Kevin Pratama tidak pernah menyangka bahwa Ani Anggraini, istri ketiga bawahan di kantornya. Dapat membangkitkan gairahnya yang terpendam selama ini. Karena hal itu, ia melakukan segala cara agar bisa membuat Ani menjadi miliknya. Namun, saat berhasil membuat Ani menjadi miliknya bahkan menjadi istrinya. Ia malah mengajukan kontrak nikah hanya karena trauma di masalalu nya.
“Apa maksudnya ini?” tanya Ani yang terkejut saat melihat isi dari kontrak nikah itu.
“Apa kata-kata yang ada di dalam kontrak nikah itu kurang jelas untukmu Ani? sampai-sampai membuatmu tidak paham seperti itu!”tanya Kevin dengan raut wajah yang datar.
“Tidak, isi dari kontrak nikah ini saya sangat paham. Hanya saja. Mengapa tuan ingin menikahi saya? hanya karena agar tuan mendapatkan seorang keturunan!” ucap Ani, karena memang isi dari kontrak itu menyatakan bahwa pernikahan mereka akan terjalin sampai Ani melahirkan anak untuk Kevin.
“Lalu, memangnya menurut kamu. Apa ada alasan yang lebih masuk akal, untuk saya menikahi kamu yang seorang wanita biasa-biasa saja. Selain untuk memiliki keturunan?”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rtgfcg, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjanjian
“Apa ini ada hubungannya sama perjanjian kamu sama omah?” tebak Kevin memecah keheningan, yang memang sudah lumayan lama tercipta diantara mereka. tebakan itu di karenakan sang istri, Ani yang terus-menerus menundukkan kepalanya dan tidak menunjukkan inisiatif untuk menjawab pertanyaan Kevin sebelumnya. Tenang alasan istrinya itu yang tiba-tiba mengatakan sudah siap dan mengizinkan, jika nanti malam mereka bercinta.
Sedangkan di sisi lain terlihat Ani yang masih menunduk kepalanya dan saat mendengar pertanyaan yang tidak terduga dari suaminya itu. Dengan refleks ia mulai mengangkat kepalanya dengan cepat, hanya untuk menatap sang suami yang duduk di kursi kemudi dan masih menatapnya dengan tajam.
“Itu…eng-ga…ada ko mas!” Balas Ani dengan suaranya yang terdengar terbata-bata dan tampak saat Ani mengatakan itu, ia mulai kembali mengalihkan tatapan matanya seperti tadi lagi.
“Aku bisa ngerasain kalo kamu lagi bohong… tapi, tenang aja. Kalo kamu emang ga mau dan ga nyaman ngebahas perjanjian kamu sama omah serta apa hubungannya perjanjian itu sama alasan kamu mau menyerahkan tubuhmu sama aku. Kamu ga usah paksain buat bilang, gapapa! ako ga bakal maksa ko Cuman… ada satu hal lagi yang harus aku tegasin, kalo kamu emang ga mau ngasih tau alasan kamu udah bersedia bercinta sama aku. Aku minta maaf, sepertinya keinginan kamu untuk kita bercinta malam ini. Ga bakal terjadi.”
Ani yang mendengar penjelasan yang panjang lebar dari suaminya itu. Hanya bisa kembali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Setelahnya, dengan suara yang lirih ia mulai berucap. “Bukan begitu mas. Sebenarnya alasan Ani sekarang bersedia itu karena…”
“Karena apa?” tanya Kevin dengan tidak sabaran, karena sang istri tiba-tiba menghentikan suaranya.
“Bener kan itu ada hubungannya dengan perjanjian kamu sama omah? sebenarnya, apa si Ani perjanjian kamu sama omah?” Tambah Kevin lagi yang sekarang mulai menggenggam tangan Ani dengan lembut.
Degh, degh, degh
Jantung Ani berdetak dengan cepat, saat tanpa di duga suaminya itu menggenggam lembut tangannya. Dengan refleks ia mulai kembali melihat wajah Kevin yang tampak tetap masih memandangnya yang tidak di jabarkan.
