NovelToon NovelToon
Spring Song For You

Spring Song For You

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Romansa
Popularitas:997
Nilai: 5
Nama Author: Violetta

cerita tentang seorang serigala penyendiri yang hanya memiliki ketenangan tapi musik menuntun nya pada hal-hal yang terduga... apakah itu musim semi...

aku hanya bermain musik untuk mencari ketenangan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31 - Canggung Sesaat

Setelah lonceng terakhir berbunyi dan kelas resmi berakhir, murid-murid mulai berhamburan keluar dari ruang kelas. Reuxen merapikan tasnya dengan cepat dan melambaikan tangan ke arah mereka bertiga.

“Aku pulang duluan, ya. Ada urusan sama kakek,” katanya sambil berlari kecil menuju tangga.

“Jaga diri, Reu!” seru Tissa, lalu memutar tubuh ke arah Vio dan Reina yang masih berjalan santai di sampingnya. Ketiganya berjalan bersama menuju halte bus seperti biasa, sembari menikmati angin sore yang berhembus lembut.

Saat mereka sampai di halte, Tissa yang sibuk membuka pesan di ponselnya tiba-tiba mengangkat kepala dan memandang Reina dengan wajah penasaran.

“Eh, Reina… rumahmu searah ya sama rumah kita?”

Reina terlihat sedikit terkejut oleh pertanyaan itu. Ia sempat melirik sekilas ke arah Vio sebelum akhirnya mengangguk pelan, wajahnya mulai memerah sedikit.

“Iya…” jawabnya singkat.

“Iya,” tambah Vio hampir bersamaan, membuat Tissa langsung menoleh tajam ke arah kakaknya.

“Loh? Kok kamu bisa tahu rumah Kak Reina?!” tanyanya heran.

Vio sempat terdiam, mencari kata yang tepat. “A-Aku… ya itu… kemarin… nggak sengaja aja… nganterin.”

Reina buru-buru menambahkan dengan suara agak tinggi karena gugup, “Iya! Waktu itu… aku, eh, ketiduran di bus! Jadi… Vio… nganterin aku sampai depan rumah.”

“Ohh…” Tissa menyipitkan mata seolah menganalisis wajah keduanya. “Berarti kalian bareng naik bus juga? Udah berapa kali tuh?”

“Baru dua… eh, maksudnya… ya kebetulan aja…” ujar Vio cepat, matanya melirik ke samping.

“Bener-bener nggak direncanain,” tambah Reina dengan cepat, kali ini benar-benar merah wajahnya, telinganya pun tampak memerah.

Tissa memandangi mereka berdua bergantian, lalu mengangguk-angguk pelan dengan ekspresi penuh kecurigaan. Namun alih-alih menanyakan lebih lanjut, dia hanya tertawa kecil dan berkata, “Aku ngerti kok~”

Vio langsung menoleh. “Ngerti apaan?”

“Nggak, nggak. Rahasia,” kata Tissa sambil tertawa jahil dan menggoyang-goyangkan tas kecilnya. “Pokoknya aku tahu ada yang manis-manis nih~”

Reina hanya bisa menunduk sambil tersenyum kaku, dan Vio menyandarkan kepala ke tiang halte dengan pasrah. Saat bus datang dan mereka naik, suasana di antara mereka penuh kehangatan yang sederhana, dengan sedikit kegugupan yang masih menggantung di udara.

Bus yang ditunggu akhirnya datang, berhenti perlahan di depan halte dengan suara angin rem yang khas. Ketiganya naik dan duduk di deretan kursi tengah. Suasana di dalam bus cukup lengang, hanya ada beberapa penumpang lainnya yang tampak lelah setelah seharian bekerja.

Vio duduk di dekat jendela, Tissa di tengah, dan Reina di sisi luar. Meski duduk berdampingan, suasana terasa canggung, terutama antara Vio dan Reina yang saling mencuri pandang sesekali tanpa berkata apa-apa.

Tissa, yang biasanya paling cerewet, kali ini memilih melihat keluar jendela sambil bersenandung pelan. Ia bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda dari dua orang di sampingnya, dan dengan bijak memilih untuk diam dulu.

