Andre Winato berutang banyak dan jatuh bangkrut setelah gagal investasi. Istri dan putrinya meninggal secara tragis, dan keluarganya hancur. Bertahun-tahun kemudian, dia berhasil bangkit dan menjadi seorang miliarder.
Suatu hari, saat terbangun dari tidur, tiba-tiba dia menyadari bahwa dirinya kembali ke hari yang membuatnya menyesal seumur hidup! Istri dan putrinya masih hidup! Dia bersumpah untuk menebus semua kesalahannya terhadap istri dan putrinya!
Jgn lupa like vote dan gift ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Jay H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Hendi berusaha menjilat Martin. Hendi mendekati Bastian agar Tuan William memperkenalkan dirinya pada Martin.
Hendi sangat berambisi, tapi dia tidak dapat memajukan Desain Selaras dalam beberapa tahun terakhir. Setelah Hendi memikirkan hal ini cukup lama, Hendi baru sadar bahwa dirinya butuh pendukung!
Orang terkaya di Kota Surawa, Martin, jelas cocok dijadikan pendukung.
Martin melirik Hendi sekilas, lalu memandang Andre yang sedang berdiri di samping Bastian. Andre diam saja.
Dibandingkan Hendi, Martin lebih tertarik pada Andre ....
Martin menganggap Bastian sebagai adik. Martin sangat memahami sifat Bastian.
Bastian tidak akan membawa teman biasa datang makan di Hotel Riverside. Martin melihat Bastian dan Andre keluar dari private room Hendi barusan.
Tampaknya tiga orang ini bertengkar.....
"Rupanya kamu adalah Pak Hendi. Selamat datang di Hotel Riverside. Irwan, layani Pak Hendi dengan baik."
Martin menatap Hendi. Manajer Hotel Riverside, Irwan Aliro, mengangguk. Kemudian, dia berjalan menghampiri Hendi. Irwan sudah bekerja dengan Martin selama tujuh tahun. Irwan memahami maksud Martin.
Martin tidak mau bergaul dengan orang seperti Hendi. Martin hanya basa-basi saja, bukan mau berteman dengan Hendi.
"Bastian, siapa orang yang ada di sampingmu?"
Martin sangat tertarik pada Andre.
Hendi menghela napas sebelum Bastian sempat berbicara.
"Pak Martin, Anda nggak perlu memperhatikannya. Dia adalah seorang penganggur. Istrinya bekerja di perusahaanku. Orang seperti ini jelas nggak berguna."
"Istrinya bisa bekerja di perusahaanku karena Bastian menyuruhku membantu. Entah apa yang dia katakan pada Bastian. Bastian tertipu dan sangat memercayainya sekarang,"
"Kalau sampai Tuan William tahu tentang hal ini, entah apa yang akan terjadi! Pasti akan kacau!"
Hendi merasa dirinya sangat hebat.
Martin memandang Irwan. Martin tidak tampak marah, tapi aura yang Martin pancarkan sangat berwibawa.
Tidak ada orang yang berani bersikap lancang dan sembarangan bicara di hadapan Martin selama ini.
Irwan menarik Hendi pergi. "Pak Hendi, mohon maaf, kamu nggak berhak mengatai teman Pak Bastian. Silakan ikuti saya.
Hendi mengerutkan kening.
"Pak Martin, saya bermaksud baik. Saya takut Anda ditipu!"
"Jangan dengarkan perkataan orang yang licik itu!"
Api amarah dalam mata Irwan makin membara. Irwan berpikir, 'Apa Hendi sudah gila? Kenapa Hendi tetap bersikap seperti ini setelah diingatkan?'
Andre tersenyum dan mengangkat tangan.
"Pak Irwan, Pak Martin, tolong lepaskan dia."
"Hendi, kamu selalu bilang aku adalah penipu yang licik. Memang ada orang jahat di dunia ini, tapi jangan lupa, ada juga orang yang munafik."
"Kamu bersedia melakukan apa pun untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan. Ini patut dikagumi. Akan tetapi, kenapa kamu menuduhku? Ini sangat keterlaluan!"
"Kamu bilang aku adalah penipu, 'kan? Kebetulan Pak Martin ada di sini sekarang. Bagaimana kalau kita bertaruh?"
"Kalau Desain Selaras nggak terlibat dalam masalah besok, kalau kerja sama antara kamu dan perusahaan dari Kota Senna yang membayarmu sepuluh miliar lancar, aku bersedia bersujud untuk meminta maaf padamu!"
Andre berjalan ke hadapan Hendi.
Hendi mengatupkan gigi dan tertawa dingin. "Baik, ayo bertaruh!"
Martin masih bingung. Dia tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya. Jadi, Bastian menceritakan segalanya pada Martin, mulai dari kerja sama antara Desain Selaras dan perusahaan dari Kota Senna hingga ramalan Andre.
Martin menatap Andre. Martin merasa Andre lumayan menarik....
Andre masih muda dan berani mengambil risiko. Meskipun hal ini terdengar tidak masuk akal, Martin berharap Andre dapat memenangkan pertaruhan ini!
