Diceraikan hanya karena memiliki anak berkebutuhan khusus membuat Zahra harus hidup terlunta-lunta.
Ia yang biasa hidup mewah harus beradaptasi dengan lingkungan barunya yang merupakan warga masyarakat ekonomi menengah kebawah. Bukan hanya itu Ia juga mulai terbiasa dengan diskriminasi yang mulai di alaminya saat karena anaknya.
Berbagai cibiran dan hinaan mulai akrab di telinganya, hingga suatu saat putranya terancam dikeluarkan dari sekolahnya membuat ia harus menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Zahra begitu bahagia saat tahu ia berhasil bebas karena keterangan putrinya. Ia tak menyangka jika Zalika begitu pandai menggunakan kelebihannya untuk membantunya keluar dari semua tuduhan palsu yang dialamatkan kepadanya.
Kabar bebasnya Zahra tersebar hingga ke media. Kini hampir semua media pemberitaan menjadikan kabar kebebasan Zahra sebagai headline news.
Banyaknya media yang menyorot kasus ini, membuat semua orang semakin terkesima dengan kepandaian Zalika yang menyelamatkan Ibunya dengan cara yang berbeda.
Kepiawaiannya dalam ilmu Science membuat beberapa media pemberitaan nasional mengundangnya untuk melakukan wawancara khusus.
Berbeda dengan orang-orang yang begitu kagum dengan kepandaian Zalika, bagi keluarga Bahri kesaksian Zalika merupakan bumerang yang menyerang Dirga Bahri. Bagaimanapun juga pria itu secara otomatis langsung menjadi tersangka berdasarkan teori yang disampaikan oleh Zalika.
Tak terima putra mereka menjadi tersangka yang mencelakakan ibunya sendiri membuat Bahri meminta pihak kepolisian untuk menutup kasus ini.
Setelah dirawat intensif di rumah sakit terbaik, Merry akhirnya siuman juga. Namun karena keadaan Merry yang begitu lemah membuat wanita itu kembali kritis sehingga kembali di rawat di ruang ICU. Karena kekurangan darah pihak rumah sakit meminta keluarga Bahri untuk menyediakan seorang donor untuk Merry.
Namun karena golongan darah Merry yang langka membuat mereka kesusahan mencari donor darah. Meskipun mereka sudah berusaha mencarinya sayangnya stok golongan darah Merry tidak tersedia dimanapun.
Hal ini tentu saja membuat Bahri sang suami begitu sedih karena ia takut akan kehilangan istrinya.
Tak ada seorangpun putra-putrinya yang golongan darahnya sama dengan Merry membuat Bahri putus asa. Ia bahkan menggunakan uangnya untuk mencari seseorang yang mau mendonorkan darahnya, namun tetap saja ia tak menemukan pendonor yang bersedia menyumbangkan darahnya untuknya.
Dirga yang mengetahui golongan darah Zahra dengan ibunya, kemudian berusaha menemuinya. Ia mencoba membujuk mantan istrinya itu agar mau mendonorkan darahnya untuk ibunya.
"Meskipun selama ini ia begitu jahat padamu, namun bagaimanapun juga ia sangat membutuhkan donor agar bisa bertahan hidup. Jadi aku mohon tolonglah dia kali ini, aku akan melakukan apapun jika kau mau mendonorkan darah mu untuknya. Aku bahkan bersedia mendekam di penjara untuk menebus kesalahanku padamu," ucap Dirga
Melihat ketulusan Dirga malam itu membuat Zahra tergugah hatinya. Bagaimanapun juga jiwa kemanusiaan mulai terketuk saat mendengar Merry yang sekarat dan membutuhkan donor darah. Meskipun ia sangat membencinya namun tetap saja ia tetap tak tega saat mendengar wanita itu sekarat.
Walaupun mereka memiliki banyak uang namun tetap saja Merry tidak akan bisa hidup jika tidak ada Pendonor yang bersedia yang memberikan darah untuknya.
Dengan pertimbangan kemanusiaan Zahra akhirnya bersedia membantu wanita itu.
Sore itu ditemani Dirga ia mendatangi rumah sakit untuk melakukan transfusi darah. Wanita itu berkaca-kaca saat melihat kondisi Merry yang dipenuhi oleh selang infus di ruang ICU.
Meskipun aku sangat membenci mu dan menginginkan kau mati, tetap saja aku merasa iba saat melihat mu seperti ini,
Tak butuh lama bagi Zahra untuk melakukan transfusi darah. Anin yang melihat kedatangan Zahra begitu terkejut dengan kebaikan hati mantan iparnya itu.
