TERJEBAK DI HALAMAN CINTA

"Tapi Nona disana terlihat tampak sepi, dan lihatlah tokonya sangat kecil sekali, " ujar Chi lan.

"Sepi tak akan menjamin bahwa toko itu tak ada pembeli nya, yuk Bi kita kesana, " ujar Mei len kukuh.

"Baiklah Bibi ikut saja, " ujar Chi lan pasrah mengikuti ke inginkan Mei len.

Saat tiba di toko obat, yang bertuliskan toko abat Hu, disana sepi tak ada satu orang pun pembeli, disana hanya ada satu penjaga dan satu orang yang sedang duduk diam di depan meja, mungkin dia kasir nya.

"Selamat datang Nona muda, apa ada yang bisa saya bantu, ?" tanya penjaga toko dengan ramah.

"Maaf paman, apa pemilik toko obat ini ada, ? saya ingin menjual sesuatu yang pasti akan di sukai oleh pemelik toko obat ini, " jawab Mei len yang langsung mengatakan tujuan nya.

"Sebentar Nona muda biar saya panggilkan dulu pemilik toko nya, " ujar penjaga itu.

"Baik terimakasih, " ujar Mei len menyukai sikap ramah penjaga toko itu.

"Vit.. tolong panggilkan Tuan besar, katakan padanya Nona muda itu ingin menjual sesuatu, " ujar penjaga toko.

"Baik paman Bui akan aku panggilkan dulu, " jawab Vit, dan ternyata paman penjaga toko itu nama nya Bui.

"Nona anda bisa duduk dulu disini, " ujar paman Bui.

"Baik paman, terimakasih, " ujar Mei len tak menolak karna sebenarnya dia juga sudah merasakan pegal di kaki nya itu.

"Apa anda Nona muda yang di maksud oleh pekerja ku, " ujar seseorang bertanya pada Mei len setelah beberapa saat menunggu.

"Anda.. " ujar Mei len bertanya.

"Aahh maaf Nona muda, perkenalkan saya Hu pemilik toko obat ini, " ujar Tuan Hu.

"Aduh maafkan saya Tuan karna tak mengenali anda, perkenalkan saya Mei len dan ini Bibi ku Bibi Chi lan, " ujar Mei len memperkenalkan dirinya juga pada Tuan Hu.

"Jadi apa yang kamu bawa untuk ku anak muda, ?" tanya Tuan Hu.

"Silahkan Tuan lihat saja sendiri, aku yakin Tuan akan menyukai nya, " jawab Mei len, sambil menyerahkan bungkusan yang dia bawa di keranjang nya.

Tuan Hu membuka bungkusan itu, dan dia pun terkejut dengan apa yang dia lihat di depan mata nya itu, satu gingseng sempurna yang sudah berumur ratusan taun, dan itu benar-benar gingseng yang di butuhkan Tuan nya.

"Menakjubkan sekali anak muda, barang ini adalah barang yang aku cari selama ini.. jadi dengan harga berapa kau akan menjualnya, " tanya Tuan Hu.

"Tuan pasti tau barang ini barang terbaik, jadi aku tak akan menyebutkan harga, karna ku yakin Tuan Hu akan memberi harga yang pantas, " jawab Mei len.

"Ternyata kau sangat pintar anak muda, " ujar Tuan Hu.

"Tuan sangat pintar memuji, " ujar Mei len yang terus menimpali kata-kata Tuan Hu.

"Vit, kamu ambilkan lah peti uang ku di dalam, " ujar Tuan Hu pada Vit.

"Baik Tuan, " ujar Vit.

Selang beberapa saat Vit keluar dengan membawa peti kecil, berukuran sedang, dan dia menyerahkan nya pada Tuan Hu.

"Baiklah anak muda, ini terimalah.. 500 koin emas, aku rasa itu cukup, " ujar Tuan Hu.

"Apa?? 500 koin emas, " seri Chi lan, karna dia terkejut dengan harga yang di berikan oleh Tuan Hu.

"Kenapa Bibi apa harganya masih kurang, ?" tanya Tuan Hu.

"Tidak, tidak, itu.. sungguh banyak Tuan, " jawab Chi lan.

"Baiklah Tuan aku menerima nya, dan aku permisi, " ujar Mei len langsung menyetujui harga yang di berikan Tuan Hu.

"Senang berbisnis dengan mu anak muda, lain kali kalo ada barang bagus, bawa lagi kesini, " ujar Tuan Hu.

