Susah payah Jasmine berjuang meluluhkan hati Juna, pria yang terkena kaku dan sangat sulit di dekati wanita mana pun. 2 Tahun berjuang hingga akhirnya dia dan Juna resmi menjalin hubungan. Jasmine pikir, dia telah berhasil mendapatkan hati Juna, menjadi satu-satunya wanita yang menempati hatinya.
Namun ternyata anggapannya salah besar, sebab ada seseorang di masa lalu yang mampu bertahta di hati Juna selama bertahun-tahun lama. Jauh sebelum Jasmine mengenal Juna.
Di saat Jasmine dan Juna sudah menikah, Tiba-tiba sosok wanita di masa lalu Juna muncul kembali dan mengalihkan semua perhatian Juna. Haruskah Jasmine meneruskan pernikahannya, atau melepaskan Juna begitu saja setelah melewati perjuangan yang sulit.?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
David sudah berada di rumah sakit sesuai permintaan Violet. Tanpa ada paksaan, David bersedia menjalankan rencana ini karna merasa punya tanggungjawab untuk apa yang di lakukan oleh keponakannya.
Sampainya di depan kamar rawat inap Joshua, David duduk di depan kamar san pura-pura sibuk dengan ponselnya.
Tak berselang lama, seorang wanita berjalan ke arahnya dan terlihat sendang berbicara melalui sambungan telfon.
"Dia sudah tidak tertarik padaku. Percuma saja menggodanya." Ujarnya dengan menggunakan bahasa Jepang.
"Sudahlah, kita lihat saja nanti." Dia memutuskan sambungan telfonnya dan segera masuk ke dalam kamar rawat inap Joshua.
David yang semula mengabaikan kedatangan wanita itu, seketika di buat fokus saat wanita itu masuk ke dalam kamar rawat inap Joshua. David jadi paham bahwa wanita itu adalah masa lalu Juna.
Penasaran dengan apa yang akan terjadi di dalam, David perlahan beranjak, dia berdiri tepat di depan pintu kamar dan melihat dari kaca kecil yang ada di pintu.
Juna melirik Vierra yang baru saja masuk. Wanita itu tampak menenteng paper bag berisi makanan.
"Joshua baru saja tidur, aku akan kembali ke hotel kalau begitu." Kata Juna seraya beranjak dari duduknya.
"Ambillah, kamu pasti belum makan kan.?" Vierra menyodorkan satu paper bag pada Juna. "Terimakasih sudah menjaga Joshua. Lusa Mama dan Papa sudah kembali ke Jepang. Kamu boleh pulang Indonesia."
"Untukmu saja, aku akan makan di luar." Juna menolak paper bag dari Vierra. Wanita itu tampak mengangkat sudut bibirnya dan meletakkan paper bag itu di atas meja.
"Aku tidak akan pulang sebelum melihat hasil pemeriksaan Joshua. Dia butuh perawatan intensif, kondisinya tidak mengalami perubahan setiap harinya." Tutur Juna mengungkapkan kekhawatirannya.
"Joe pasti baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir. Aku juga tau mana yang terbaik untuk putraku. Sudahlah, kamu boleh pulang." Jawab Vierra seraya mendudukkan diri di sofa. Dia membuka paper bag dan mengeluarkan makanan di dalamnya.
Juna keluar dari sana tanpa mengatakan apapun lagi. Setiap kali mendengar Vierra menyebut bahwa Joshua adalah putranya, entah kenapa Juna merasa geram dan melihat betapa egoisnya Vierra.
Padahal sudah jelas Vierra yang mencuri benihnya dengan cara yang buruk. Tidak seharusnya Vierra beranggapan bahwa Joshua hanya putranya saja. Walaupun memang Juna tidak berada di samping Vierra ketika mengandung, melahirkan dan merawat Joshua, namun semua itu atas keinginan Vierra sendiri. Dia yang membuat Juna seolah-olah menjadi ayah yang tidak bertanggungjawab atas anak mereka.
"Om David.?" Juna terkejut saat keluar dari kamar rawat inap Joshua dan mendapati ada David di depannya.
"Kamu di sini.? Siapa yang sakit.? Kapan kamu datang, kenapa tidak mampir ke rumah." Cecar David seraya menatap ke arah kamar Joshua. David pura-pura mengintip di kaca, padahal dia sudah melihat semuanya.
"Kamu menjenguk anak kecil.?" Tanyanya lagi.
Juna tampak gugup dan terlihat menelan ludah dengan susah payah. Dia ingin berbohong dengan mencari alasan lain, namun mengingat David yang sangat kritis, rasanya sulit untuk berbohong padanya. Apalagi ini di negara tempat David tinggal. Gerak geriknya bisa di pantau David selama disini.
...******...
Keduanya sudah duduk berhadapan di salah satu restoran yang tidak jauh dari rumah sakit. Juna tadi mengajak David untuk mengobrol sekaligus makan malam.
"Aku tidak tau harus memulai dari mana. Keluarga di Jakarta bahkan belum tau tentang hal ini, aku juga masih merahasiakannya rapat-rapat dari istriku." Juna mengedarkan pandangan ke luar restoran. Dia menghela nafas berat sebelum melanjutkan perkataannya.
