kecil.jika boleh meminta Maryah tentu tidak ingin kehidupan yang seperti ini,namun semua sudah menjadi takdir sang ilahi.

Setelah selesai berkeliling mengantar dagangan,Naima dan Dito kini melanjutkan langkah kaki mereka menuju ke sekolah.

Sebotol air mineral yang di bawa dari rumah habis mereka teguk sebagai pembasuh dahaga yang kering.sedikit demi sedikit peluh mulai membasahi seragam sekolah yang mereka kenakan namun demikian sama sekali tidak menyurut kan niat mereka untuk tetap membantu sang Ibu.

Ketika mereka berdua melewati sebuah warung makan, tidak sengaja mereka melihat Rudi yang sedang duduk menikmati makanan dengan Neneng yang berada di samping pria itu.

Rudi terlihat menyuapi makanan ke dalam mulut Neneng bahkan pria itu tidak sungkan mengecup pipi Neneng di warung yang ramai dengan pembeli.

" Nanti Aku mau belanja kebutuhan kita ya Mas." ucap Neneng terdengar jelas oleh telinga Naima dan Dito.

Dengan kompak mereka menghentikan langkah kaki untuk mendengar pembicaraan Rudi bersama Istri baru nya.

Bukan iri tapi lebih ke penasaran kenapa selama ini Rudi tidak bisa bersikap seperti itu kepada mereka.

" Iya sayang, terserah Kamu mau melakukan apa,Mas sudah transfer uang untuk Kamu."balas Rudi begitu lembut.

Naima meremas kuat jemari Dito yang sejak tadi menggenggam erat tangan nya.seharus nya mereka tidak perlu melihat semua ini.rasa penasaran itu membuat hati mereka kembali merasakan yang nama nya patah hati.penyumbang pertama patah itu ternyata ayah kandung mereka sendiri, seharusnya pria itu orang pertama yang melindungi mereka bukan malah menabur kan luka yang tak ada habis nya.

Di luar sana mereka mati-matian mencari uang demi bisa bertahan hidup tetapi Rudi malah sibuk membahagiakan istri muda nya.

Tanpa mereka sadari,Rudi ternyata sedang menatap ke arah mereka dengan Neneng yang selalu bergelayut manja di lengan pria itu sambil tersenyum mengejek kepada Naima dan Dito.

Rudi menatap tajam Kedua anak nya, terutama Naima yang pernah membuat hidup nya susah dan kehilangan banyak uang.

" Ayok kita berangkat ke sekolah Mbak,biarkan saja mereka mau melakukan apapun." ajak Dito tidak ingin terjadi keributan di tempat yang ramai.

Jika ibu mereka tahu pasti akan sedih , takut nya penyakit yang belum sembuh total kembali kambuh.mereka harus menjaga perasaan sang Ibu demi bisa membuat ibu mereka tetap sehat.

Luka yang sudah menggerogoti hati hanya bisa di telan mentah-mentah tanpa perlu di ketahui oleh sang Ibu.

"Jika Aku sukses,Aku tidak akan pernah membiarkan Bapak menikmati kesuksesan ku.

Bersambung.

Jangan lupa like, bantu rate ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ dan tinggal kan jejak kalian di kolom komentar ya guys

1
ChikoRamadani
siapa yang menolong naima??? apa dokter bagas???
Sudah gila saraf otak pak rudi, dia yang menghabiskan uangnya demi si neneng itu malah balik menyalahkan naima... tega banget seorang ayah tanpa memberi nafkah dan kasihsayang ingin menukarkan harga diri anaknya buat orang lain karena demi uang...
oland sariyy: perlu di kutuk kayak nya si Rudi ini ya kakak 😁😁
total 1 replies
oland sariyy
selamat membaca teman-teman semua nya.jangan lupa.tinggalkan jejak kalian di kolom komentar ya
ChikoRamadani
kira" apa yang dilakukan naima yah ??? jadi penasaran 🤔
lanjut dong thor
oland sariyy: tunggu di bab berikutnya kakak 😁😁
total 1 replies
ChikoRamadani
Mereka selalu diuji mulai dari tidak diberikan kasih sayang seorang ayah, tidak diberi nafkah dan saat mereka dalam situasi terpuruk pun ayahnya tidak peduli sama sekali...
naima dan dito sangat menyayangi ibunya,
tapi bagaimana mereka bisa mendapatkan biaya untuk operasi? apakah ada yg membantu mereka? semoga saja ada orang baik yang bsa menolong ibunya...


sepertinya dokter bagas dia tertarik pada naima tetapi dia sadar diri, naima masih bocah....
ChikoRamadani
lanjut kakk,,
oland sariyy: siap kak
total 1 replies
oland sariyy
terimakasih sudah setia di cerita terbaru author,maaf kalau agak lama update nya kakak, author lagi kurang fit 🙏🙏
ChikoRamadani
Sedih banget loh jadi mereka, tidak diberikan kasihsayang sama sekali... hanya luka dan trauma yang diberikan oleh pak rudi...
bu maryah sudah pasrah dengan tindakan kasar pak rudi tapi dia selalu percaya pak rudi setia...
setelah ini, apakah bu maryah tetap bertahan dengan segala cobaan rumahtangga mereka, dan apakah naima dito masih mau menerima perilaku buruk pak rudi kepada mereka....
ChikoRamadani
miris banget lihat keadaan mereka, apalagi pak rudi tidak ada rasa peduli kepada keluarganya sendiri. mana kakak pak rudi merendahkan bu maryah bilangin miskin dan banyak hutang eh gak sadar dia adiknya saja tidak pernah memberikan nafkah untuk keluarganya malahan bu maryah yang berjuang keras untuk membiayai kehidupan anaknya...
naima,punya teman yang baik , selalu bantuin ketika lagi kesusahan dengan cara diam" memasukkan selembar uang ke dalam tas naima. tapi naima susah dia tidak pernah memanfaatkan temannya itu karena dia anak yang tulus...
oland sariyy: hai kakak terimakasih sudah mampir di karya terbaru author 😊🙏
total 1 replies
oland sariyy
Hai semua nya selamat datang di karya terbaru author 😊😊😊🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!