Seorang gadis berusia 23 tahun bernama Aleta Quenby Elvina yang biasa dipanggil Vina ini memiliki jiwa kepemimpinan dan suka menolong dalam bidang kesehatan. ia seorang dokter muda yang memiliki talenta dalam ilmu kedokteran hingga ia bertemu dengan dengan orang yang sangat menyebalkan itu. mau tau selengkapnya mari simak bersama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon carlin_ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
🌼 HAPPY READING 🌼
_____
Vina mengambil beberapa lembar uang seratus ribu menaruhnya di kantong celana tidak lupa ponsel di genggamannya. Nia juga begitu, mereka bersama sama menuruni tangga dengan santai.
" Mau kemana sayang " tanya Tasya pada kedua gadis sedang menuruni tangga.
" Mau cara orang yang jualan sate yang pake lidi " ucap Vina sedikit ngegas.
" Pelan dong Vin kamu emosian terus. Kamu lagi pms? " Tanya Nia membuat bertambah emosi kalo sedang di tanya seperti itu.
" Ya " ucap Vina dengan nada tinggi. Meninggalkan Nia yang sedang terdiam setelah mendengar ucapan Vina.
" Ma Nia jalan dulu " pamit Nia pada Tasya sedang menyuapi Vano dengan mesra.
" Iya sayang jangan terlalu larut pulangnya " teriak Tasya.
" Aaaaaa " Vano Edang membuka mulut agar Tasya menyuapinya.
" Oh iya aku lupa bilang. Kalo kemarin malam Vina pulang jam sembilan malam sama Haikal dari pantai " ucap Vano.
" Mama sedikit curiga sama Haikal deh yank " ucap Tasya sambil menyuapi sesedok nasi ke dalam mulutnya sendiri.
" Curiga bagaimana " tanya Vano ketika sesedok nasi sudah ada di depan bibirnya.
" Kayaknya Haikal menyukai Vina " jawab Tasya.
" Baguslah kalo gitu Haikal juga baik Dan bertanggung jawab. Rumah sakit saja ia bisa pimpin apa lagi rumah tangga " tambah Tasya.
" Kita lihat kedepannya bagaimana. Tugas kita hanya merestui pilihan Vina seperti kita merestui Brian dan Aira " ucap Vano.
" Ngomong ngomong Brian dan Aira kira kira kapan kita punya cucu ya..? " tanya Vano.
" Mereka belum melakukan itu yank. Aira lagi datang bulan " jawab Tasya.
" Pantasan pagi itu mereka bangunnya pagi " ucap Vano.
" Emang apa hubungannya dengan bangun pagi " tanya Tasya.
" Apa kamu lupa waktu malam pertama kita sayang " ucap Vano.
Seketika wajah Tasya merah karena merasa malu. Ketika malam pertama mereka Tasya dan Vano bangun jam 12 malam karena baru tidur sekitar jam 5.
" Apa kamu sudah ingat sayang " tanya Vano melihat wajah Tasya sudah memerah.
Tasya mengangguk sambil menutup muka dengan kedua tangannya.
Cup
Vano mengecup kening Tasya. Vano terus mengecup kening Tasya. Tasya yang mendapati kecupan bertubi-tubi dari Vano.
" Mas " tegur Tasya memanggil dengan panggilan ketika mereka sedang berduaan.
" yah.. sayang ku cinta ku " jawab Vano.
" Makasih " tambah Vano sambil memberi senyum terbaik yang ia punya.
" Makasih untuk apa? " Tanya Tasya merasa aneh dengan ucapan Vano.
" Makasih sudah mau menjadi pendamping hidup aku. Makasih sudah menerima ku apa adanya. Makasih sudah menerima kekurangan ku. Makasih sudah mau bersama ku dalam senang dan susah. Makasih sudah menjadi mama dari anak anak ku. Makasih banyak atas segalanya yang kamu kasih kepada ku " ucap vano.
" Aku juga sangat berterima kasih kepada kamu yang terima aku apa adanya " ucap Tasya mencium punggung tangan Vano sebagai tanda hormatnya sebagai istri.
" Sayang kita ke Prancis yuk besok. Aku ada perjalanan bisnis selama dua hari, lima hari kita liburan bagaimana. Mau ? " Ucap Vano.
" Kalo dengan mu. Aku mau sayang " ucap Tasya mengedipkan mata sebelah.
" Sayang tidur yuk " ajak Vano.
" Pasti tidak langsung tidur " ucap Tasya sudah dalam gendongan Vano.
Vano hanya terkekeh mendengar ucapan Tasya sangat tau sifatnya.
~~
" Mas pesan empat porsi pake lontong minum.. kalian mau minum apa? " Ucap Vina pada Nia, Cia dan Rosa.