"Dengan senang hati Tuan, maka aku akan datang lagi kesini lain waktu, "ujar Mei len kemudian pergi meninggalkan toko obat Hu.

"Nona.. uang itu.. banyak sekali, dan Nona untung besar, " ujar Chi lan setelah berada di luar toko obat Hu.

"Hum Bibi uang nya banyak, dan ayo kita habiskan uang ini, " ujar Mei len yang akan membelikan uang itu untuk keperluan di gubuk reyot Chi lan.

"Jangan Nona itu uang mu, " ujar Chi lan.

"Bibi apa kau lupa kata-kata ku, " ujar Mei len sambil cemberut.

"Tapi Nona.. " ujar Chi lan tak dapat melanjutkan kata-kata nya, karna sekarang dia terharu dengan sikap Nona nya itu.

"Tidak ada tapi tapi sekarang ayo kita belanja, kita harus membeli kasur yang empuk, agar tak sakit lagi saat tidur, kita juga harus membeli peralatan masak, peralatan makan, kita juga harus membeli semua bahan makanan, " ujar Mei len terus berbicara apa yang akan dia beli, Chi lan hanya terdiam mendengar kan semua ocehan Nona muda nya itu.

Mei len begitu enerjik, dia terus saja berpindah-pindah toko, membeli semua yang dia butuhkan, bahkan Chi lan sudah melarang nya namun tidak di hiraukan oleh Mei len.

Dari kejauhan dari jarak yang lumayan jauh, namun juga dekat, putra mahkota Rui memperhatikan semua perilaku Mei len, sesekali dia akan tersenyum di balik menutup wajah nya.

Ya setelah memberikan perintah pada Jun, putra mahkota Rui keluar dari istananya, dia ingin melihat sendiri apa yang di lakukan oleh wanita nya itu, ya wanita nya karna semenjak kejadian malam itu, putra mahkota Rui sudah mengklaim Mei len sebagai wanitanya, karna memang mereka juga sudah bertunangan.

"Aku rasa, aku harus menghasilkan banyak uang, agar kelak dia bisa selalu tersenyum bahagia seperti itu, " gumam putra mahkota Rui, sambil terus memperhatikan apa yang di lakukan Mei len.

"Nona.. cukup, nanti uang mu habis, " ujar Chi lan yang kembali mengingatkan Mei len.

"Bibi kenapa kamu bawel sekali, " ujar Mei len.

"Sudah, ayo kita pulang.. dan ya lihatlah belanjaan mu sudah banyak, hingga sudah ada beberapa gerobak sapi yang khusus membawa belanjaan mu Nona, " ujar Chi lan yang akhirnya menyeret Mei len agar berhenti berbelanja.

"Bibi aku belum selesai, " rengek Mei len.

"Ini sudah sore, kita harus bergegas untuk pulang, " ujar Chi lan sambil terus menarik tangan Mei len.

"Bibi jangan tarik aku.. baiklah ayo kita pulang, tapi tolong lepaskan aku, " ujar Mei len.

"Lebih baik seperti itu, ini sudah sangat sore, Bibi takut terjadi sesuatu, " ujar Chi lan karna memang di beberapa jalan yang di lalui selalu rawan bandit.

"Baik Bibi ku yang cerewet, ayo kita pulang dan cari paman Yas, " ujar Mei dan menarik lembut tangan Chi lan.

Chi lan pun tak menolak, karna dia sangat menyukai setiap tingkah Nona nya itu, dan Chi lan pun menyayangi Nona nya seperti menyayangi anak nya sendiri, Chi lan bahagia akhirnya dia tak sendiri.

"Paman Yas, maaf membuat mu menunggu, " ujar Chi lan.

"Dasar orang udik, apa karna kau tak pernah ke kota hingga kau berbuat seenak nya dan membuat kami menunggu lama, " ujar nenek tua Mo yang ternyata masih ada disana.

"Lalu kenapa kau juga masih disini, ?" tanya Mei len dingin, dan itu membuat nenek tua Mo jadi menciut dan menghilangkan rasa marah nya.

"Jangan ribut lebih baik kita segera kembali, " ujar paman Yas dan menjalankan gerobak sapi nya.

Sementara belanjaan Mei len, telah di bawa oleh gerobak lain, yang khusus untuk menarik barang belanjaan.

"Lindungi Nyonya kalian..

UDAHAN DULU YA NEXT TIME KITA KETEMU LAGI DI BAB SELANJUTNYA.