Menikah dengan pria yang dicintai merupakan impian setiap wanita. Begitu pun dengan ku,bisa menikahi pria yang tak hanya kucinta,tetapi juga rupawan dan tentu baik hatinya menjadi kebahagiaan tersendiri bagi ku. Ditambah mertua dan ipar dan keluarga suami begitu menyayangi ku.Tapi kebahagiaan itu tak bertahan lama. Hal itu berawal di saat aku memutuskan untuk mengadopsi seorang bayi yang gak sengaja aku temukan di pabrik tempat aku bekerja. Suami,mertua,ipar dan semua keluarga nya menentang,yang katanya asal usul bayi itu tidak jelas.
"Kamu itu gimana sih,kok bisa-bisanya adopsi bayi itu tanpa persetujuan kami ? Gimana kalau bayi itu hasil dari hubungan gelap ? Asal usul nya gak jelas,bisa saja kan bayi itu hasil hubungan gelap,karena tak diinginkan makanya dibuang ,lah kamu malah pungut tuh bayi haram !" Ujar ibu mertuaku dengan kesal.
Sebagian cerita ini aku ambil dari kisah nyata dari beberapa narasumber di sekitar ku juga sebagian ada kisah ku juga.Jangan lupa like dan komen ya !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qsk sri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Arvan memeluk tubuh ku ketika mbak Tami datang dengan mata yang melotot. Dia berdiri di depan ku sambil berkacak pinggang.
"MILA ! Kamu itu gimana sih,bisa ngurus anak gak sih ? Bisa-bisa nya kamu biarin anak pungut kamu main kasar !" Tunjuk mbak Tami dengan membentak ku
"Astaghfirullah mbak,...gak gitu. Arvan dorong nya pelan kok,justru Ajril yang udah dorong Arvan duluan sampai jatuh " Terang ku,namun bukan mbak Tami namanya kalau dia percaya.
"Halah,...terus saja belain tuh anak pungut ! Pantesan gak hamil-hamil lah cuman ngurus anak pungut saja gak becus ,mungkin Tuhan tahu kalau kamu gak bakal bisa ngurus dan didik anak,jadinya kamu dibikin mandul " Kata mbak Tami
"Astaghfirullah,...mbak ..." Lirih ku
"Ada apa ini ? Dari tadi berisik sekali,aku lagi tidur jadi keganggu !" Mas Danu keluar dibarengin dengan ibu mertua ku yang juga ikut keluar. Aku menoleh ke arah mas Danu.
"Mas...."
"Ini loh Danu,anak pungut kamu dorong anak aku sampai jatuh,pasti sakit banget tuh baju nya juga sampai kotor banget begitu " Mbak Tami mulai mengadu
"Harus nya kamu tuh lebih tegas lagi sama istri kamu, Danu ! Suruh didik anak nya yang bener kalau gak bisa mendidik tuh anak haram,bawa pergi kasih ke panti asuhan kek,kemana kek...bikin susah saja!" Ibu mertua mengompori
Aku meraih tubuh mungil yang sedari tadi menempel di kaki ku,ku dekap erat sambil berbisik kata-kata baik ditelinga nya. Dengan sikap dan perkataan mereka yang kasar aku takut Arvan akan merekam dan mengikuti ucapan serta sikap mereka. Dan tentu saja itu mungkin akan berpengaruh dalam tumbuh kembang nya.
"Udah jangan ribut-ribut lagi ! Bikin tambah pusing saja ! Masalah Mila biar jadi urusan ku,mbak mending urus Ajril dan ibu mending balik lagi ke rumah " Ucap mas Danu
"Kamu itu, kebiasaan banget !" Dengus ibu mertua,tetapi seketika ibu mertua terkesiap lalu bertanya"Kamu kok jam segini ada di rumah ? Emang gak kerja ?" Tanya nya
"Tadi kerja kok Bu,tapi udah pulang lagi,agak gak enak badan " Jawab mas Danu
Ibu mertua seketika menoleh ke arah ku,dengan jari telunjuknya ia menunjuk ku dengan nada penuh kekesalan.
"Kamu itu gimana sih,Mila ? Bukannya urus suami yang sakit malah ngurusin anak pungut itu terus ! Keterlaluan ! istri macam apa kamu ?" Hardik ibu mertua padaku
"Tadi aku udah kasih mas Danu obat kok bu "Bela ku
"Halah obat ! Obat apaan ? Hati-hati jangan-jangan obat yang dikasih malah racun " Tuduh nya
"Astaghfirullah....mana mungkin aku begitu Bu ...." Lirih ku
"Sudah... sudah...jangan ribut terus ! Bikin pusing saja !" Mas Danu mengibaskan tangannya
"Kamu bawa anak itu masuk !" Ucap mas Danu padaku
"Iya,mas " Aku pun melangkah masuk ke dalam rumah sambil menggendong Arvan. Mas Danu pun berjalan di belakang ku.