"Rupanya seperti itu. Kedengarannya menarik. Kalau begitu, aku akan ikut bertaruh."
Martin tersenyum. "Desain Selaras memang adalah perusahaan desain yang berkualitas. Kalau Pak Hendi menang, aku bersedia berinvestasi di Desain Selaras."
"Sebaliknya, kalau Andre menang, aku bersedia berinvestasi di perusahaan Andre."
Mata Hendi berbinar-binar. Masa depan Desain Selaras ditentukan oleh Martin.
Asalkan Martin, orang terkaya di Kota Surawa, bersedia berinvestasi di Desain Selaras, nilai perusahaan Desain Selaras akan langsung meroket!
Hendi sangat bersemangat. Sebaliknya, Andre tetap memasang ekspresi datar.
"Terima kasih atas dukunganmu, Pak Martin."
"Akan tetapi, kalau saya menang, saya nggak butuh Pak Martin berinvestasi di perusahaan saya. Saya ingin bekerja sama dengan Pak Martin."
Andre menatap Martin.
Martin mengangguk sambil tersenyum. "Boleh."
Entah kenapa, meskipun ini adalah pertama kalinya Martin bertemu dengan Andre, Martin merasa Andre tidak asing. Martin seolah-olah sudah kenal dengan Andre. Martin bahkan merasa Andre adalah saingannya!
Martin tertegun. 'Apa yang sedang aku pikirkan? Pemuda ini terlihat biasa-biasa saja. Hendi mengatakan bahwa orang ini adalah penganggur. Orang ini tidak mungkin adalah sainganku,' pikir Martin.
Martin merasa dirinya terlalu banyak berpikir yang tidak-tidak.
"Aku nggak punya waktu. Besok Bastian akan mewakiliku pergi ke Desain Selaras. Bastian akan melihat bagaimana kerja sama dengan perusahaan yang membayar sepuluh miliar itu berlangsung, serta apa ada masalah dalam desain."
"Aku selalu tepat janji."
Martin melambaikan tangan, lalu menyuruh sekretaris memberikan kartu namanya pada Andre dan Hendi.
Hendi tersenyum. "Saya akan menunggu kedatangan Bastian. Aku sudah sedang menantikan seseorang bersujud di depanku. Adegan itu pasti sangat bagus."
Hendi tertawa dingin setelah selesai berbicara. Kemudian, dia berbalik dan meninggalkan Hotel Riverside.
Martin mengobrol sebentar dengan Bastian, lalu pergi juga.
Bastian memandang Andre dengan tatapan khawatir.
"Hendi sudah bergerak dalam bidang desain selama bertahun-tahun di Kota Surawa. Dia seharusnya nggak akan melakukan kesalahan separah ini...."
"Kamu yakin kamu mau bertaruh dengannya?"
"Kalau sampai kamu kalah, kamu harus bersujud padanya."
Andre tersenyum dan melirik Bastian.
"Aku belum pernah kalah saat bertaruh dengan orang lain."
.
.
Keesokan paginya.
Pada pagi hari, sinar matahari menerangi bangunan Desain Selaras.
Hari ini adalah hari pertama Jessy bekerja. Jessy duduk di bangkunya. Berhubung Jessy adalah pegawai baru, atasan belum memberi tahu Jessy apa yang harus dia lakukan.
Berhubung Hendi pergi mengawasi proses wawancara perekrutan kemarin, orang-orang yang bekerja di Desain Selaras tahu tentang sekretaris Hendi pergi mengejar Jessy. Jadi, rekan-rekan kerja Jessy bergosip tentang Jessy.
Bagaimanapun, Jessy sangat cantik. Jika dinilai dari kemampuan, Jessy jelas tidak pantas menjadi desainer di Desain Selaras. Namun, presdir Desain Selaras, Pak Hendi, malah menyuruh sekretarisnya keluar mengejar Jessy. Selain itu, Pak Hendi merekrut Jessy.
Menurut pegawai Desain Selaras, hanya ada dua kemungkinan. Jessy mungkin punya latar belakang yang luar biasa. Kalau tidak, Jessy sangat akrab dengan Pak Hendi.
Tak peduli kemungkinan mana yang benar, para pegawai harus memperlakukan Jessy dengan baik.
Hingga pukul sepuluh pagi, tetap tidak ada orang yang mencari Jessy.
Jessy duduk di depan komputer. Jessy sedang membaca dokumen mengenai Desain Selaras. Pada saat ini, atasan Jessy, Sandy Julianto, datang menghampiri Jessy. Sandy melemparkan selembar kertas ke arah Jessy. Ekspresi Sandy terlihat marah.
"Ketua Sandy...."
"Apa ini?"
Jessy mengambil kertas itu. Rupanya kertas itu adalah formulir pengunduran diri.
Ketua Sandy mencibir dengan cuek.
"Jessy, Pak Hendi menyuruhmu mengisi formulir pengunduran diri ini, lalu pergilah!"
"Keadaan kemarin sangat heboh, jadi aku pikir keluargamu sangat hebat, tapi rupanya suamimu juga
menganggur."
"Orang sepertimu nggak pantas bekerja di Desain Selaras."