Cinta Itu (Tidak) Buta

Cinta Itu (Tidak) Buta

Part 1 : A Disaster Day

[Sara]

“Kita putus, ya ...”

Satu kalimat yang cukup membuat Sara terkejut dan mengubah seluruh moodnya di hari itu.

Pria bermata coklat yang dikenalnya dalam 2 tahun terakhir ini yang selalu menemaninya, menghiburnya, dan memberinya kekuatan saat dirinya rapuh setelah ayahnya meninggal, setelah 2 minggu mereka tidak bertemu via layar laptop – karena kesibukannya sebagai mahasiswa di sebuah kampus di Melbourne, Australia –, tiba-tiba saja mengajak bersua via online hanya untuk mengatakan kata itu. Putus.

Hati siapa yang tidak tersayat mendengar berita seperti itu.

“M-mas Vian ... A-ada apa? K-kenapa tiba-tiba begini? Apa aku punya salah?” Sara sudah hampir menangis karena keputusan mendadak itu.

“Orang tuaku ... mereka ... mereka ngotot mau menjodohkan aku dengan gadis pilihan mereka,” jawab pria yang dipanggil Mas Vian oleh Sara.

Ini lagi!

Sara sudah berusaha mendekatkan dirinya dengan orang tua Vian, tapi penolakan sepertinya datang dari sang pacar.

Ya, Vian. Dia selalu menghalangi Sara untuk bertemu dengan sang calon mertua. Selalu ada saja alasannya.

Sara minta bertemu, Vian bilang rumahnya jauh di luar kota Surabaya, tempat mereka tinggal. Sara minta alamat mereka, Vian bilang orang tuanya sedang ke luar pulau.

Yang tidak ada sinyal, yang HP rusak, yang inilah, yang itulah, entah sudah berapa alasan yang diberikan Vian untuk menghalangi Sara bertemu orang tua Vian.

Dan Sara selalu mempercayainya, meski dalam hati juga dia merasa jengkel.

Entah sudah ke berapa kalinya, akhirnya Sara dipertemukan dengan kedua orang tua Vian di satu cafe di Surabaya. Pertemuan yang singkat, tapi cukup menyenangkan menurut Sara. Atau mungkin hanya Sara saja yang merasa demikian.

Karena ternyata, Vian bilang orang tuanya tidak menyukai Sara.

Sara hampir putus asa dibuatnya. Bagaimana caranya menyenangkan calon mertuanya?

“Aku juga bukan diam saja, Sar. Berkali-kali aku bujuk mereka. Aku sering cerita tentang kamu. Aku bilang aku cuma cinta sama kamu. Tapi, mereka tetap nggak mau kasih restu. Aku benar-benar nggak tahu harus bagaimana lagi, Sar.”

Kedua mata Sara mulai berkaca-kaca dengan menumpuknya air mata di dalam sana. Satu persatu air matanya mulai turun, terutama ketika dia memikirkan berapa banyak usaha yang bisa dia lakukan untuk menyenangkan calon mertuanya itu. Dan sekarang sepertinya semua terlihat sia-sia.

“Aku cerita kalau aku bisa ambil S2 ini juga semua berkat kamu. Kalau bukan kamu yang bantu aku cari dananya, mana bisa aku sampai di sini, Sar? Aku bilang ke mereka, kalau kamu yang selalu dukung aku selama ini. Tapi mereka tetap teguh sama pendirian mereka. Mama bahkan mengancam akan bunuh diri kalau aku tetap ngotot sama kamu. Terus aku harus bagaimana, Sar?”

Air mata Sara turun semakin deras. Terutama ketika Vian cerita ancaman ibunya. Bagaimana bisa Sara tidak peduli tentang hal itu? Dia juga punya Ibu yang sangat dia hormati dan sayangi.

Apakah ini harus benar-benar berakhir?

