Kayla Ayana, seorang karyawan di sebuah perusahaan besar terpaksa menerima tawaran untuk menikah kontrak dengan imbalan sejumlah uang.
Ia terpaksa melakukan ini karena ia harus bertanggung jawab atas biaya rumah sakit seorang wanita yang mengalami kelumpuhan akibat tertabrak sepeda motor yang ia kendarai.
Tapi siapa sangka, ia yang dinikahi dengan alasan untuk menepis isu negatif tentang pria bernama Kalandra Rajaswa malah masuk terlalu jauh dalam kerumitan keluarga yang saling berebut warisan dan saling menjatuhkan.
Pernikahan kontrak diantara keduanya bahkan sempat dicurigai oleh anggota keluarga Kalandra.
Akankah Kayla dan Kalandra mampu menyembunyikan fakta tentang pernikahan kontrak mereka?
Akankah cinta tumbuh diantara konflik-konflik yang terjadi?
Ikuti kisah Kayla dan Kalandra di Istri Bar-Bar Sang Pewaris.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fie F.s, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Hujan Deras
Duaaar!
Suara petir yang menyambar membuat Kayla hampir melompat dari sofa di kamar Kalandra.
Ia jadi sulit tidur saat mengingat Reyga mengatakan bahwa perceraian adalah hal tabu dalam keluarga ini. Lalu bagaimana dengan Kalandra. Bahkan pria itu sudah merencanakan perceraian sebelum pernikahan mereka berlangsung.
"Semakin malam, aku semakin sulit tidur. Dan semakin deras pula hujan yang turun."
"AC di kamar ini juga semakin membuatku tidak bisa memejamkan mata."
Kayla melihat derasnya air hujan dari jendela kamarnya. Kilatan petir menyambar dan guntur beberapa kali terdengar menggelegar.
Kayla masuk ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Ia mencuci kaki dan wajahnya sebelum tidur. Ia juga tak lupa untuk menggosok giginya.
Kayla naik ke atas ranjang dan menutup setengah tubuhnya dengan selimut tebal itu. Ia menatap langit-langit kamar luas itu.
"Ranjang ini memang sangat nyaman. Kemarin malam saja aku tidak terbangun saat tengah malam." Kayla mengusap permukaan ranjang dengan tangannya.
"Huh! Mengapa aku tidak menuliskan kenyamanan menjadi salah satu poin di surat perjanjian itu ya?" sesalnya.
"Kamar ini sangat luas. Bisa menampung dua bahkan tiga ranjang. Tapi, aku malah tidur di lantai." Kayla menghela nafas.
"Sudah jam sepuluh, dan Kalandra belum pulang. Mungkin dia akan pulang besok. Jadi, malam ini aku bisa tidur di ranjangnya."
Kayla mulai memejamkan matanya.
Sementara itu, di tempat lain. Kalandra sedang dalam perjalanan. Sebentar lagi ia akan sampai di rumah, tapi cuaca yang lumayan tidak bersahabat ini membuatnya tidak bisa melajukan mobil dengan kecepatan tinggi.
Kalandra melihat sebuah gerobak penjual martabak manis di pinggir jalan. Kalandra menepi dan turun dari mobil dengan menggunakan payung agar bajunya tidak basah.
Kalandra memesan beberapa martabak dengan rasa berbeda.
"Mas, tunggu di mobil saja. Nanti saya antar kalau sudah selesai," ucap penjual saat melihatnya terkena percikan air hujan yang jatuh di tanah.
Kalandra menunggu di dalam mobil. Ia ingin menghubungi Kayla dan bertanya apakah gadis itu sudah tidur atau belum. Tapi ia mengurungkan niatnya karena takut mengganggu Kayla yang sudah mulai bekerja hari ini.
Kalandra menerima martabak dari penjualnya dan memberikan beberapa lembar uang seratus ribu rupiah.
"Saya ambil kembaliannya dulu, Mas."
"Tidak perlu pak. Buat bapak saja."
Kalandra segera melajukan mobilnya. Jarak rumahnya sudah lumayan dekat. Dan dalam beberapa menit ia sudah memasuki sebuah komplek perumahan.
Kalandra tiba di rumah besar dua lantai itu. Seluruh lampunya sudah mati. Ia meminta security untuk menghubungi asisten rumah tangga agar membukakan pintu untuknya.
Kalandra tidak pernah membawa kunci rumah karena rumah ini tidak pernah kosong. Selalu ada orang di dalamnya sehingga selalu ada yang membukakan pintu untuknya meski ia pulang tengah malam sekali pun.
Kalandra memberikan sebagian martabak yang ia bawa pada security dan asisten rumah tangga.
Ia melihat ke kamar oma lebih dahulu, dan terlihat wanita tua itu sudah terlelap. Kalandra merapikan selimut yang menutup sebagian tubuh oma.
"Andra..."
Kalandra tertawa pelan. "Oma mengenaliku. Padahal mata oma belum terbuka."
Oma tersenyum. "Oma kenal wangi parfum kamu."
Oma mengubah posisinya menjadi duduk. "Kamu baru pulang?"
"Ya, Oma."
"Andra bawa martabak. Oma mau?" tanya Kalandra.
"Tidak. Oma tidak pernah makan selarut ini."