Mas Danu menutup pintu,ia lantas duduk dengan ekspresi datar.
"Aku gak mau tahu apa yang sebenarnya terjadi,tapi aku mohon sama kamu. Tolong apapun yang dikatakan ibu dan mbak Tami atau yang lainnya kamu jangan membantah. Biar bagaimanapun ibu adalah orang yang sudah melahirkan ku,sedangkan mbak Tami adalah kakak ku. Saat aku kecil mbak Tami yang mengasuh ku disaat ibu dan bapak sibuk bekerja. Jadi aku minta tolong jangan kamu singgung perasaan mereka" Perkataan mas Danu benar-benar membuat ku tercengang. Jadi aku harus terus mengalah sama mereka, meskipun aku gak salah mereka tetap benar. Konyol sekali suami ku ini.
"Lalu,aku bagimu apa mas?" Tanya ku sambil menahan air mata yang hampir jatuh.
"Kamu itu istri aku,yang akan selalu mendukung apapun kondisi aku" Jawab mas Danu tanpa menatap ku. Jawaban nya sungguh membuat hatiku terluka. Kenapa ...kenapa harus aku yang selalu mendukungnya,kenapa gak dia yang bisa mendukung ku ?
Selama ini,aku selalu iya kan apa pun keinginan mereka. Dulu,di awal menikah disaat aku ada niatan berangkatkan orangtua ku umroh,ibu mertua yang lebih lantang menentang nya,ia berkata lebih baik uang nya aku buat renovasi rumah. Kebetulan rumah yang aku dan suami tempati merupakan rumah peninggalan orang tua dari ibu mertua ,alias kakek dan nenek nya Mas Bayu. Daripada beli rumah mending renovasi agar bisa ditempati aku dan mas Danu. Ibu mertua bilang jika dia tak bisa jauh-jauh dari anak-anak nya. Orangtua ku mengalah,dan akhirnya aku gunakan uang tabungan umrohnya buat renovasi rumah yang kini jadi tempat tinggal ku. Aku juga tidak pernah protes ketika kedua mertua ku sering numpang makan,meski setiap makan mereka selalu protes katanya makanan nya kurang enak lah, kematengan lah,keasinan,kemanisan, dan lain-lain. Aku selalu legowo,pernah suatu ketika aku beli baju buat hari raya idul Fitri,tapi saat aku hendak memakainya baju baru aku hilang,tidak ada di lemari. Dan ternyata baju itu dipakai adik nya Mas Danu yang masih SMA. Aku pun lantas ngomong dong ,tapi tetap dengan nada lembut.
"Loh,baju nya kamu yang pakai ternyata. Mbak sampai bingung nyari-nyari di lemari gak ada. Kamu cantik loh pakai baju itu,tapi lain kali kamu bilang dulu ya,biar mbak gak bingung nyariin " Ucap ku ,padahal dalam hati gedek banget. Nih anak diajarin sopan santun gak sih,kok seenak nya banget buka-buka lemari aku sampai bajunya dibawa terus dipake. Pikir ku.
Tapi ibi mertua langsung merepet kaya petasan kawinan,dia ngomong kemana-mana sampai nunjuk-nunjuk wajah ku.
"Kamu itu,perkara baju saja diributin ! Lagipula gak apa-apa kali dipakai Erna ,dia kan adik nya Danu. Jangan pelit jadi orang! Bla ..bla...bla...." Bentak ibu mertua kala itu,dan mas Danu bukan nya membela ku atau nasehatin adik nya,dia malah ngeloyor pergi katanya takut terlambat solat idul Fitri.
Ku dongak kan kepala ku ke atas,agar air mata ini tak jatuh. Entah lah aku selalu merasa tidak ingin terlihat lemah di hadapan siapa pun.
"Ya sudah mas,kalau gitu aku nidurin Arvan dulu " Pamit ku
Saat itu suara ponsel nya berdering do kamar. Mas Danu cepat-cepat pergi ke kamar dan tak lama ia kembali namun langsung pamit pergi,meski begitu ia belum juga mengangkat panggilan telpon nya.
"Kira-kira dia mau kemana ? Dan siapa yang nelpon ?" Gumam ku
Akhir-akhir ini aku merasa sikap nya aneh,dia jadi lebih sering mainin ponsel nya,hampir tak pernah lepas dari tangan nya. Bahkan ke kamar mandi pun sering ia bawa. Jika ada telpon ia tak pernah mengangkat nya jika ada aku,dia lebih memilih untuk pergi.
Astaghfirullah....hati ku jadi tidak tenang,karena rasa curiga yang kini melanda hatiku. Tapi aku tidak ingin berburuk sangka,takut jika apa yang aku takutkan benar-benar terjadi.
"Gak,aku harus percaya mas Danu dia gak mungkin macam-macam "
Bersambung....