Tiba-tiba saja, panggilan video call mereka terputus. Layar laptopnya sudah berganti gambar menjadi tampilan daftar warna biru ciri khas software yang biasanya digunakan oleh sebagian besar orang yang ingin melakukan meeting online. Dan tak lama kemudian, sebuah pesan masuk ke ponselnya.

“Maafkan aku, Sar. Sekali lagi aku minta maaf. Aku harus pergi, dipanggil dosen. Aku akan ganti uangmu secepatnya. Kamu jaga kesehatan, ya. Mas Vian mu.”

Sara semakin marah memandangi pesan itu.

Tapi bukan itu yang aku mau, Mas.

Yang tersisa sekarang adalah air mata Sara. Sara menangis sejadi-jadinya. Terus menangis mengeluarkan semua rasa sakit yang ada di dadanya, meski rasanya tidak akan pernah habis. Jika bukan karena dia ingat dia harus pergi kerja, mungkin dia masih akan terus menangis sampai ujung hari.

Segera dia ke kamar mandi untuk mencuci mukanya, mengurangi sembab pada kedua matanya. Sebelum akhirnya dia ke meja makan menemui ibunya.

“Ndak sarapan dhisik? (Tidak sarapan dulu?),” tanya Ibu ketika melihat Sara yang hanya mengambil sepotong roti melewati bangku dan juga nasi goreng kampung kesukaannya.

Sara menciumi pipi Ibu, lalu mencium punggung tangan milik sosok yang sangat dia sayangi itu, dan berkata, “Nggak, Bu. Sudah hampir terlambat. Jadwal cuci darah Ibu hari ini, kan? Ibu sudah kelihatan pucat gitu. Bentar lagi Mbak Mina datang. Ibu jangan kerja yang berat-berat, ya. Tunggu Mbak Mina. Nanti Ibu jatuh.”

“Hati-hati di jalan, Nak.”

Sara hanya melambaikan tangannya seraya pergi menjauh dan meninggalkan Ibu yang terduduk di atas bangku meja makan. Dia sengaja melakukan ini agar ibunya itu tidak melihat kedua matanya yang membengkak.

Meski dia pernah mengenalkan Vian pada Ibunya, tapi menceritakan ini pada Ibu hanya akan semakin menyulitkannya. Dia masih belum siap menceritakan semuanya terutama saat hatinya masih belum bisa ikhlas menerima semua keputusan Vian itu.

Aku akan coba bicara lagi dengan Mas Vian. Setidaknya aku harus mencoba sebelum benar-benar berakhir. Baru setelah itu aku bicara dengan Ibu.

BRAK!

Sara belum jauh melangkah meninggalkan rumahnya saat dia menabrak seseorang dalam perjalanannya menuju halte bis dekat rumahnya. Melamun sambil berjalan memang bukan hal yang baik. Dia bahkan tidak sadar hingga menabrak seseorang dengan kursi rodanya.

“M-maaf, maaf ... Saya nggak perhatian, karena terburu-buru,” kata Sara yang terus menunduk, lalu pergi meninggalkan orang itu begitu saja.

Sambil setengah berlari, pikiran Sara masih digelayuti pembicaraannya dengan Vian pagi ini. Bahkan di antara kerumunan orang yang sedang berlomba-lomba menaiki bis, kata-kata Vian yang mengucapkan kata ‘putus’ seakan tidak pernah pergi dari kepalanya.

Drrt ... drrt ...

Ponsel Sara bergetar tiba-tiba setelah cukup lama bis yang ditumpanginya bergerak meninggalkan halte. Perasaan Sara mendadak menjadi tidak tenang ketika layar ponselnya menunjukkan nama ‘Mbak Mina’. Karena asisten Ibu itu jarang sekali menelponnya jika bukan karena sesuatu yang penting.

Apakah terjadi sesuatu pada Ibu?

Dan benar saja ...

“Non Sara, Ibu jatuh. Ini saya lagi perjalanan ke rumah sakit. Non langsung ke rumah sakit biasanya, ya.” Dan panggilan pun ditutup.

