Farid tidak menyangka jika ia akan bertemu dengan jodohnya yang tidak pernah ia sangka. 32 tahun membujang bukan tanpa alasan. Ia pernah sangat mencintai seseorang namun ia ia dikhianati hingga dirinya terluka dan sulit untuk percaya lagi kepada seorang perempuan. Namun pada suatu saat ada seseorang yang dapat mengetuk hatinya. Siapakah dia? Tentu saja dia yang akan menjadi jodohnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah Farid
Siena menoleh ke kiri dan ke kanan. Keadaan di sekitar jalan sudah sepi. Ia terpaksa nenangin sepeda motornya meski perjalanan masih kurang sekitar 1 kilo meter lagi untuk sampai ke kost-annya.
"Itu non Siena!" Pekik seseorang.
Siena langsung menoleh.
"Duh gawat, gimana ini?"
Siena terpaksa meninggalkan sepeda motornya dan berlari cepat menghindari dua orang yang saat ini sedang mengejarnya. Saat berlari ada mobil yang melintas. Tanpa ragu Siena menghentikan mobil tersebut dengan merentangkan kedua tangannya dan berdiri di tengah jalan. Alhasil mobil tersebut ngerem mendadak.
"Siena!"
Siena menepuk-nepuk kaca mobil.
"Tolong saya! Tolong buka pintunya.Tanpa berpikir panjang, sang pengendara mobil pun membuka pintu mobil di samping kirinya. Siena segera masuk dan membanting pintu.
"Ayo cepat jalan!"
Kedua orang yang mengejar Siena kini hanya bisa menghela nafas panjang. Namun beberapa saat kemudian, mereka langsung kembali ke mobil dan berusaha mengejar mobil yang membawa Siena.
Siena menoleh ka sampingnya. Ia merasa sudah tidak sopan karena memaksa masuk ke dalam mobil orang. Namun ia sangat terkejut saat tahu sang pemilik mobil adalah bosnya.
"Pak Farid!" Kaget Siena.
"Hem, ada apa?" Sahut Farid tanpa menoleh. Ia tidak ingin menambah dosanya dengan melihat aurat Siena.
"E.... itu, Pak. Maaf saya sudah lancang. Saya terpaksa tadi."
"Kenapa mereka mengejarmu?"
" Sa- saya sendiri kurang tahu, Pak.Mungkin mereka mau berbuat jahat." Bohong Siena.
"Motormu?"
"Aduh iya, tadi saya tinggal Pak. Semoga tidak ada yang mengambilnya."
Tanpa berpikir panjang, Farid menghubungi seseorang untuk mengambil motor Siena.
Farid menyadari jika ada mobil yang mengikutinya dari belakang.
"Ada yang mengikuti kita. Sepertinya orang yang mengejarmu."
"Duh gimana nih, jangan sampai mereka tahu tempat kost-ku." Batin Siena.
"Apa mereka dep-kolektor?"
"Ah tidak-tidak. Eh iya-iya." Siena bingung untuk mencari alasan.
"Di mana alamatmu?"
"Eh itu, Pak. Tolong kelabuhi mereka saja. Jangan sampai mereka tahu tempat tinggalku."
"Kalau punya hutang, dibayar saha. Jangan menghindar."
"Untuk sementara, tolonglah ya pak."
"Hem."
Farid pun menambah kecepatan. Di tikungan kecuali ia berhasil untuk mengelabuhi mereka.
"Huh....Alhamdulillah." Ucap Siena sambil mengusap dadanya.
Tanpa bertanya, Farid membawa Siena ke sebuah rumah yang cukup megah. Seorang security membukakan gerbang untuknya.
Dalam hati Siena bertanya-tanya.
"Bapak, anda membawa saya ke mana?"
"Bukannya kamu ingin menghindari orang tadi? Sementara untuk malam ini tidurlah di sini."
Farid membuka pintu dan turun dari mobil. Begitu pun dengan Siena. Siena melihat keadaan rumah tersebut.
"Sepertinya ini rumah miliknya. Atau jangan-jangan milik keluarganya. Aduh gimana nih? Batinnya.
Faris membuka pintu kamar tersebut. Ada seorang asisten rumah tangga yang menghampirinya.
"Den..."
Asisten tersebut terperangah melihat Farid membawa seorang perempuan di tengah malam. Hal yang tidak pernah dilakukan Garis. Jangankan tengah malah, siang hati saja Farid tidak pernah membawa tamu wanita ke rumahnya seorang diri.
"Bi', tolong antarkan dia ke kamar tamu."
"Ba-baik, den."
Asisten yang bernama bi Surti pun mendapatkan Siena ke kamar tamu. Setelah iru bi Surti hendak kembali beristirahat ke kamarnya. Namun ternyata Farid masih menunggunya di ruang tengah.
"Bi'..."
