NovelToon NovelToon
Cinta Itu (Tidak) Buta

Cinta Itu (Tidak) Buta

Status: tamat
Genre:Cinta Seiring Waktu / Romansa / Terpaksa Menikahi Suami Cacat / Tamat
Popularitas:95k
Nilai: 5
Nama Author: Cygni

Yang Sara tahu, Tirtagama Wirasurya itu orang terpandang di seluruh negeri. Setiap orang membicarakan kehebatannya. Tapi mengapa tiba-tiba dia mau menikah dengan Sara yang hanyalah seorang pegawai biasa yang punya banyak hutang dan ibu yang sakit-sakitan? Sara pun juga tidak pernah bertemu dengannya.

Dan lagi, ada apa dengan ibu mertuanya? Mengapa yang tadinya sangat baik tiba-tiba saja berubah? Apa salah Sara?

Terima kasih banyak untuk semua bentuk dukungannya.
Cygni 💕

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cygni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 16-1 : Menyiapkan Hati

[Sara]

“Mas sadar nggak sih? Nada suara Mas itu yang lebih kayak orang marah,” timpal Sara yang berusaha agar intonasi suaranya tidak meninggi melebihi Agam.

“Aku ini lagi ngomongin kamu, kok kamu malah kembalikan ke aku? Kamu masih marah kan soal se...”

KREAK!

Sara tiba-tiba berdiri dan mendorong kursinya ke belakang dengan kasar hingga menimbulkan suara gesekan kaki kursi dan ubin di lantai yang cukup keras. Agam seketika berhenti berbicara. Wajahnya terlihat tegang.

“Aku makan nanti saja.”

Sara kemudian pergi meninggalkan Agam tanpa mengatakan apapun. Roti yang tadi dia lumuri mentega diletakkan begitu saja tanpa sedikit pun dia cicipi. Selera makannya tiba-tiba hilang mendengar Agam kembali mengucapkan serangkaian kalimat omong kosongnya.

“Kamu mau ke mana? Kenapa nggak makan?”

Sara hampir mencapai pintu ketika Agam kembali bertanya dengan nada ketusnya. Dia berbalik setengah badan sambil memelototi Agam yang duduk menghadap meja makan dengan sepiring roti dan segelas susu di depannya yang bahkan belum disentuhnya.

Ada apa sih dengan orang ini?, pikir Sara yang geram melihat Agam.

Sara kemudian berbalik sepenuh dan menghampiri Agam, meraih pergelangan tangan Aga, lalu memegangi telapak tangannya yang sudah terbuka menghadap ke atas. Dengan telunjuknya dari tangan yang lain, Sara mulai mengatakan sesuatu di atas telapak tangan Agam.

“Kalau kamu mau cari teman ribut, cari orang lain saja. Aku nggak mau berantem di depan Mbok Jami.”

Lalu, meletakkan kembali tangan Agam di atas pegangan kursi rodanya dengan perlahan. Dan pergi setelah itu. Benar-benar pergi. Bahkan Agam tidak mengatakan apapun lagi.

Begitu tiba di kamarnya, Sara langsung duduk di bangku meja riasnya, menatap kesal pada bayangan dirinya di cermin, sambil menggerutu, “Maunya apa sih dia? Serba salah terus jadinya.”

Sara mendengus kasar saat mengingat kembali perdebatannya tadi di ruang makan. Dahinya berkerut, keduanya mata hampir melotot saking kesalnya. Padahal sudah mengalah, tidak membahas apapun di sana tapi dia malah cari ribut.

“Huh ... Aku yang lagi datang bulan, kenapa jadi dia yang suka marah-marah?,” lanjut Sara menggerutu.

Tok, tok, tok ...

“Non Sara ... Ini Mbok Jami, Non ...”

Mbok Jami?

Sara segera membuka pintu kamarnya, dan mendapati Mbok Jami yang sudah menunggu di depan pintu kamarnya seraya memegangi nampan yang di atasnya diletakkan sebuah piring dengan beberapa lembar roti yang sudah diolesi mentega, dan segelas wedang jahe.

Sara kehilangan kata-katanya. Dia mengira Mbok Jami pasti melihat mereka bertengkar tadi, lalu mengantarkan ini ke kamarnya.

“Terima kasih, Mbok. T-tapi nggak perlu diantarkan. Nanti saya turun lagi kok, setelah ...”

Sara mengintip sebentar ke luar kamarnya, mengantisipasi ada orang yang mendengarkan ucapannya berikutnya.