Beruntung, bis yang ditumpangi sejalan dengan tujuannya. Tapi, perjalanan menuju rumah sakit terasa begitu panjang dan selamanya.

Ibu pasti kerja berat tadi. Ibu selalu gitu, nggak pernah dengerin Sara. Mudah-mudahan Ibu nggak apa-apa, pikirnya terus menerus.

Pikiran Sara menjadi semakin kalut di setiap menit yang dihabiskannya menunggu bis itu tiba di rumah sakit.

......................

“Kondisi Ibu Fira semakin hari semakin menurun. Dan ini cukup mengkhawatirkan.”

Satu lagi kabar buruk hari ini.

Sejak Ayah meninggal 2 tahun lalu, Ibu lah yang banting tulang mencari nafkah untuk biaya kuliah Sara. Setiap kali Sara bilang akan berhenti kuliah, Ibu selalu melarangnya. Impian Ayah agar Sara diwisuda adalah alasan Ibu tidak mau Sara berhenti kuliah di tengah jalan.

Pada akhirnya, membuka jasa katering adalah usaha Ibu dalam menghasilkan uang. Yang mana membuat Ibu kelelahan dan terus merasakan sakit pada lengannya setiap kali harus mengaduk ayam goreng serundeng, andalan Ibu yang selalu menerima banyak pesanan.

Hingga akhirnya Ibu terus menerus minum obat anti nyeri yang berakibat buruk pada ginjalnya.

Dan di sinilah Ibu pada akhirnya, di rumah sakit dengan jadwal cuci darah seminggu 2 kali. Sudah lebih dari 6 bulan terakhir Ibu harus bolak balik rumah sakit untuk cuci darah.

“Apa belum ada kabar tentang donor ginjalnya, Dok?, “ tanya Sara yang sudah lama berharap cemas menunggu jawaban dari pendaftaran permintaan donor ginjal untuk Ibu nya itu.

Jika saja ginjal milikku cocok dengan Ibu, aku tidak perlu menunggu selama ini. Aku pasti akan segera melakukan operasi.

“Sayangnya belum ada,” kata dokter yang sudah beberapa bulan terakhir menangani Ibu nya. “Tapi jangan berhenti berdoa, ya. Siapa tahu akan ada kabar baik setelah ini.”

Kalimat yang sama setiap kali dia bertemu dengan dokter itu. Berdoa dan berharap. Dia terus berdoa hingga hari ini, tapi jawaban itu masih juga belum datang.

Mau sampai kapan lagi harus berdoa?

“Untuk saat ini, jadwal cuci darah Ibu Fira saya jadikan 3 kali seminggu, ya. Nanti biar diatur setiap 2 hari sekali. Pola makan jangan lupa tetap dijaga,” lanjut dokter itu lagi.

Sara memandangi ibunya yang saat ini sedang terbaring lemah di atas tempat tidur rumah sakit. Di sampingnya ada Mbak Mina yang sedang duduk menemani Ibu. Sara hampiri wanita bertubuh tinggi dan kurus itu.

“Makasih ya, Mbak. Untung Mbak hari ini datang lebih cepat,” bisik Sara pada Mbak Mina agar tidak membangunkan Ibu .

Mbak Mina biasanya datang jam 9, satu jam setelah Sara berangkat kerja. Entah bisikan apa yang mendorong dia berangkat lebih awal, begitu cerita Mbak Mina tadi padanya.

“Sami-sami, Non. Wis memang dalane tekan Gusti. Ora usah dipikiri (Sama-sama, Non. Sudah memang jalannya dari Gusti. Tidak perlu dipikirkan),” balas Mbak Mina seraya mengusap lembut punggung Sara seakan sedang membantu menenangkannya.

Drrt ... drrt ...

Ponselnya yang bergetar memaksa Sara harus keluar dari ruangan itu. Dari deretan angka yang tidak tersimpan di ponselnya, Sara tahu siapa yang sedang menelponnya saat ini.

Another bad news ...