Kalandra faham. Makan saat larut malam tidak baik bagi kesehatan Oma.
"Pergilah ke kamarmu." perintah Oma.
"Kayla pasti menunggu kamu, Andra. Oma lihat dia tidak berselera saat makan malam tadi." Bohong Oma. Padahal Kayla tampak lahap menikmati makan malamnya.
"Dia pasti lapar. Ajak dia makan martabak bersama, Andra."
Kalandra mengangguk. "Andra ke kamar dulu, Oma," pamitnya.
Kalandra keluar dari kamar. Kayla tidak berselera makan? Dia menungguku? Apa benar begitu? Ah, pasti gadis itu sedang acting saja. Batin Kalandra.
Kalandra segera menuju dapur dan membuat dua coklat panas. Untuknya dan Kayla. Ia juga menyiapkan nampan untuk membawa martabak, coklat panas dan dua gelas air putih sebagai pilihan untuk Kayla jika gadis itu tidak ingin coklat panas.
Kalandra naik ke lantai dua. Ia meletakkan nampan di meja dan membuka pintu kamar. "Tidak di kunci. Aku lupa memberi tahunya untuk selalu mengunci pintu kamar ini," gumam Kalandra.
Pertama, ia memasukkan koper yang sudah di letakkan di dekat pintu oleh asisten rumah tangga sesuai perintahnya tadi. Ia meletakkannya di dalam kamar, tepatnya di samping pintu.
Barulah setelah itu, Kalandra membawa nampan itu ke dalam kamar. Ia menutup pintu dengan kakinya karena takut nampan di tangannya terjatuh jika hanya menggunakan satu tangan saja.
Ia meletakan nampan diatas meja di depan sofa. Kalandra melihat Kayla terlelap diatas ranjangnya.
Saat hendak ke kamar mandi, ia sempat melihat wajah Kayla sekilas. Ia tersenyum lalu masuk ke kamar mandi. Dia menikmati sekali tidur di ranjang empuk itu .
Kalandra mengguyur tubuhnya. Ia sudah mandi saat di hotel. Tapi, entah mengapa ia ingin mandi lagi padahal udara sangat dingin karena hujan masih turun meski tidak terlalu deras.
Di atas ranjang, Kayla sedikit terganggu dengan suara gemericik air dari kamar mandi.
"Kalandra pulang?" Kayla terduduk. Ia melihat jam di dinding.
"Jam 11.30."
Kayla melihat sebuah koper yang ia kenal di samping pintu. "Benar, dia pulang."
Kayla bersiap turun dari ranjang karena tidak mungkin ia melanjutkan tidur karena pria itu sudah pulang.
"Kay..."
Kayla terkejut karena tiba-tiba Kalandra keluar dari dalam kamar mandi.
"Mas..."
"Eh, Pak!" ralat Kayla karena ia salah menyapa Kalandra.
Kalandra tertawa. "Bahkan saat bangun tidur, kamu tetap ingat untuk acting."
"Panggil mas saja meski tidak ada siapapun. Supaya kamu tidak perlu takut salah bicara jika tiba-tiba ada orang lain."
Kalandra langsung berjalan menuju sofa meninggalkan Kayla yang masih berusaha mencerna perkataannya.
"Kemarilah!" ajak Kalandra pada gadis yang masih duduk di ranjang dengan kaki menjuntai itu.
"Aku membawa martabak manis dan coklat panas."
Kayla diam sejenak. Ia melihat ke arah perutnya yang terasa lapar.
"Saya ke kamar mandi dulu, Pak. Eh, Mas!"
Kalandra tersenyum. "Sejak kapan dia gugup begitu. Mungkin karena efek baru bangun tidur."
Kayla membasuh wajahnya agar rasa kantuknya hilang. Kayla lebih mementingkan perutnya yang terasa lapar dibanding matanya yang mengantuk.
Kayla duduk di samping Kalandra yang sedang memegang cangkir dan menyesap coklat panas di dalamnya. Sepertinya pria itu sudah makan beberapa potong martabak lebih dulu.
"Makanlah!" Kalandra mempersilahkan Kayla untuk makan.
Kayla meminum coklat panas terlebih dahulu, lalu ia makan sepotong martabak yang Kalandra beli.
"Bagaimana dua hari ini tanpa aku?"
"Banyak kejutan!" jawab Kayla.
Pertama tentang mama mertua yang entah menghubungi siapa. Kedua, tentang Gia yang dicurigai akan masuk ke dalam kamar dan ketiga, ada Reyga yang menurutnya terlalu berlebihan menilai dirinya.
Kalandra tersenyum kecil. "Ku fikir kamu sudah terbiasa dengan kejutan yang terjadi di rumah ini."
"Ya, mulai terbiasa."
"Bagaimana dengan oma?"
"Baik. Tidak ada masalah."
"Ehm, ada masalah sedikit," lanjut Kayla.
"Katakan saja."
"Aku mulai tidak enak badan karena terus tidur di lantai," jujur Kayla.
"Tidurlah di ranjang jika ingin," balas Kalandra.
Kayla membulatkan mata. "Kamu serius?"
"Tentu," jawab Kalandra yakin.
"Lalu kamu tidur dimana?"
"Di ranjang juga." Jawab Kalandra.
mlhan marH dia