“... Mas Agam masuk ruang kerja,” bisiknya.

Mbok Jami tertawa kecil mendengarnya. Lalu, dia berkata dengan suara pelannya, “Mbok disuruh Den Agam, Non.”

Kedua mata Sara langsung membulat. Kepalanya bahkan tertarik ke belakang. Alis matanya ikut terangkat ke atas seakan tidak percaya Mbok Jami mengatakan itu.

Mas Agam yang suruh?

Lalu, Mbok Jami lanjut berseloroh menggoda Sara, “Lha piye to, Non? Sek tas rabi kok tukaran sampai pisah kamar ngene. (Lha gimana sih, Non? Baru nikah kok berantem sampai pisah kamar gini.)”

Sara hanya tertawa canggung.

“Kata Den Agam, Non Sara disuruh libur 2 hari ini, istirahat di kamar. Katanya, Den Agam ndak kirim kerjaan apa-apa,” lanjut Mbok Jami menyampaikan pesan Agam.

Libur? Ada apa, nih? Kok beda sama tadi?

“Nanti kalau sudah selesai nggak perlu dibawa turun, Non. Taruh saja di meja itu. Nanti Mbok yang beresin,” kata Mbok Jami lagi seraya menunjuk nakas kecil yang ada di dekat pintu kamar Sara. Dan pergi setelah Sara menerima nampan itu.

Sara masih terus memandangi isi nampan begitu dia menutup pintu kamarnya. Yang dilihat adalah roti yang menumpuk di atas piring, tapi di kepalanya membayangkan Agam memerintahkan Mbok Jami mengantarkan ini. Selintas, bibir Sara tertarik ke kedua sisi wajahnya, meski hanya untuk setengah senti.

Apa senyum-senyum?!

Dia menggelengkan kepalanya seketika dengan keras, membuyarkan senyuman tipis yang baru mengembang agar kembali mengerut. Tapi, masih melahap selembar roti dengan kasar.

Ternyata, itu masih belum selesai.

Siangnya, kamar Sara kembali diketok. Dan lagi-lagi Mbok Jami mendatangi kamarnya itu.

“Ini, Non,” kata Mbok Jami seraya memberikan bantalan penghangat yang sering Sara lihat di iklan shopping e-commerce. Dulu dia sempat punya satu, tapi kemudian rusak dibuat mainan sama Nino dan Nisa. Akhirnya, Sara tidak pernah membelinya lagi.

“Dari Den Agam, Non. Tadi dianterin Den Raka.”

Agam lagi?

Selepas Mbok Jami pergi, Sara masih termenung memandangi bantalan penghangat yang baru saja diterimanya. Bisa-bisanya orang yang sedari pagi selalu mengajaknya perang mulut itu memberikan barang seperti ini. Dan di atas semua itu, siapa yang memberitahunya?

Mbok Jami kah? Iya, bisa jadi. Kemarin Sara menjadi begitu emosional hingga memeluk Mbok Jami. Tapi, begitu saja sudah bisa membuat seorang Agam tersentuh? Dia lebih penasaran pada cara bercerita Mbok Jami hingga dapat melunakkan hati Agam yang selalu sewot dari kemarin.

Tapi, menerima begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih, apakah boleh?

Tanpa berpikir lebih panjang lagi, Sara sudah meletakkan bantalan itu di atas tempat tidurnya, lalu keluar dari kamarnya.

Namun, masalahnya tidak semudah itu.

Saat Sara tiba di depan ruang kerja Agam, dia tidak berani melakukan apa-apa. Tangannya yang sudah siap untuk mengetuk hanya bisa menggantung di udara saat tinggal beberapa sentimeter lagi menyentuh pintu itu. Kemarahannya beberapa saat lalu yang membuatnya malu berhadapan dengan Agam.

Tapi bukan salahku juga. Dia yang marah-marah duluan nggak jelas. Sudahlah, pokoknya tujuanku untuk berterima kasih. Kalau dia cari ribut lagi, aku pergi saja.

KLAK!

Baru saja tangan Sara ditarik ke belakang untuk didorong ke depan mengetuk saat ternyata pintu itu tiba-tiba terbuka. Pintu yang terbuka keluar menyebabkan Sara terpaksa harus menyingkir dari tempatnya berdiri.

Kursi roda Agam kemudian bergerak keluar hingga akhirnya pintu ruang kerjanya menutup dengan sendirinya.

Kembali kursi roda Agam bergerak membawanya ke arah tangga khusus untuk Agam yang berdekatan dengan tangga normal yang biasa Sara gunakan. Baru beberapa detik kursi roda bergerak, Sara memanggilnya, “Mas ...”