Saat bus mendekati halte persimpangan dekat rumah Reina, gadis itu berdiri perlahan. “Aku turun di sini, ya.”

Vio menatapnya sekilas dan mengangguk. “Hati-hati.”

“Terima kasih… untuk hari ini,” ujar Reina sambil tersenyum, lalu melangkah turun dari bus. Ia sempat menoleh sebentar sebelum pintu bus menutup dan melaju kembali.

Tissa melirik Vio dengan tatapan jahil namun tidak berkata apa-apa. Senyumnya saja sudah cukup membuat Vio merasa gugup.

Sesampainya mereka berdua di rumah, pintu apartemen terbuka begitu mereka mengetuk, dan di ambang pintu berdiri Hilda dengan tangan bersedekap, menatap keduanya.

“Lama banget. Aku pikir kalian nyasar di jalan,” godanya ringan sambil melangkah masuk, memberi jalan.

“Maaf, Kak. Tadi nunggu busnya agak lama,” jawab Vio sambil melepas sepatu.

Hilda mengangguk, lalu menoleh ke Tissa dan mengacak rambut adik kecil itu. “Selamat datang kembali, Tissa.”

“Hehe, aku kangen juga,” balas Tissa ceria.

Malam itu mereka makan malam bersama, Vio yang sudah mempersiapkan sebagian bahan masakan tadi membantu menyelesaikan makan malam dengan Hilda. Suasana makan penuh kehangatan keluarga.

Namun di tengah makan malam, Hilda mendadak angkat bicara dengan nada santai tapi tegas.

“Oh iya, aku mau nginep di rumah Mei selama dua hari mulai besok. Ada proyek kampus yang butuh diskusi sampai malam. Jadi, Vio,” katanya sambil menatap adiknya, “jaga Tissa baik-baik, ya?”

Vio mengangguk. “Iya, tenang aja.”

Tissa dengan cepat menimpali, “Aku juga bisa jaga diri sendiri kok!”

Hilda tertawa. “Tapi kamu tetap anak kecil yang suka nyasar. Jadi kakakmu tetap harus waspada.”

Tissa manyun, dan Vio hanya tertawa pelan sambil menunduk, membayangkan dua hari ke depan… dan entah kenapa, pikirannya sedikit melayang ke arah Reina lagi.

Setelah makan malam selesai, Hilda berdiri lebih dulu dari meja.

“Aku mandi dulu, kalian beresin meja ya,” ujarnya santai sambil melangkah menuju kamar mandi.

“Baik, Kak,” sahut Vio sambil mengumpulkan piring-piring kotor ke dalam baki.

Tissa mengambil gelas-gelas dan membawa ke dapur, membantunya tanpa banyak bicara. Setelah beberapa saat, suara shower terdengar dari kamar mandi, menandakan Hilda sedang mandi. Vio dan Tissa menyelesaikan mencuci piring dan membereskan meja makan.

Beberapa menit kemudian, Hilda keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

“Tissa, sekarang giliran kamu ya. Jangan kelamaan,” katanya sambil berjalan ke kamar.

“Iya, iya,” Tissa bergegas mengambil piyama dari kamarnya lalu masuk ke kamar mandi sambil bersenandung kecil.

Vio menyeka sisa air di meja makan, lalu memeriksa kembali dapur. Setelah memastikan semuanya bersih, ia masuk ke kamar mandi sambil membawa pakaian ganti.

Air hangat menyentuh kulitnya begitu ia masuk ke dalam kamar mandi. Vio memejamkan mata sebentar, membiarkan suara gemericik air memenuhi ruang sunyi itu. Tidak ada jadwal siaran malam ini, tidak ada tuntutan untuk berpura-pura, hanya keheningan dan dirinya sendiri.

Pikirannya perlahan melayang.

Tentang Reina... tentang Tissa… tentang kata-kata dan ekspresi yang sulit diungkapkan…

Semua itu saling bertumpuk menjadi kabut yang samar. Namun di tengah riak-riak air yang menetes dari rambutnya, satu nada, ringan dan jernih, muncul di kepalanya… lalu disusul oleh satu baris lirik, lalu baris berikutnya.

Vio terdiam sejenak, lalu tanpa sadar mulai bersenandung perlahan.