"Eh, si aden. Bibi kaget. Ada apa?"
"Bi', jangan katakan apapun kepada Ummi dan Abi. Aku tidak mau mereka salah paham."
"Siap, den."
Farid pun masuk ke dalam kamarnya. Hati ini sangat melelahkan untuknya. Ia sampai lupa untuk memberitahu umminya.
Sementara di rumah utama, Ummi sedang menunggunya pulang. Sudah jam 1, namun Farid tidak sampai juga.
"Ummi, Farid nggak akan nyasar. Ayo kita istirahat. Lihatlah, kantung matamu sudah terlihat karena sering tidur larut malam."
"Tunggu, ummi telpon dulu."
Namun saat ditelpon, handphone Farid mati. Jadi Ummi tidak bisa menghubunginya. Ummi menjadi sangat khawatir. Ummi pun menghubungi pihak hotel.
"Bi, katanya Farid pulang dari tadi. Tapi kok belum sampai ya. Ummi khawatir, bi."
"Bentar abi cek GPS nya."
Setelah mengecek GPS, mereka tahu di mana saat ini Farid berada. Mereka pun merasa lega karena Farid pulang jw rumahnya sendiri. Hanya saja ummi sedikit kecewa karena Farid tidak mengabarinya.
"Sudahlah, mi. Mungkin putra kita kecapean. Jadi tidak sempat mengabari. Ayo tidur, sudah pagi ini."
"Iya, bi."
Mereka pun beristirahat.
Di rumah Farid.
Siena baru saja selesai mandi. Ia masih belum bisa tidur. dia memikirkan sepeda motornya yang ia tinggal di jalan. Ia tidak tahu bahwa Farid sudah memerintahkan seseorang untuk mengambil motor tersebut.
"Duh gimana dong. Pasti orang suruhan Papi itu akan berkeliaran setelah melihatku tadi malam. Huh... baru saja merasakan kebebasan, udah mau dikekang lagi." Gerutunya.
Siena mondar mandir sendiri di dalam kamarnya. Banyak sekali yang ada di pikirannya. Apa lagi saat ini ia sakit perut karena datang bulan.
"Aduh.... harus bikin yang anget-anget ini. Tapi ini kan rumah orang. Masa' iya main nyelonong saja. Tapi kalau nggak bikin, bisa-nisa nggak tidur sampai pagi."
Dengan masih memakai handuk kimono, Siena pun memutuskan keluar dari kamar dan mencari keberadaan dapur di rumah itu. Setelah berkeliling, akhirnya dia menemukannya.
Siena mencari sesuatu yang ia cari, teh dan gula. Setelah membuka beberapa lemari, akhirnya ia menemukannya.
Siena pun memasak air untuk membuat teh. Setelah selesai, Siena duduk di kursi meja makan.
"Tampaknya rumah ini sangat sepi." Lirih Siena sambil menyeduh teh panasnya.
Tak tak tak
Terdengar suara langkah dari tangga.
Siena bergidik ngeri. Ia berpikir kalau suara tersebut adalah suara hantu.
Buru-buru ia berlari untuk kembali ke kamarnya. Namun saat berlari, tubuhnya membentur tubuh seseorang. Hampir saja Siena terjungkal karena kurang keseimbangan. Namun beruntungnya orang tersebut langsung menahan tubuh Siena. Suasana yang gelap hanya terdengar nafas yang tersenggal-senggal. Namun saat wajah mereka berdekatan, mereka dapat melihat satu sama lain.
"Ma-maaf, Pak." Siena langsung melepaskan dirinya dari Farid.
"Astaghfirullah... " Ucap Farid.
"Maaf Pak, tadi saya kira ada hantu."
"Ngapain kamu?"
"Eh itu, Pak. Perut saya sakit, jadi saya bikin teh."
Farid menghela nafas panjang.
"Ya sudah, habiskan dulu tehnya."
Farid pergi ke dapur. Ia merasa lapar. Jadi ia memutuskan untuk membuat mie instan. Siena kembali duduk untuk menghabiskan tehnya.
"Aromanya... astaghfirullah. Dosa, Farid." Batin Farid. Ia masih terngiang dengan aroma tubuh Siena. Hampir saja ia khilaf.
Setelah menghabiskan tehnya, Siena pergi ke dapur untuk mencuci cangkir bekas ia pakai. Tanpa sengaja Farid melihat belahan handuk Siena yang memperlihatkan paha mulus Siena.
"Astaghfirullah... " Kaget Farid.
"Ada apa Pak?"
Farid langsung memalingkan wajahnya.
"Tu-tidak ada apa-apa. Segera kembali je kamatmu, dan istirahatlah!"
"Ah iya, Pak. Terima kasih."
"Hem... "
Setelah kepergian Siena Farid hanya bintang mengelus dada dan menggelengkan kepala.
Bersambung...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
semangaatt teruuss