“Selamat siang, Ibu Ashara Revalina. Saya dari Pinjam Rupiah ingin mengkonfirmasi kembali kapan kira-kira pinjaman Ibu bisa segera dibayarkan?”

Dan terus begitu untuk beberapa saat. Telepon demi telepon masuk hanya untuk menanyakan hal yang sama, kapan akan dibayarkan?

Sara hanya bisa terduduk di atas bangku ruang tunggu saat semua telepon itu selesai dijawabnya. Kepalanya menengadah ke atas, memandangi langit-langit gedung rumah sakit seraya memikirkan, apa yang harus dilakukannya sekarang?

Pinjaman itu adalah pinjaman yang sudah cukup lama diambilnya. Pertama, 10 juta untuk membayar kekurangan biaya pendidikan Vian dan juga biaya hidupnya selama di Melbourne.

Lalu, 15 juta, untuk biaya operasi pemasangan AV Shunt (*) yang disarankan dokter agar mudah bagi Ibu saat melakukan hemodialisa.

Dan kini semuanya minta agar dibayarkan. Dia bahkan masih harus memikirkan biaya pengobatan Ibu yang sekarang jadwal cuci darahnya menjadi 3 kali seminggu. Meski dibantu oleh asuransi kesehatan pemerintah, tapi ada beberapa obat yang tidak tercover sehingga Sara harus membeli dengan dananya sendiri. Bagaimana mengatasi semuanya?

Sara menghela napas cukup panjang dan lama.

Drrt ... drrt ...

Kembali Sara menghela napasnya, menyiapkan hati dan pikirannya untuk menerima panggilan berikutnya yang dikiranya akan berasal dari debt collector lagi.

“Sara! Kamu mau masuk kerja jam berapa? Kenapa masih belum datang?!”

......................

Author’s Note :

(*) AV Shunt adalah tindakan operasi yang menyambungkan arteri dan vena pada bagian lengan dengan tujuan menjadikan sambungan tersebut sebagai akses hemodialisis

Sumber : https://sardjito.co.id/2021/12/06/tips-perawatan-post-operasi-av-shunt/\#:~:text\=Arteriovenous%20Shunt%20(AV%20Shunt)%20atau,sambungan%20tersebut%20sebagai%20akses%20hemodialisis.

