NovelToon NovelToon
Ketegaran Hati Aisyah

Ketegaran Hati Aisyah

Status: sedang berlangsung
Genre:Crazy Rich/Konglomerat / Pelakor / Dijodohkan Orang Tua / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: jannah sakinah

"Sayang, kita hanya dua raga yang Allah takdirkan bersama melalui perjodohan. Kalau saja aku nggak menerima perjodohan dari almarhum Papamu, kau pasti sudah bersama wanita yang sangat kau cintai. Mama mertua pasti juga akan sangat senang mempunyai menantu yang sudah lama ia idam-idamkan. Tidak sepertiku, wanita miskin yang berasal dari pinggiran kota. Aku bahkan tak mampu menandingi kesempurnaan wanita pilihan kalian. Sayang, biarkan aku berada di sisimu sampai nanti rasa lelah menghampiriku. Sayang, aku tulus mencintaimu dan akan selalu mencintaimu, hingga hembusan nafas terakhirku."

Kata hati terdalam Aisyah. Matanya berkaca-kaca memperhatikan suami dan mertuanya yang saat ini tengah bersama seorang wanita cantik yang tak lain adalah Ariella, Cinta pertama suaminya. Akankah Aisyah mampu bertahan dengan cintanya yang tulus, atau justru menyerah pada takdir?

Cerita ini 100% murni fiksi. Jika tidak sesuai selera, silakan di-skip dengan bijak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jannah sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kemarahan Ana

Laci nakas terbuka, di dalam sana tak terdapat berkas apa pun selain beberapa koleksi buku Adam.

"Ada sayang?" tanya Ana melirik Ariella lalu membuka pintu lemari Adam.

"Nggak ada Tante," jawab Ariella menggeleng pelan sembari menatap Ana.

Ana hanya mengangguk kecil lalu kembali fokus pada lemari pakaian yang ia buka. Ana memeriksa isi lemari Adam guna mencari berkas yang Adam minta.

Di saat ingin membuka laci yang berada di dalam lemari, tiba-tiba saja mata Ana tak sengaja melirik pakaian yang tampak asing.

"Sejak kapan Adam menyukai pakaian berwarna pink?" gumam Ana mengerutkan keningnya lalu menyentuh kain berwarna pink yang ia lihat itu.

Kainnya terasa seperti pakaian wanita?

Ana semakin merasa aneh. Karena penasaran, Ana pun menarik pakaian yang disentuhnya itu. Ia membuka lipatnya lalu mengangkatnya hingga sejajar dengan tinggi wajahnya.

Kain yang terlipat itu pun terulur ke bawah dan terlihat dengan jelas pakai seperti apa itu. Ana membuka sedikit mulutnya dengan pupil mata yang membesar. Ia tampak syok melihat apa yang ya temukan di lemari Adam.

"Tante lagi apa?" tanya Ariella mendekati Ana namun ia pun ikut terkejut seperti Ana. Ekspresi Ariella persis sama seperti ekspresi yang di perlihatkan Ana.

Pintu balkon terbuka sempurna, Aisyah mengangkat wajahnya yang menunduk. Di saat itu, netra matanya pun menangkap dua sosok wanita yang diam mematung melihatnya.

Suasana yang tenang tiba-tiba saja berubah mencekam. Ketiganya diam dengan mata yang saling menatap satu sama lain. Jantung Aisyah berdetak lebih kencang dari biasanya. Ada sedikit getaran yang mengambil alih tubuhnya sesaat.

Getaran di tubuh Aisyah tidak terlihat oleh Ana maupun Ariella, namun kedua wanita itu merasakan ketegangan Aisyah.

Kenapa Mama dan Ariella berada di kamar ini? Apa yang mereka lakukan?

Aisyah masih berdiri di tempatnya tanpa membuka suara atau pun mengalihkan perhatiannya.

Ternyata dia ada di balkon, pantas saja dia nggak kelihatan dari tadi.