Nada-nada itu mengalun begitu saja, seakan telah menunggu untuk ditemukan sejak lama. Ia tersenyum kecil—senyum yang tercipta dari perasaan yang tak bisa ia uraikan dengan kata-kata, hanya bisa dilagukan.

Begitu selesai, ia segera keluar dari kamar mandi, mengenakan piyama seadanya, dan langsung menuju kamarnya. Dengan cepat, ia mengambil gitar akustik yang tergantung di dinding.

Tangannya menyapu senar, lembut dan perlahan, mencoba menangkap kembali nada yang tadi sempat muncul di pikirannya.

Satu per satu, nada-nada itu terangkai. Liriknya masih belum lengkap, tapi ada perasaan hangat yang mengalir… sebuah awal dari lagu baru yang muncul dari keheningan dan kebimbangan.

Lagu itu mungkin akan menjadi lagu tentang momen-momen kecil yang tak disadari… yang menyatukan hati perlahan tanpa kata.

Vio duduk di tepi ranjang dengan gitar di pangkuan. Di hadapannya terbuka sebuah buku catatan yang mulai dipenuhi coretan lirik. Ia baru saja menuliskan satu baris yang terasa sangat pas dengan nadanya, saat tiba-tiba terdengar ketukan pelan di pintu.

Tok. Tok.

“Vio?” suara Hilda terdengar dari balik pintu.

Refleks, Vio langsung menutup buku liriknya dan menyelipkannya ke bawah bantal. Ia nyaris menjatuhkan gitarnya karena terburu-buru, tapi berhasil menahannya tepat waktu.

“Iya! Masuk aja, Kak!” jawabnya sedikit gugup, mencoba terdengar biasa.

Pintu terbuka perlahan, dan Hilda masuk sambil menguap kecil. Ia sudah mengenakan baju tidur dan rambutnya masih sedikit basah.

“Gak ganggu ya?” tanyanya sambil melirik gitar di pangkuan Vio.

“Enggak, cuma… iseng-iseng main gitar aja,” kata Vio cepat, menggaruk tengkuknya pelan.

Hilda tersenyum, lalu mendekat dan duduk di tepi tempat tidur. Ia mengeluarkan dompet dari saku jaket tidurnya dan menyerahkan beberapa lembar uang pada Vio.

“Ini. Besok akhir pekan, Mei bilang aku harus ke rumahnya pagi-pagi. Jadi Kakak pikir, kamu ajak Tissa jalan-jalan aja, ya? Kasihan, dia belum terlalu kenal daerah sini.”

Vio menatap uang itu sejenak sebelum menerimanya. “Mau ke mana, Kak?”

“Ya terserah kalian aja. Mau ke taman, toko buku, kafe, atau cuma muter-muter pun nggak apa-apa. Yang penting Tissa gak seharian di rumah. Dia pasti seneng diajak keliling.”

“Oke, nanti aku ajak dia keluar,” Vio mengangguk sambil menyimpan uang itu di meja kecil dekat tempat tidur.

Hilda menatapnya sejenak dengan senyum kecil. “Kamu kelihatan lagi mikirin sesuatu.”

“Enggak juga… mungkin capek aja.”

“Mungkin kamu butuh tidur lebih cepat malam ini. Jangan kebanyakan mikir, Vi,” kata Hilda sambil berdiri. “Oke deh, Kak balik ke kamar dulu ya. Jangan begadang!”

“Siap, Kak.”

Begitu Hilda keluar dan pintu tertutup kembali, Vio menarik napas panjang. Ia mengintip ke bawah bantal, menarik kembali buku liriknya perlahan seolah takut ketahuan, lalu tersenyum kecil.

Besok dia akan mengajak Tissa jalan-jalan. Tapi malam ini, masih ada lagu yang belum selesai dituliskan…

1
Finn
ahhhhh..... lagunya bagusss kak /Cry/
_Graceメ: makasih (⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)
total 1 replies
Finn
ohhh!!! 😲
Finn
ohh!!! ada lagu original nya /Drool/
_Graceメ: ada dong ヾ⁠(⁠・⁠ω⁠・⁠*⁠)⁠ノ
total 1 replies
Finn
main dobrak aja ya /Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!