Terpopuler

Comments

Oh Dewi

Oh Dewi

Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu

2023-09-21

1

Xin Yue 新月

Xin Yue 新月

asik otor balik

2023-06-28

3

lihat semua
Episodes
1 Part 1 : A Disaster Day
2 Part 2 : Pertemuan Pertama, atau Kedua?
3 Part 3 : Menikah?
4 Part 4-1 : Restu Ibu Adalah Segalanya
5 Part 4-2 : Restu Ibu Adalah Segalanya (POV Agam)
6 Part 5-1 : Ibu Titip Sara, ya
7 Part 5-2 : Ibu Titip Sara, ya (POV Agam)
8 Part 6 : 3 Hari 3 Malam
9 Part 7 : Sang Ibu Mertua
10 Part 8-1 : Next Future Corp
11 Part 8-2 : Next Future Corp (POV Agam)
12 Part 9 : Robot yang Keren
13 Part 10-1 : Sesuatu yang Disembunyikan (1)
14 Part 10-2 : Sesuatu yang Disembunyikan (2)
15 Part 11-1 : Petarung yang Roboh
16 Part 11-2 : Petarung yang Roboh (POV Agam)
17 Part 12-1 : Meresapi Kata Maaf
18 Part 12-2 : Meresapi Kata Maaf (POV Agam)
19 Part 13 : Istri Penanggung Dosa
20 Part 14 : Kamu Mencurigai Aku?
21 Part 15 : Sisi yang Berbeda
22 Part 16-1 : Menyiapkan Hati
23 Part 16-2 : Menyiapkan Hati (POV Agam)
24 Part 17 : Hari yang Tidak Diduga
25 Part 18-1 : Misi Pencarian
26 Part 18-2 : Misi Pencarian (POV Agam)
27 Part 19 : Terlalu Banyak Kejutan
28 Part 20-1 : Pernikahan yang Bahagia
29 Part 20-2 : Pernikahan yang Bahagia (POV Ibu Fira)
30 Part 21 : Bintang Jatuh (POV Agam)
31 Part 22 : Anak yang Pemberani
32 Part 23-1 : Bukan Gila Tapi Sinting
33 Part 23-2 : Bukan Gila Tapi Sinting (POV Agam)
34 Part 24-1 : Anak Kucing yang Tersisihkan
35 Part 24-2 : Anak Kucing yang Tersisihkan (POV Agam)
36 Part 25-1 : Perdebatan Suami Istri
37 Part 25-2 : Perdebatan Suami Istri (POV Agam)
38 Part 26 : Antara Agam dan Arya
39 Part 27-1 : Jangan Dengarkan Mama!
40 Part 27-2 : Jangan Dengarkan Mama! (POV Arya)
41 Part 28 : Pria Berwajah Sendu
42 Part 29 : Antara NFC dan FTC
43 Part 30-1 : Obrolan Sore Hari
44 Part 30-2 : Obrolan Sore Hari (POV Agam)
45 Part 31 : Pulang Adalah Jawaban Terbaik
46 Part 32-1 : Hari Terindah
47 Part 32-2 : Hari Terindah (POV Arya & Agam)
48 Part 33-1 : Ketika Mereka Bersatu
49 Part 33-2 : Ketika Mereka Bersatu (POV Agam)
50 Part 34-1 : Badai itu Datang Juga
51 Part 34-2 : Badai itu Datang Juga (POV Raka)
52 Part 35 : Mimpi Terburuk
53 Part 36 : Kembali ke Titik Nol
54 Part 37-1 : Malam yang Panjang nan Kacau
55 Part 37-2 : Malam yang Panjang nan Kacau (POV Yuda)
56 Part 37-3 : Malam yang Panjang nan Kacau (POV Arya)
57 Part 38 : Menangis Bersama
58 Part 39 : Kala Cinta Menggoda
59 Part 40 : Hanya Pertunjukan?
60 Part 41 : Punya Hak Apa Kalian?
61 Part 42-1 : Jangan Bawa Sara Tanpa Ijinku!
62 Part 42-2 : Jangan Bawa Sara Tanpa Ijinku! (POV Linda)
63 Part 43-1 : Tetaplah Bersamaku, Sara
64 Part 43-2 : Tetaplah Bersamaku, Sara (POV Agam)
65 Part 44-1 : Tidak Bersalah
66 Part 44-2 : Tidak Bersalah (POV Agam & Arya)
67 Part 45-1 : Mimpi Buruk yang Belum Usai
68 Part 45-2 : Mimpi Buruk yang Belum Usai (POV Agam)
69 Part 46-1 : Hilang dari Pandangan
