NovelToon NovelToon
Bunda Untuk Neira

Bunda Untuk Neira

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Ibu Pengganti / Tamat
Popularitas:584.1k
Nilai: 4.9
Nama Author: Lemari Kertas

Sekar Arum tidak pernah menyangka jika tuduhan penculikan bayi oleh seorang pelayan yang bekerja di rumah orang tersohor terhadap dirinya, pada akhirnya membuat dia bertemu dengan seorang pria menyebalkan bernama Arjuna Dewa yang ternyata adalah ayah dari bayi itu.

Pada awal-awal pertemuan pertama mereka kerap kali diwarnai dengan perdebatan, apalagi setelah Sekar menjadi pengasuh bagi Neira si bayi kecil itu.

Namun, telatennya Sekar dalam mengasuh Neira membuat Arjuna jadi mulai mempertimbangkan kehadiran gadis muda itu dalam lingkup kehidupannya sendiri.

Apa kalian tertarik mengikuti perjalanan cinta yang awalnya kata Sekar adalah sesat setelah dia bertemu dengan ayah Neira itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lemari Kertas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Danau Hijau

Suasana di pasar selalu Sekar rindukan. Dia memang lebih suka membeli segala sesuatu di tempat itu ketimbang di mall. Apalagi jika sudah melihat sayuran yang hijau berjejer, begitu senang rasa hati Sekar. Dulu, ke pasar sudah menjadi rutinitasnya dan sang mama setiap hari minggu. Namun, sekarang semua hal sudah banyak yang berubah, banyak pula kebiasaan bersama sang ibunda yang tak lagi dilakukannya karena Sekar sudah kehilangan ibunya.

Sekar membeli beberapa potong kaus dan ada satu dress cantik dengan harga yang tidak terlalu mahal yang menarik perhatiannya. Dia membelinya juga, entah untuk apa, tapi karena dia suka, akhirnya dibelinya juga benda itu.

Langkah riang Sekar dengan beberapa tentengan di tangan menyusuri pasar, menyapa dan membalas sapaan para pedagang yang sudah hafal betul dengan gadis cantik itu.

Namun, setelah keluar dari pasar, langkahnya melambat. Dia akan pergi ke rumah yang dulu sempat didiaminya lama bersama kedua orangtua. Ada beberapa berkas dan barang semasa kecilnya yang tertinggal. Dia berharap sekali, bibinya tidak membuang benda-benda itu.

"Angkot!" Sekar melambaikan tangan, mulai memberhentikan sebuah angkutan umum.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih lima belas menit, ia akhirnya sampai di depan sebuah rumah yang begitu dirindukannya. Sekar sebetulnya yakin, rumah itu adalah milik kedua orangtuanya, sayang dia tidak bisa mempertahankan karena bibinya punya bukti yang begitu kuat. Sebuah surat di atas materai dengan tanda tangan ibunya.

Setahu Sekar, mamanya tak pernah mengatakan bahwa rumah itu sudah jadi milik bibi. Namun, kenapa ada tanda tangannya di atas surat kuasa itu? Entahlah, Sekar tak paham.

Sekar membuka pagar setinggi dadanya itu, menarik nafas panjang lalu mulai masuk. Rumah sederhana tapi dengan halaman luas dan bercat putih gading. Ada beberapa pohon akasia di pekarangan yang lumayan luas itu. Ah, Sekar kangen sekali mama papanya.

"Bibi." Sekar mulai mengetuk pintu. Tak ada sahutan untuk sesaat. Tapi kemudian pintu terbuka, bukan bibinya, melainkan sepupunya yang seusia sebaya.

"Ngapain lo ke sini?" tanyanya sinis.

"Ngambil barang gue yang masih ketinggalan. Nyokap lo ada kan?"

"Gak ada, mama lagi acara arisan. Kalo lo mau ambil barang, emangnya barang apa lagi? Kan semua barang lo udah dibuang nyokap gue."

Sekar mengepalkan tangannya mendengar itu. Dia masuk tanpa bisa dicegah oleh Selvi, sepupunya itu.

"Gak ada, Sekar! Lo mau ngapain sih?!"

"Dimana nyokap lo yang serakah itu buang barang-barang gue?!" Sekar meraih kerah kemeja Selvi, matanya berkilat marah.

Selvi menunjuk pintu dapur yang terbuka.

"Lepasin, lo bisa cari di tong sampah di belakang dapur itu."

Sekar menghempaskan tangannya dari kerah kemeja Selvi, membuat gadis itu terhuyung ke belakang. Mata Selvi kemudian menatap tentengan di tangan Sekar yang lumayan banyak. Dia mengikuti Sekar ke belakang.

"Udah banyak duit lo," ejeknya sambil tertawa. Sekar melengos, tak peduli, dia mengobrak-abrik sampah kering yang memang berisi banyak sampah plastik dan kertas. "Jadi simpanan orang kaya ya? Atau jadi anak buah germo?" lanjut Selvi lagi.