Ariella memperhatikan Aisyah dengan wajah datarnya. Wanita itu tak tersenyum atau pun menyapa Aisyah. Rasa kesalnya masih membara di dalam hatinya.

"Aisyah!" panggil Ana dengan nada yang sedikit tinggi.

Suara Ana membuat Aisyah dan Ariella terkejut. Kedua wanita itu sadar dari lamunannya.

Aisyah menyatukan alisnya membentuk sebuah lengkungan kecil. Wajahnya memancarkan aura ketakutan. Mata sendunya menatap mata tajam Ana.

Ana melangkahkan kakinya mendekati Aisyah dengan cepat. wajahnya dipenuhi dengan kerutan emosi. Aisyah masih diam tanpa suara sembari melihat Ana yang semakin dekat dengannya.

"Plak!" Ana melayangkan satu tamparan di wajah Aisyah yang tertutup cadar.

Aisyah syok dengan wajah yang menoleh ke samping. Tamparan Ana begitu kuat sehingga pipi Aisyah terasa panas dan pedas. Ariella yang menyaksikan kejadian mendadak itu terdiam di tempatnya dengan bibir yang sedikit terbuka.

"Oh my god," gumam Ariella tanpa mengalihkan perhatiannya dari kedua orang yang berada di depannya.

Aisyah tersadar dengan apa yang baru saja ia alami. Mama Mertua yang sangat ia hormati dan ia sayangi dengan setulus hati, untuk pertama kalinya melayangkan tamparan di wajahnya.

Tangan lembut kecilnya ia angkat perlahan memegang pipinya. Matanya yang teduh mulai dibanjiri cairan bening. Aisyah menolehkan wajahnya menatap Ana tanpa mengatakan apa pun.

"Kamu! Ngapain kamu pindah ke kamar Adam! Apa kamu nggak puas menyakitinya?" Bentak Ana memenuhi kamar itu tanpa mengalihkan tatapan menusuknya dari Aisyah. "Dengar ya, Adam itu nggak menyukaimu. Dia membawa Ariella ke sini karena dia ingin kamu sadar! Apa kamu nggak melihat mereka saling mencintai? Apa kamu ini nggak mempunyai hati nurani hingga membiarkan anakku tak bisa bersama wanita yang dicintainya?" ucap Ana lagi dengan kata-kata yang lebih menusuk.

"Ma-" Aisyah membuka suaranya namun Ana sudah lebih dahulu memotongnya. Wanita paru baya itu tak membiarkan Aisyah bersuara.

"Diam! Kamu harusnya gunakan akalmu untuk berpikir! Pergilah dari hidup Adam dan jangan pernah kembali lagi. Lupakan apa yang di wasiatkan suamiku kepadamu. Kamu nggak pantas berada di keluarga Alexander!"

Ana menumpahkan air matanya di depan Aisyah karena saking marahnya. Ana mengangkat satu tangannya lalu menghapus air matanya dengan kasar.

Aisyah yang mendengar semua perkataan kasar Mama mertuanya itu tak mampu menahan air matanya. Dia menangis dalam diam dengan mata yang memanas.

"Maaf Ma jika kehadiran Aisyah menghancurkan hati Mama dan Mas Adam. Tapi ini sudah takdir Allah Ma dan Aisyah nggak mungkin meninggalkan Mas Adam, apalagi sampai mengabaikan wasiat Papa. Almarhum Papa sudah Aisyah anggap seperti Papa kandung Aisyah sendiri Ma, begitu juga dengan Mama. Aisyah sayang sama Papa dan Mama. Aisyah juga sangat menyayangi Mas Adam. Aisyah mencintai kalian semua Ma, hiks."

Aisyah mengatakan semua isi hatinya sembari menahan diri agar tidak membentak Ana yang sudah sangat keterlaluan kepadanya.

"Kamu!" Ana mendorong bahu kiri Ana dengan jari telunjuknya. "Apa kamu pikir semua omong kosongnya itu mempengaruhi kami? Mimpi!"