70 Part 46-2 : Hilang dari Pandangan (POV Agam)
71 Part 47 : Rumah Tanpa Jiwa
72 Part 48 : Dia Adalah Suamimu
73 Part 49 : Itu Mas Agam
74 Part 50-1 : Pertemuan Setelah Perpisahan
75 Part 50-2 : Pertemuan Setelah Perpisahan (POV Agam)
76 Part 51 : Agam & Sara
77 Part 52-1 : Another Story in Japan
78 Part 52-2 : Another Story in Japan
79 Part 52-3 : Another Story in Japan
80 Part 52-4 : Another Story in Japan
81 Part 53 : Masa Lalu yang Menjadi Masa Kini
82 Part 54 : Takut Kehilangan
83 Part 55-1 : Kebohongan Sejak Awal
84 Part 55-2 : Kebohongan Sejak Awal (POV Agam)
85 Part 56 : Ava dan Kebenciannya
86 Part 57-1 : Hancur Karena Keegoisan
87 Part 57-2 : Hancur Karena Keegoisan (POV Agam)
88 Part 58 : Rencana Vian
89 Part 59-1 : Kamu Hamil?
90 Part 59-2 : Kamu Hamil? (POV Agam)
91 Part 60-1 : Biar Aku yang Tanggung
92 Part 60-2 : Biar Aku yang Tanggung (POV Agam)
93 Part 61-1 : Puncak Kemarahan
94 Part 61-2 : Puncak Kemarahan (POV Arya)
95 Part 62-1 : Saling Merindukan
96 Part 62-2 : Saling Merindukan (POV Widia)
97 Part 63 : Ini Karma
98 Part 64-1 : Keberanian Untuk Melepaskan
99 Part 64-2 : Keberanian Untuk Melepaskan (POV Ava)
100 Part 65 : Ikatan yang Kuat
101 Part 66-1 : Karma itu Juga Cobaan
102 Part 66-2 : Karma itu Juga Cobaan (POV Agam)
103 Part 67 : Saat Sara Pergi (POV Agam)
104 Part 68 : Pengejaran itu Berakhir (POV Agam)
105 Part 69 : Keajaiban itu Bernama Gia
106 Extra Part 1
107 Extra Part 2
108 Extra Part 3
109 Extra Part 4
110 Extra Part 5
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Part 1 : A Disaster Day
2
Part 2 : Pertemuan Pertama, atau Kedua?
3
Part 3 : Menikah?
4
Part 4-1 : Restu Ibu Adalah Segalanya
5
Part 4-2 : Restu Ibu Adalah Segalanya (POV Agam)
6
Part 5-1 : Ibu Titip Sara, ya
7
Part 5-2 : Ibu Titip Sara, ya (POV Agam)
8
Part 6 : 3 Hari 3 Malam
9
Part 7 : Sang Ibu Mertua
10
Part 8-1 : Next Future Corp
11
Part 8-2 : Next Future Corp (POV Agam)
12
Part 9 : Robot yang Keren
13
Part 10-1 : Sesuatu yang Disembunyikan (1)
14
Part 10-2 : Sesuatu yang Disembunyikan (2)
15
Part 11-1 : Petarung yang Roboh
16
Part 11-2 : Petarung yang Roboh (POV Agam)
17
Part 12-1 : Meresapi Kata Maaf
18
Part 12-2 : Meresapi Kata Maaf (POV Agam)
19
Part 13 : Istri Penanggung Dosa
20
Part 14 : Kamu Mencurigai Aku?
21
Part 15 : Sisi yang Berbeda
22
Part 16-1 : Menyiapkan Hati
23
Part 16-2 : Menyiapkan Hati (POV Agam)
24
Part 17 : Hari yang Tidak Diduga
25
Part 18-1 : Misi Pencarian
26
Part 18-2 : Misi Pencarian (POV Agam)
27
Part 19 : Terlalu Banyak Kejutan
28
Part 20-1 : Pernikahan yang Bahagia
29
Part 20-2 : Pernikahan yang Bahagia (POV Ibu Fira)
30
Part 21 : Bintang Jatuh (POV Agam)
31
Part 22 : Anak yang Pemberani
32
Part 23-1 : Bukan Gila Tapi Sinting
33
Part 23-2 : Bukan Gila Tapi Sinting (POV Agam)
34
Part 24-1 : Anak Kucing yang Tersisihkan
35
Part 24-2 : Anak Kucing yang Tersisihkan (POV Agam)
36
Part 25-1 : Perdebatan Suami Istri