Saat Ani masih saling berpandangan dengan sang suami, Kevin. Tanpa aba-aba di dalam kepalanya, ingatan kesepakatan dirinya dengan omah kemarin kembali teringat.
Flashback on
Setelah perkataan Ani yang mengatakan pada omah Ririn akan membuktikan bahwa Kevin, sang suami tidak pernah mencintai dirinya.
Omah Ririn tampak dengan raut wajah yang terkejut mendengar apa yang cucu menantunya itu barusan katakan. Mulai membuka mulutnya lagi untuk bersuara. “Kalo kamu seyakin itu sama pemikiran kamu Ani. Bagaimana kalo kita buat perjanjian dan bertaruh.”
“Bertaruh! buat perjanjian? maksudnya?” tanya Ani dengan kening berkerut, karena tidak paham dengan ucapan omah Ririn barusan.
“Begini Ani. Kamu kan bilang kalo kamu yakin bisa membuktikan kalo Kevin itu tidak pernah mencintai kamu. Sedangkan omah, kan juga udah bilang. Kalo omah itu seratus persen yakin, kalo Kevin itu sudah mencintai kamu. Jadi… untuk itu, gimana kalo kita buat perjanjian dan bertaruh untuk perjanjian itu?”
Penjelasan omah Ririn itu, yang terdengar sangat lembut dan panjang lebar. Berhasil membuat Ani yang tadi kurang paham dengan maksud omah Ririn. Sekarang, ia sudah mulia merasa paham.
“Oke… kalo gitu apa perjanjiannya?” ujar Ani dengan wajah yang tampak serius memandang omah Ririn.
“Segera lahirkan anak untuk Kevin. Dan setelah kamu melahirkan… kamu harus segera pastikan pada Kevin, apakah dia mencintai kamu dan akan membatalkan kontra pernikahan kalian atau tidak? jika jawaban dia iya, maka kamu harus berjanji pada omah tidak akan pernah meninggalkan cucu omah itu sedetik pun. Namun… jika jawaban Kevin tidak mencintai kamu dan ingin tetap melanjutkan pembatalan kontrak nikah kalian. Maka omah berjanji, omah dengan iklas akan membiarkan kamu meninggalkan Kevin dan sebagai bonusnya omah juga akan memberikan saham yang omah miliki di perusahaan Pratama pada kamu semuanya.” Ucap omah Ririn dengan raut wajah yang sangat serius.
Yang tentu berhasil membuat Ani tercengang bahkan tanpa sadar membuka mulutnya sedikit. Karena saking tercengangnya.
Flashback off
“Ani…Ani!” Suara Kevin tiba-tiba terdengar dalam kepala Ani. Yang tentu berhasil membuat Ani membuyarkan lamunan Ani tentang perjanjiannya dengan omah Ririn kemarin.
“Ah…iya mas.” Balas Ani dengan gugup.
“Jadi sebenarnya apa alasan kamu tiba-tiba bersedia itu, bener-bener ada sangkut pautnya dengan perjanjian yang tadi omah bicarakan di bandara? ” tanya Kevin, dengan suara yang terdengar lebih dingin dari biasanya.
“Ga ada mas…itu semua ga ada hubungannya dengan perjanjian Ani sama omah!” Bohong Ani dengan suara yang terdengar seyakin mungkin.
“Ga usah bohong Ani…emangnya kalo bukan karena perjanjian kamu sama omah, terus karena apa?” teriak Kevin dengan suara yang terdengar frustasi.
“Itu…itu karena…”
“Apa…karena apa?” potong Kevin dengan cepat. Karena, merasa kesal dengan Ani yang terus-menerus bersikap seperti berusaha tarik-ulur.
“Karena Ani harus segera hamil!” Balas Ani dengan refleks. Dan setelah mengatakan itu, tampak wajah Ani sudah memerah.Sedangkan, Kevin sang suami. Tampak hanya mengerutkan keningnya dengan heran.