Ana mendorong Aisyah lagi namun dengan kumpulan jarinya. Dorongnya kali ini lebih keras dari sebelumnya membuat Aisyah terhuyung kebelakang. Jika saja tangan Aisyah tidak reflek menyentuh kaca pintu, mungkin kepalanya sudah terbentur keras di sana.

"Tring." Suara panggilan masuk mengalihkan perhatian Ana dari Aisyah.

Wanita paru baya itu, menolehkan wajahnya ke asal suara. Di belakangnya Ariella menatapnya sembari mengangkat panggilan masuk di handphone.

"Halo Adam," ucap Ariella sembari tersenyum tipis pada Ana.

Ana yang mengetahui anak semata wajahnya itu yang menelpon, langsung menerbitkan senyum tipisnya. Ia mendekati Ariella guna mendengarkan suara anaknya.

"Halo, Ariel, sudah ketemu berkasnya?" tanya Adam dari ujung sana.

"Belum Adam," jawab Ariella dengan nada lembut dan santainya.

"Sayang, kamu simpan di mana berkasnya?" tanya Ana menajamkan pendengarnya dengan mata yang melihat ke sembarang arah. Ariella segera menyerahkan handphonenya pada Ana.

"Maaf Ma, Adam baru ingat. Berkasnya ada di ruang kerja Adam," ucap Adam dengan suara beratnya.

Ariella dan Ana saling menatap lalu menghela nafas lega bersama. Keduanya tersenyum dan hampir tertawa. Pemandangan hangat itu tak luput dari perhatian Aisyah.

Wanita bercadar itu sudah berdiri tegak dengan tangan yang berkeringat dingin. Ia memainkan jari jemarinya merasa cemas.

"Nggak apa-apa, Sayang," ucap Ana masih tersenyum dengan mata yang melirik Aisyah dengan sinis. "Ini Mama dan Ariella mau ke ke ruang kerja kamu," ucap Ana lagi lalu melirik Ariella sembari tersenyum tipis. Ariella membalas senyuman Ana dengan senyum tipisnya.

Di ujung sana Adam tersenyum lembut sembari memainkan bolpoin di tangannya.

"Makasih ya, Ma. Adam matikan dulu teleponnya, mau lanjut kerja," ucap Adam sembari melirik sekretarisnya yang masuk ke ruang kerjanya untuk mengantar berkas.

"Iya Sayang, nanti Mama dan Ariella antar ya ke perusahaan," ucap Ana masih tersenyum ceria.

"Baik Ma, hati-hati nanti di jalan," ucap Adam dengan penuh perhatian membuat Ana tak berhenti tersenyum.

"Baik sayang," ucap Ana setelah itu sambungan telepon pun terputus.

Ana melihat layar handphone di tangannya yang sudah mati. Ia mengembalikan handphonenya kepada sang pemilik handphone.

"Makasih sayang," ucap Ana tersenyum hangat pada Ariella.

"Sama-sama, Tante," ucap Ariella ikut tersenyum.

Keduanya kembali menolehkan wajahnya melihat Aisyah. Aisyah yang di tatap dengan tidak bersahabat hanya diam sembari melirik sesekali.

"Ayo kita ke ruang kerja Adam, Sayang. Tante sumpek terus berada di dalam sini," ucap Ana yang langsung ditanggapi Ariella dengan anggukkan kecilnya.

"Ma," panggil Aisyah membuat kedua wanita yang hendak keluar itu kembali menoleh padanya.

Ana menatap Aisyah dengan kedua tangannya yang terlipat di dadanya. Ariella menatap Aisyah tanpa ekspresi namun sorot matanya memancarkan ketidakpedulian.

"Apakah Aisyah boleh ikut bersama Mama ke perusahaan Papa? Aisyah ingin mengantarkan makan siang untuk Mas Adam, Ma," ucap Aisyah memberanikan dirinya sembari menatap Ana dengan penuh harap.

1
partini
wasiat sih wasiat tapi mereka ga welcome, lagian kamu bukan siapa " mereka terkesan kamu maksain
Jannah Sakinah: Terima kasih sudah singgah kak🌸💓
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!