" Air putih aja " ucap Nia.
" Kita dua samain saja " ucap Cia.
" Air putihnya empat " ucap Vina pada penjual sate.
Mereka berempat makan sambil di iringi dengan canda dan tawa hingga tidak terasa makan di depan mereka telah habis tidak tersisa apapun lagi. Vina membayar semuanya dan mereka berjalan karena sengaja memarkir mobil jauh dari warung sate.
" Kalo habis makan begini suka ngantuk huaammm " ucap Nia.
~~
" Kalo begini terus aku tidak bisa tidur " ucap Haikal mangambil ponselnya di atas nakas menekan nomor telepon Vina.
[ Halo Vi ] sapa Haikal setelah teleponnya di angkat oleh Vina.
[ Kenapa? ] Jawab Vina ketus.
[ Jahat amat ] ucap Haikal.
[ Kak boleh marah nggak ] tanya Vina.
[ Boleh ] jawab Haikal.
[ Kak tau nggak Kaka itu menganggu Vina!! ] Ucap Vina sedikit tinggi.
[ Ganggu? Maaf ya.. kamu belum tidur? ] Ucap Haikal.
[ Kalo aku tidur apa bisa mengangkat telepon Kaka ] ucap Vina.
[ Benar juga ya, kamu lagi ngapain ] tanya Haikal.
[ Lagi nonton ] jawab vina
[ Tidur sana besok pagi aku jemput ] ucap Haikal.
[ Mau kenapa ] ucap vina.
[ Ikut saja ] ucap Haikal.
[ Aku tidak mau ] tantang Vina.
[ Aku gendong dan bawa masuk ke dalam mobil ] jawab Haikal.
[ Itu tidak akan terjadi ] ucap Vina menutup telepon sepihak.
Vina melanjutkan nonton drama yang belum selesai. Tidak terasa Vina tidak tidur semalaman Karena nonton. Vina sangat mengantuk tapi ini sudah pagil jadi Vina memutuskan untuk mandi.
Jam lima Vina yang merasa lapar turun dengan membawa selimut tipis dan rambut masih setengah basah. Menuruni tangan dengan selimut tipis tapi panjang itu terseret-seret. Vina tau kalo jam lima pasti bi Mirna dan bi Lastri sudah bangun dan menyiapkan sarapan.
Betul apa yang di pikirkan Vina. Bi Mirna dan bi Lastri sedang bergulat dengan alat dapur. Vina mengambil kursi dan duduk badan masih tergulung dengan selimut melipat kaki sambil memperhatikan kedua bibi yang sedang menyiapkan sarapan.
" Pagi non " sapa bi Mirna.
" Astaga non kenapa matanya merah begini? Non begadang? " Tanya bi Lastri
" Lebih tepatnya tidak tidur " jawab Vina.
" Kenapa tidak tidur non " tanya bi Mirna.
" Filmnya bagus bi jadi nanggung banget kalo tidak di nonton sampai abis " jawab Vina.
" Hadeh non non " ucap kompak bi Mirna dan bi Lastri sambil mengeleng-geleng kepala dan melanjutkan pekerjaan mereka.
Tanpa mereka sadari Vina sudah tertidur dengan kepala di tekuk tidak terlihat wajah cantiknya. Bunyi bel rumah Vano berbunyi dengan cepat Bi Mirna berjalan menuju pintu masuk.
" Pagi ni " sapa Haikal pada bi Mirna yang membukakan pintu.
" Pagi den, maaf ngapain aden pagi pagi begini " ucap bi Mirna dengan sopan agar Haikal tidak tersinggung dengan pertanyaannya.
" Mau ketemu Vina bi " jawab Haikal.
" Oh gitu ayo masuk. Non Vina lagi di dapur " ucap bi Mirna berjalan menuju dapur.
" Kenapa ia tertidur begini bi " tanya Haikal melihat Vina tidur sambil duduk di kursi.
" Bi, ada liat Vina ngga " tanya Nia baru bangun.
" Kenapa ribut sekali sih " ucap Vina merasa terganggu.
Vina membuka selimut berjalan ke arah depan pintu kulkas membuka dan berjongkok mangambil sebuah apel langsung gigit dengan gigitan besar. Masih dengan gaya berjongkok sambil melihat seluruh isi kulkas.
" Bi mata Vina masih merah " tanya Vina pada bi Lastri.
" Masih non, kantung mata non juga kelihatan " jawab bi Lastri.
Vina menghela nafas berat mengeluarkan semua penat, Vina menyesal tidak tidur tadi malam. Vina menuju meja makan melewati Haikal dan Nia sedang melihat kearahnya.
Prak
" Vina! " Ucap Nia