37
Part 25-2 : Perdebatan Suami Istri (POV Agam)
38
Part 26 : Antara Agam dan Arya
39
Part 27-1 : Jangan Dengarkan Mama!
40
Part 27-2 : Jangan Dengarkan Mama! (POV Arya)
41
Part 28 : Pria Berwajah Sendu
42
Part 29 : Antara NFC dan FTC
43
Part 30-1 : Obrolan Sore Hari
44
Part 30-2 : Obrolan Sore Hari (POV Agam)
45
Part 31 : Pulang Adalah Jawaban Terbaik
46
Part 32-1 : Hari Terindah
47
Part 32-2 : Hari Terindah (POV Arya & Agam)
48
Part 33-1 : Ketika Mereka Bersatu
49
Part 33-2 : Ketika Mereka Bersatu (POV Agam)
50
Part 34-1 : Badai itu Datang Juga
51
Part 34-2 : Badai itu Datang Juga (POV Raka)
52
Part 35 : Mimpi Terburuk
53
Part 36 : Kembali ke Titik Nol
54
Part 37-1 : Malam yang Panjang nan Kacau
55
Part 37-2 : Malam yang Panjang nan Kacau (POV Yuda)
56
Part 37-3 : Malam yang Panjang nan Kacau (POV Arya)
57
Part 38 : Menangis Bersama
58
Part 39 : Kala Cinta Menggoda
59
Part 40 : Hanya Pertunjukan?
60
Part 41 : Punya Hak Apa Kalian?
61
Part 42-1 : Jangan Bawa Sara Tanpa Ijinku!
62
Part 42-2 : Jangan Bawa Sara Tanpa Ijinku! (POV Linda)
63
Part 43-1 : Tetaplah Bersamaku, Sara
64
Part 43-2 : Tetaplah Bersamaku, Sara (POV Agam)
65
Part 44-1 : Tidak Bersalah
66
Part 44-2 : Tidak Bersalah (POV Agam & Arya)
67
Part 45-1 : Mimpi Buruk yang Belum Usai
68
Part 45-2 : Mimpi Buruk yang Belum Usai (POV Agam)
69
Part 46-1 : Hilang dari Pandangan
70
Part 46-2 : Hilang dari Pandangan (POV Agam)
71
Part 47 : Rumah Tanpa Jiwa
72
Part 48 : Dia Adalah Suamimu
73
Part 49 : Itu Mas Agam
74
Part 50-1 : Pertemuan Setelah Perpisahan
75
Part 50-2 : Pertemuan Setelah Perpisahan (POV Agam)
76
Part 51 : Agam & Sara
77
Part 52-1 : Another Story in Japan
78
Part 52-2 : Another Story in Japan
79
Part 52-3 : Another Story in Japan
80
Part 52-4 : Another Story in Japan
81
Part 53 : Masa Lalu yang Menjadi Masa Kini
82
Part 54 : Takut Kehilangan
83
Part 55-1 : Kebohongan Sejak Awal
84
Part 55-2 : Kebohongan Sejak Awal (POV Agam)
85
Part 56 : Ava dan Kebenciannya
86
Part 57-1 : Hancur Karena Keegoisan
87
Part 57-2 : Hancur Karena Keegoisan (POV Agam)
88
Part 58 : Rencana Vian
89
Part 59-1 : Kamu Hamil?
90
Part 59-2 : Kamu Hamil? (POV Agam)
91
Part 60-1 : Biar Aku yang Tanggung
92
Part 60-2 : Biar Aku yang Tanggung (POV Agam)
93
Part 61-1 : Puncak Kemarahan
94
Part 61-2 : Puncak Kemarahan (POV Arya)
95
Part 62-1 : Saling Merindukan
96
Part 62-2 : Saling Merindukan (POV Widia)
97
Part 63 : Ini Karma
98
Part 64-1 : Keberanian Untuk Melepaskan
99
Part 64-2 : Keberanian Untuk Melepaskan (POV Ava)
100
Part 65 : Ikatan yang Kuat
101
Part 66-1 : Karma itu Juga Cobaan
102
Part 66-2 : Karma itu Juga Cobaan (POV Agam)
103
Part 67 : Saat Sara Pergi (POV Agam)
104
Part 68 : Pengejaran itu Berakhir (POV Agam)
105
Part 69 : Keajaiban itu Bernama Gia
106
Extra Part 1
107
Extra Part 2
108
Extra Part 3
109
Extra Part 4
110
Extra Part 5

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!