Ia segera menghampiri Zahra saat wanita itu selesai melakukan donor darah.
"Terimakasih Za, sudah mendonorkan darah mu untuk ibuku. Meskipun kami selalu bersikap jahat padamu namun kau tetap mau mendonorkan darah mu untuknya. Mungkin ini karma ibu sehingga tak seorangpun mau mendonorkan darah untuknya meskipun keluarga kami memberikan bayaran mahal bagi siapapun yang mau menyumbangkan darahnya. Bahkan keluarga kami sendiri menolak saat di minta untuk menjadi pendonor. Semoga kebaikan hatimu dibalas sama Allah SWT," ucap Anin
"Aamiin," jawab Zahra singkat
Wanita itu langsung pamit pergi begitu selesai. Sementara itu Gading dan Zalika sudah menunggunya di lobby rumah sakit.
"Aku bangga padamu, kau melakukan sesuatu yang tidak mungkin orang lakukan kepada musuhnya, semoga dengan kejadian ini keluarga Bahri akan terbuka hatinya dan mau menerima Zalika lagi sebagai cucunya." tukas Gading
"Aku melakukannya dengan ikhlas dan tak pernah menginginkan Zalika di terima di keluarga tersebut. Bagiku Lika sudah bahagia bersamaku dan aku rasa ia tak butuh keluarga Bahri lagi untuk hidup bahagia, bukan begitu sayang?" tanya Zahra membuat Zalika langsung mengangguk setuju.
"Lika bangga sama mamah," ucap gadis kecil itu mencium pipi Zahra.
Setelah mendapatkan donor darah, Merry akhirnya siuman. Wanita tua itu terlihat lebih sehat hingga sudah bisa duduk.
Bahri sang suami begitu senang melihat istrinya kembali pulih. Ia bahkan mengadakan pesta perayaan saat istrinya diperbolehkan pulang ke rumah.
Ia bahkan meminta Dirga untuk mengundang orang yang sudah mendonorkan darahnya untuk istrinya. Bahri ingin berterima kasih kepadanya karena sudah menyembuhkan istrinya.
"Apa ayah tidak menyesal jika mengundang orang itu?" tanya Dirga
"Tentu saja tidak, dari sekian banyak orang hanya dia yang mau menolong istriku, aku yakin ia memiliki hati yang sangat baik hingga mau menolong siapapun tanpa memandang siapa yang ia tolong," jawab Bahri
"Baiklah, aku akan mengundangnya datang dengan satu syarat," ucap Dirga
"Katakan saja apa syaratnya?" tanya Bahri
Ia memang tak mau memberitahu identitas pendonor karena takut ayahnya tidak akan setuju saat tahu Zahra yang akan menolong ibunya.
"Siapapun dia, jangan pernah menghardiknya, menghina, apalagi memperlakukannya dengan kasar," jawab Dirga
"Setuju, lagipula aku bukan tipe orang yang suka bersikap kasar atau menyakiti orang lain,"
"Itu berlaku untuk semua orang, bukan hanya ayah, tapi ibu dan juga kakak-kakak ku semuanya," imbuh Dirga
"Ok,"
Dirga kemudian mendatangi kediaman Zahra dan menyampaikan undangan dari ayahnya.
Zahra terang-terangan menolak undangan tersebut.
"Aku sudah berjanji untuk tidak menginjakan kaki ku di sana, jadi mustahil bagiku untuk menjilat kata-kata ku," jawab Zahra
"Ayahku mengundang mu, dan ia sudah berjanji tidak akan memarahiku, apalagi menyakiti mu. Aky hanya ingin memperlihatkan kepada mereka jika orang yang menolong mereka disaat orang lain tak mau menolongnya adalah kamu, yaitu orang yang selalu disakiti oleh keluarga Bahri," jawab Dirga
"Tidak perlu, lagipula lebih baik mereka tidak tahu jika aku yang sudah mendonorkan darah ku untuk ibu," jawab Zahra
Meskipun Dirga bersikeras untuk mengajaknya ke rumah tetap saja Zahra menolak untuk datang. Mengetahui usahanya gagal untuk mengajak Zahra ke rumahnya membuat pria itu sedikit frustasi.
Bagaimanapun ia berharap jika keluarganya akan berubah memandang Zahra setelah tahu kebaikannya, dengan begitu masih ada jalan untuknya kembali kepada wanita tersebut.
*********
Sore itu Zahra diundang untuk datang ke kampusnya. Sang rektor universitas ternyata terkesima dengan pidatonya saat di hari ulang tahun kampus. Ia meminta Zahra untuk menjadi dosen di sana.
siapa lagi kali ini yg akan jadi penjahat...??