Slow update!
Kultivasi, Kanuragan, Ilmu Hitam, Hingga Olah Sukma menjadi satu ilmu bernama Kebatinan
Para Siluman telah keluar dari dunianya dan menebarkan kekacauan yang berskala kecil namun merepotkan!
Memang kelalaiannya tidaklah buruk sangat, namun Ilmu kebatinan adalah penyelamat terakhir untuk umat manusia lemah. Ilmu ini diturunkan langsung oleh oleh dewi maupun siluman?
Aku adalah seorang lelaki SMA sangat tidak menyangka, sejak kejadian di Hutan larangan, hidupka kini terseret ke dalah hubungan dengan sosok yang aku kira Siluman Rubah putih berekor sembilan yang rupanya dia adalah Dewi Rubah!
Setiap peristiwa yang terjadi di sekitar selalu berkaitan dengan hal gaib dan mistik, memaksaku untuk mempelajari Ilmu kebatinan dari sang dewi, demi keluargaku, temanku, lingkungan sekitarku, dan terutama diriku sendiri. Harus diakui, aku cinta kepadanya, namun sayangnya, kami beda kodrat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon made kusuma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21. Pembantu baru?
Malam itu menjadi jejak yang dalam dalam perjalanan kultivasiku. Dengan luka-luka yang masih terasa, aku memikirkan tantangan-tantangan yang masih menantiku di masa depan. Namun, tekadku untuk melindungi orang-orang tercinta dan menjadi pejuang yang tangguh semakin menguat.
Pada keesokan harinya, seperti biasanya aku sharing mengenai kejadian di malam itu sekaligus pemahaman baru mengenai sukma walaupun aku tidak mengerti apa itu kepada temanku satu geng di kantin sekolah ini.
"Beneran elu kena serang?" tanya Wijaya merasa sangat kaget.
"Beneran, sumpah! Untung sih dewi Rubah bantu kemarin. Ngeri bet kekuatan dewi bisa bakar Musuh ampe engga bersisa! Ajaib bet!" ceritanya berapi-api, memuji kekuatan milik sang dewi yang malah mengundang senyum meledek dari teman.
"Iya, sih. Kalo liat cewe cantik sekarang si Putra udah ga mempan! Minimal secantik dewi Rubah baru Putra bakal bahas ampe kiamat," ledek David sambil merasa iri.
"Bacot!" teriaknya kesal, mengundang tawa mereka semua.
"Eh, btw soal Sukma, kalian tau sesuatu ga tentang itu?" tanyaku merasa bingung.
"Lo ga usah tanya kita, mana kita ngerti! Tanya aja tuh, si dewi Rubah yang kau puja-puja!" Bukannya merespon dengan serius, mereka malah tidak henti-hentinya meledek membuatku kesal.
Aku kesal, lalu berniat bangkit dari tempatku duduk dan tinggalkan saja mereka, namun mereka segera menenangkan aku agar duduk kembali. "Memang kenapa elu nanya soal Sukma? Penjelasan Dewi Rubah jaga elu pahami?" tanya mereka.
Aku menganggukkan kepala sambil meraih minuman di hadapanku. "Iya, sih. Tapi masih bingung juga. Kayaknya itu hal yang luar biasa banget, cuman penjelasannya bikin tambah bingung aja. Kayaknya butuh waktu lama buat bener-bener ngerti dan bukan hal yang bisa gue pelajari sekaligus." jawabku sambil merenung.
"Gila, jadi penasaran ama pelatihan elu, bro! Ntar malem mau ke Rumah Ki Ageng Dharma Pasek aja, deh!" ucap Rangga yang membuatku mengerutkan kening.
"Ngapain lu ke situ?" tanyaku terheran.
"Oh, kemarin kita sempet papasan, dia nawarin nakal ngajarin ilmu kebatinan kek pelatihan elu. Ga sendirian sih, kita. Soalnya ki Ageng mau cari penerus ilmu katanya," ucapnya yang membuatku terkejut.
"Bagus, dong! Boleh ikutan gak?" tanyaku merasa tertarik.
"Ya elah. Mana boleh, bro! Elu kan udah diajari dewi Rubah, tuh. Ga bakalan bisa bagi waktu juga itu. Lagian, kan dewi Rubah guru elu, Ki Ageng mantan Murid Dewi Rubah juga. Jadi, ga usah ikut. Toh ilmu kita sama ntar," jawab Dian.
Aku mengangguk mengerti. "Iya, benar juga, sih. Mungkin memang lebih baik fokus pada pelatihan ama Dewi Rubah. Lagipula, gue masih punya begitu banyak materi yang harus gue pahami dari ajaran beliau. Ilmu kebatinan beliau banyak banget, dari ilmu Kultivasi, lalu kanuragan, ilmu hitam, apalagi, Olah sukma, duh... banyak banget bikin pusing konsepnya."
Wijaya menambahkan, "Bener, bro! Tapi jangan sampai kelewat bingung dan terjebak dalam keinginan karena banyak ilmu sekaligus. Pelan-pelan aja, pasti nanti semua akan terbuka."
Kami melanjutkan obrolan ringan sambil menikmati makan siang di kantin. Meskipun pilihan untuk tidak ikut pelatihan dengan Ki Ageng Dharma Pasek, aku merasa yakin bahwa perjalanan kultivasi ini masih panjang, dan setiap langkah adalah pengalaman baru.