Sekar menoleh setelah mendapatkan apa yang dicarinya. Sebuah kotak musik dengan miniatur penari balet yang sedang berputar. Itu adalah hadiah ulangtahun dari papanya ketika dia berusia sepuluh tahun. Dia segera menyimpannya di dalam salah satu kantong plastik belanjaan.

"Gak ada urusannya kerjaan gue sama lo." Sekar melalui Selvi dengan sedikit menabrakkan bahunya membuat sepupunya itu terhuyung lagi.

"Dasar lacur, gue bilangin nyokap gue sama temen-temen lo dulu ya," ancam gadis itu.

"Kenapa ga sekalian lo siarin pake toa musholla depan sana biar semua orang tahu? Lo sendiri, ga nyari pelanggan?"

Sekar tersenyum kecil dan berbahaya. Dia tahu betul apa kerja sepupunya itu di selingan jam kuliahnya.

"Maksud lo apa?! Gue gak kayak lo ya!"

"Biasanya yang nuduh itu yang pelaku."

Sekar terus berjalan, melewati ruang tamu dan akhirnya bertemu bibinya yang baru pulang dan turun dari mobilnya. Sekar melewatinya begitu saja.

"Ngapain kamu ke sini?"

Sekar tak memperdulikan, dia terus berjalan saja. Malas meladeni kedua orang itu. Setelah keluar dari daerah rumahnya, Sekar pergi dengan berjalan kaki ke sebuah danau hijau yang berada tak jauh dari lingkungan rumahnya. Meski padat Jakarta tak bisa dihindari, tapi ada sebuah tempat yang indah dan cukup tersembunyi yang berada tak jauh pula dari lingkungan rumahnya. Sebuah danau hijau. Sekar duduk di pinggirnya saat ini, merasakan semilir angin yang lembut mulai membelai pipi.

Saat itu, berseberangan dengannya, berdiri seorang lelaki yang sangat dia kenali dan akhir-akhir ini sering berada didekatnya. Arjuna. Lelaki tampan itu sedang merokok dan menatapnya dari kejauhan. Dia tak tahu, entah sejak kapan Juna di sana. Sekarang, pria itu bergerak, memutari danau dan menuju ke arahnya.

Anehnya, Sekar tak bereaksi. Dia tetap duduk di tepi danau, membiarkan Juna sekarang semakin mendekat kepadanya.

"Bisa temenin gue ke sebuah tempat?" tanya Arjuna setelah lelaki itu dekat.

Sekar mendongak, menatap pria itu sambil berkerut kening.

"Kemana, Mas?"

"Ikut aja, nanti gue beliin lo eskrim."

Sekar tertawa kecil lalu akhirnya mengangguk. Dia tak tahu kenapa bisa menurut begitu saja dengan Juna. Namun, dia cukup paham, bahwa saat ini lelaki itu memang sedang banyak pikiran. Mungkin, kangen Neira juga sama seperti dirinya.

Mereka berjalan bersisian, menuju mobil yang terparkir di belakang sebuah pohon besar. Mobil melaju perlahan, meninggalkan hiruk pikuk pusatnya kota metropolitan itu menuju sebuah tempat yang lebih sunyi dan menenangkan.

1
Endang Sulistia
jadi bayangin Sekar lari terbirit birit Thor ...🤣🤣🤣🤣
Endang Sulistia
ya ampun Sekar.....
Endang Sulistia
🤣🤣🤣🤣
Endang Sulistia
🤭🤭🤭
Endang Sulistia
baru kali ni baby sitter yg songong...
🤭🤭 tapi aku sukaa 👍👍👍
Endang Sulistia
gini nih baru mantap nanny...
Efik Kristaufik
Luar biasa
Delita Nirayana
makan hati tu si eva nikah sama arjuna ,
masih juga berhubungan dengan pacar
Luzi Refra
wkwkwkww,,,seru kayaknya nih 🤣🤣
Sweet Girl
bwahahaha tapi baik Khan...???
Sweet Girl
kok malah dikasih ruang tho Bu Mira ...
piye thooooo!????
Sweet Girl
sejak hari ini, buat nyelametin Elooooo
Sweet Girl
Gak jelas nie orang... mabuk ya...???
Sweet Girl
Tatapannya setajam silet.
Sweet Girl
lha lha... kok manggil Mamas....???
Sweet Girl
Tapi dia bisa mengusik hatimu.
Sweet Girl
jangan jangan ada campur tangan Lola, kecelakaan yang dialami Eva.
Sweet Girl
Nah nah.... Mulai deh permusuhan nya.
Patrish
gimana sih Juna.... masa bercabang tiga... lola ema sekar...
Dini Dadi
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!