Kursi rodanya berhenti begitu saja. Tapi tidak berbalik.

Sara mengejarnya hingga ke tempat Agam menunggu. Lalu berdiri di sampingnya.

“Ada apa?,” tanyanya singkat.

“Aku sudah terima barangnya dari Mbok Jami ...” Sara terdiam sejenak, lalu kembali berkata, “... Terima kasih, Mas.”

Agam hanya diam. Sara semakin salah tingkah. Apakah aku salah bicara?

Semenit rasanya seperti berjam-jam. Sara sudah tidak mau menunggu lebih lama lagi.

“Kalau gitu ... aku kembali,” kata Sara dan langsung melangkah pergi.

Tapi, tiba-tiba ... “Apa masih sakit?”

“Ya?” Sara langsung berbalik lagi menghadap Agam.

“Perutmu. Apa masih sakit?”

Sara terhenyak. Matanya membulat. Aneh saja rasanya, meski hatinya terasa hangat semenjak Mbok Jami bilang barang-barang itu dari Agam. Tapi, tetap saja, ada yang aneh. Entahlah, sulit untuk digambarkan. Pokoknya aneh.

“S-sedikit.”

“Kalau butuh yang lain, bilang saja.”

“I-iya.” Aneh, kan?

5 detik, 10 detik, 15 detik. Baik itu Agam atau pun Sara, keduanya sama-sama terdiam. Hening.

“Ada lagi yang mau kamu sampaikan?,” tanya Agam tiba-tiba.

Sontak, Sara terkejut.

“T-tidak ada. S-sekali lagi, terima kasih.”

Dengan segera, Sara memilih bergegas pergi kembali ke kamarnya. Begitu menutup pintunya, Sara mengintip dari balik pintunya. Dilihatnya Agam masih di tempat yang sama, belum beranjak dari sana.

Sara menelan salivanya dengan keras. Kenapa dia masih di sana?

Dia menutup pintunya perlahan, menghilangkan sosok Agam dari pandangannya. Lalu, berdiri membelakangi pintu yang baru saja ditutupnya.

Entah apa yang terjadi. Sisi lain Agam yang dilihatnya hari ini agak berbeda dari Agam yang biasanya. Sangat kontras dengan sisi Agam yang tidak stabil emosinya atau pun yang dingin dan kaku.

Bukan hal yang buruk seharusnya. Hanya saja membuat Sara penasaran. Ada berapa sebenarnya sisi Agam yang belum dilihatnya? Sara bertanya-tanya, apakah yang lain akan muncul dengan cara yang mengejutkan seperti ini. Karena jika iya, Sara merasa dia harus menyiapkan hatinya.

1
Aisyah Isyah66
Luar biasa
yuliana radja
iya tu kak,,dasar mas Agam kow di lawan ..hhhh
Yata Anjasari
Luar biasa
Syahrini Cacha
MaasyaaaAllah keren 👍🏻
Syahrini Cacha
cerita nya menarik 👍🏻
Ling 铃
anaknyaaa sweet bangett yaampun
bayanginnya imuttt
Xin Yue 新月
mau diapain tuh ntar malam
ひかる
aku udah kangen agam dan sara
Xin Yue 新月
dari 2 tahun jadi 4 tahun jadi 6 tahun. kontraknya tambah panjang bet /NosePick/
Ling 铃
hmm hmm ...
My atee
Luar biasa
Cygni: terima kasih banyak 🌟5 nya 🥰
total 1 replies
Ling 铃
semangat updatenya ya thor
penasaran tiap babnya nih, bagaimana nasibnya yaaa
Anang Sujarwo: author konthoooool anjiiiiiiing...
cerita nya gitu" aja muter-muter kaya jembuuuut
total 1 replies
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu
Ling 铃
hmm hmmm .. apa yg ajan terjadi selanjutnya pada si mama widia yaaa
Ling 铃
loh yaa... wes kesengsem.. itu wes kate ke kamar lohhh, ga jadi nihh :))
Ling 铃
ceritanyaaa buagusss ya ampunnn

tapi... si mama widia harus dpt ganjarannya..
kasian tapi udh byk korban dr dia sendirii . dihhh :') mangkel
Ling 铃
toxic ya .. ga suka sama viannnnn
Ling 铃
ya ampun sedih... berkaca-kaca baca ini
Ling 铃
walahhhh vian viann
Ling 铃
ealahhh dasarrr AL AL
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!