"Eh, ntar siang, ibuku bakal balik lagi keluar negeri. Sepi lagi rumah gue, " ucapku mengeluh.
"Ya udah, kan makin banyak tuh, waktu luang buat lo berlatih. Lagian, elu pasti ngerahasiain dari ortu elu kan, biar ga dikira mempelajari ilmu hitam?" tanya Seno.
"Iya, sih. Takutnya kalo diberitahu jadinya kek gitu. Yaudah kita rahasiain aja. Kalo mereka tahu bisa berabe kita!" jawabku.
"Setuju, bro! Rahasiain aja, biar ga repot. Kita dukung lo dalam perjalanan kultivasi elu," kata Wijaya dengan semangat.
"Yak, semangat, bro! Kalo ada masalah, cerita aja sama kita. Kita kan satu tim!" sambung David.
Mendadak bel istirahat berakhir berbunyi, membuat kami segera menggerutu kesal. "Cepet amat bel! Dahi, tok cabut!" ajakku untuk bubar.
"Bro, bayar dulu tagihannya. Masa orang kaya malah ngutang?" tegur Rangga yang membuat kami tertawa lepas. "Mana ada gue ngutang!"
****************************************
Siang harinya, aku kini berada di bandara. Ibuku kini tengah melepas rasa rindu setelah bertemu. "Maaf, ya. Ibu hanya bisa pulang sehari saja. Lain kali pas tahun baru, kubu sama ayah pasti bakal pulang," ucap ibuku dengan perasaan sedih.
Aku hanya bisa tersenyum mendengarnya. Ini entah dibeberapa kalinya aku mendengar janji ini dan seperti biasa, mereka pasti akan melanggarnya. "Ga papa kok, bu. Toh, aku masih punya teman-teman."
"Eh, kau sudah kenal pembantu baru di rumah, belum?" tanya Ibuku yang membuatku bingung.
"Belum. Ada apa, bu?" tanyaku terheran.
"Itu bu Laksmi punya dua orang gadis cantik seumuran kamu. Dekati gih!" ucap ibuku yang membuatku menunjukkan ketidaktertarikan.
"Ibu sejak kapan menerima Pembantu?" tanyaku terheran. Dia tidak memberitahuku sebelumnya.
"Tadi pagi, ibu pasang lowongan di Internet, nah itu dia yang akan jadi PRT di rumah. Tolong, jangan kasar, ya!" ucap ibuku yang terlihat sekali tampak bersalah. "Ibu tahu, kamarmu selalu berantakan. Kek ga ada uang membersihkan, jadi ibu putuskan untuk cari pembantu. Lagi pula kau kesepian, bukan?"
Aku mengangguk, meskipun agak heran dengan keputusan mendadak ibuku. "Iya, bu. Aku akan berusaha bersahabat dengan mereka."
Ibuku akhirnya melambaikan tangannya ke arahku sebagai ucapan salam perpisahan. Aku hanya bisa membalasnya dengan rasa sendu di hati.
Setelah itu, aku kembali bertemu dengan semua temanku satu geng motor, karena orang tua kami bekerja di tempat kerja yang sama.
"Gas, balapan lagi, yok! Siapa yang tiba di pangkalan paling terakhir, wajib traktir Starbucks sama McD! Nrae makan-makan di rumah gue" ucapku pada mereka yang mengundang semangat sekaligus gelak tawa.
"Gass! Eh, tapi kok ke rumah elu?" tanya David terheran.
"Bakal ada pembantu baru di rumah gue, jadi pengen gue kenalin, walaupun belum ketemu. Ntar sore baru dateng ngelamar katanya," jawabku dengan ekspresi malas.
Dengan lagu Sahabat Jadi Cinta - Zigaz yang mengalun di headset yang aku kenakan, Kami pun memulai memasang helm dan melakukan motor dengan kencang tanpa peduli apapun, sampai akhirnya kita disergap polisi dan untungnya dengan jurus Suap, kami selamat dari penangkapan.
"Lain kali jangan ngebut!" tegur sang polisi yang membuat kami hanya tertawa konyol.
"Iya pak!" Jawab kami. Lain di ucapan, lain di tindakan. Bodo amat ama yang namanya teguran! Kami langsung balapan lagi setelah merasa ga ada razia lagi sampai di Rumahku, Si Rangga yang akhirnya kalah mentraktir kami sampai menguras dompetnya.
"Lain kali jangan gitu, bro! ucapnya kesal ketika di dompetnya yang hanya tersisa uang 5000-an saja, membuat kami semua tertawa.
"Ntar gue ganti. Elu tenang aja," jawabku santai. "Yok pulang! Kita liat dulu siapa yang jadi pembantu gue. Katanya bawa gadis seumuran gue, walaupun gue jaga tertarik sih sebenarnya."
"Iya, sejak ketemu dewi Rubah, selera elu ke cewek biasa udah turun, soalnya elu udah patok selera ke spek dewi sungguhan, bukan yang mirip bidadari lagi," ungkap Dian yang memicu ledakan tawa dan aku cemberut.
"Ya udah, nggak usah banyak bacot, yok otw ke rumah gue! Kita makan-makan di sana!" ucapku sambil mengendarai motor menuju rumah.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
.🥳🥳🥳🥳