"Apa itu masalah besar.?" Tanya David. Dia menatap wajah keponakannya yang terlihat menahan beban berat di pundaknya. Tampak frustasi dan kebingungan.
"Ini bukan sekedar masalah besar. Aku tidak tau bagaimana reaksi semua orang jika mengetahuinya. Aku bahkan takut kehilangan Jasmine hingga tidak berani jujur padanya saat ini." Juna meremas kuat rambutnya dan mengusap wajah dengan kasar bersamaan dengan helaan nafas berat.
"Kamu ceritakan saya padaku, mungkin aku bisa mencarikan solusi." David menepuk bahu Juna. Itu adalah cara laki-laki untuk memberi semangat dan ketenangan.
"Anak laki-laki yang Om lihat di kamar rawat inap itu adalah anakku dari wanita lain di masa lalu." Tutur Juna yang mulai yakin untuk bercerita pada David.
Sementara itu, David pura-pura memasang wajah terkejut. Dia bertindak seolah-olah baru mengetahui semuanya dari mulut Juna.
Selama Juna menceritakan kisahnya, David memilih diam untuk mencerna dan memahami situasinya. Dia tidak pernah menginterupsi selama Juna bicara. Mungkin dengan itu juga, Juna menjadi nyaman menceritakan semuanya pada David karna tidak di hakimi.
"Juna, apa kamu pernah berfikir kebohongan yang kamu lakukan bisa saja terbongkar sewaktu-waktu.? Kamu pasti paham tidak ada kebohongan yang abadi. Sepandai apapun kamu menyembunyikan sesuatu, akan banyak cara untuk diketahui orang lain." Ujar David memberitahu. Dia berharap Juna membuka mata bahwa kebohongannya akan terbongkar cepat atau lambat.
"Sebelum kebohongan kamu terbongkar, lebih baik kamu jujur pada mereka. Tidak ada kejujuran yang merugikan, kecuali berbohong. Kamu harusnya belajar dari kebohongan yang di lakukan mantan kekasih mu itu. Bukankah dia hanya mendapat kerugian karna membohongimu."
Juna mengangguk paham, dia tampak berusaha mempertimbangkan nasehat David. Lagipula dia memang sudah ada niat untuk jujur pada semua keluarganya, termasuk pada Jasmine dan kedua orang tuanya. Bahkan Juna sudah menyiapkan kata-kata permintaan maaf meski kehadiran Joshua terjadi tanpa bisa dia cegah malam itu.
"Aku hanya belum siap melihat reaksi Jasmine, aku pikir dia akan terluka dengan kenyataan ini." Juna menghela nafas berat.
"Kamu membuatnya terluka jika terlalu lama membohonginya. Jujur saja dan meminta maaf padanya. Bukankah kamu selalu bilang jika istrimu memiliki hati yang lembut. Dia pasti bisa memahami situasinya dan menerima semua yang sudah terjadi."
Untuk kesekian kalinya Juna mengangguk dan setuju dengan perkataan David.
"Baik, aku akan jujur padanya sepulang dari Jepang."
...******...
"Masih meragukan perasaan Juna.? Dia takut kehilangan kamu karna memiliki perasaan yang sama denganmu." Seloroh Violet setelah mereka berdua mendengar rekaman percakapan Juna dengan David. Sekitar 30 menit yang lalu, David baru saja mengirimkan rekaman itu ke ponsel Violet. Keduanya lantas memutarnya dan mendengarkan bersama dari awal hingga akhir.
"Aku terlalu berfikir buruk tentangnya." Lirih Jasmine. Seandainya bisa, dia mungkin sudah menarik kata-katanya yang buruk-buruk tentang Juna.
"Kamu tidak salah dengan pemikiranmu, tapi keadaan yang membuatmu berfikir seperti itu. I feel you." Violet memeluk Jasmine dari samping.
"Pulanglah, tunggu Juna kembali untuk mengungkapkan kejujurannya. Jangan terlalu lama menyelidiki suamimu kalau tidak merasakan sakit dan berfikir semakin buruk tentangnya. Yang paling penting, Juna tidak ada perasaan lagi pada Vierra dan hanya menganggapnya bagian dari masa lalu."
Jasmine menangis di pelukan Violet. Akhirnya dia bisa bernafas lega dan terbebas dari belenggu yang menyiksa hati dan pikirannya.
"Terimakasih Kak, entah apa jadinya aku tanpa kalian." Ucap Jasmine di sela-sela tangisnya. Jika di Jepang tidak ada Violet dan David, mungkin Jasmine sudah mengambil keputusan dengan berpisah setelah melihat semuanya.
laki plin plan, bilang ga cinta, tapi masih perhatian
laki gila lu
alasan gugat jelas, kebohongan dlm pernikahan ttg seorg anak...
buang aja laki model juna gt
klo perempuan lama2 bs cinta
klo lelaki dr yg cinta lama2 bs jenuh
apalagi klo dr awal ga cinta...
q penasaran sama kisah Jeny dan Joshua
ternyata si viera selalu komunikasi sama mamah Dewi dulu menghindar dr Juna sekarang mau Deket LG