Delia menikahi pria yang juga mencintainya. Danur adalah pacarnya saat dirinya menginjak kelas 3 SMA. Danur adalah pindahan dari Kota lain.
Setelah menikah Delia harus menahan pil pahit, karena sang suami memutuskan untuk menikah lagi dengan masa lalu nya.
Sebagai wanita tentu saja Delia tidak terima jika di madu. Dan yang lebih menyakitkan lagi, orang yang menjadi duri dalam rumah tangganya adalah sepupunya sendiri.
Semenjak hari itu, kehidupan Delia di penuhi pemandangan suami dan madu nya.
Istri mana yang sanggup di madu dan melihat suami bermesraan dengan wanita lain...
Namun di tengah kebimbangan hati untuk tetap bertahan atau menyerah, Seseorang malah memendam perasaan pada Delia.
Bagaimanakah kisahnya? akan kah Delia bertahan dalam rumah tangga yang di masuki orang ketiga atau melanjutkan hidup sendiri?
Jangan lupa mampir🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juniar Yasir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masalah Hari Pertama
"Selamat pagi. Perkenalkan saya Delia Marwa. Saya Manager marketing baru di perusahaan ini" ucap Delia memperkenalkan dirinya.
Wanita yang tengah sibuk mengurus sesuatu langsung mendongak. Memicing melihat Delia dengan tatapan remehnya.
"Pak HRD, kenapa anda tidak menginfokan dulu pada saya jika ada Manager marketing baru?" tanyanya tak suka.
"Maaf Buk Indah, ini perintah langsung dari CEO" jawabnya sopan.
"Apa ada masalah? Setahu saya selama ini tanpa ada Manager marketing semua berjalan normal dan lancar. Selagi Direktur pemasaran masih ada ya Manager tidak begitu perlu" ucap Indah.
Wanita ini memang ada sombongnya karena merasa hebat menjabat sebagai direktur Manager marketing.
"Maaf sebelumnya Buk Indah. Saya hanya menjalankan tugas yang diperintahkan CEO karena saya disini hanya pekerja yang di gaji oleh CEO bukan yang lain, dan kita semua hanya di GAJI" ucap HRD itu tugas.
Indah kesal bukan main, HRD itu secara tidak langsung menyindir dirinya. Sedangkan Delia saat ini sudah tak fokus lagi, kepalanya pusing, pandangan juga sudah mulai kabur.
Bughhhkkkk
"Buk Delia!" kaget petugas HRD.
"Ya Allah kenapa ini? Ayo bantu saya angkat Buk Delia ke ruangan UKK" ucap HRD cemas (Unit Kesehatan Karyawan)
Para pria segera membopong Delia menuju lantai satu dimana UKK berada.
Dokter telah memeriksa keadaan Delia, Dokter memberikan obat dan vitamin. Ternyata Dia belum makan siang dan tensi juga rendah. Delia juga sudah sadar. Delia juga sudah memberitahukan jika saat ini sedang hamil.
"Alhamdulillah kehamilan Ibuk baik-baik saja" ucap Dokter tersenyum.
Delia hanya mengangguk, Dia sama sekali tidak berniat untuk menutupinya. Karena semakin lama perut juga akan membesar, tapi Delia jadi takut akan di pecat jika CEO mengetahui tentang kehamilannya di tengah status janda.
Yang jelas siapa tidak siap Delia harus menerima konsekuensinya. Kerena sebuah perusahaan pasti punya kebijakan masing-masing, jadi harus siap mental bekerja pada orang lain.
Di luar HDR terkejut juga mendengar Delia hamil, pria ini segera menghubungi sekretaris Risa.
.
...💔💔💔💔...
.
💔Siang harinya
Pintu dibuka, tanpa mengetuk pintu, tampak pria paruh baya masuk keruangan Devan. Pria yang di taksir lebih tua dari Wahyu ini langsung menuju sofa dan duduk.
"Devan, tadi malam Om telfon kamu berkali-kali tapi kenapa nggak kamu angkat sama sekali?!" sesalnya dengan logat khas Eropa.
"Maaf Om, aku sibuk" jawab Devan cuek. Saat ini pria sedang menandatangani beberapa berkas.
Edgard mendengus mendengar alasan yang keponakannya berikan. "Alasan!" ketusnya.
"Jadi kedatangan Om hanya untuk mengomel?" balas Devan santai.
"Ayolah Devan. Yang lalu biarlah berlalu, Om nggak akan mengusik perusahaan di eropa lagi" ujar Edgard.
Sudah lama hubungan keduanya dingin. Semenjak Devan memutuskan pindah ke Eropa, usaha milik keluarga Alexander malah jatuh ke tangan Devan, awalnya Devan juga menolak keras karena pria ini sudah mendirikan usaha sendiri. Tapi mendiang Opa nya memaksa dengan alasan Anaknya yang tertua, yakni Edgard selalu berfoya-foya dan beberapa kali menggelapkan dana perusahaan. Jadi sebagai orang tua tentu Opa Alexander tidak mau perusahaan yang di bangunnya dengan jerih payah harus hancur karena ulah anak sendiri. Melihat ke uletan sang cucu, Opa Alexander menunjuk Devan sebagai pewaris sah.
Sekarang entah apa maksud kedatangan pria paruh baya ini. Mana datang dengan sok ramah juga, sudah jelas ada hal terselubung. Meski Devan jarang interaksi dengan Kakak almarhum mama nya ini, tapi Devan bisa menebak orang seperti apa Edgard ini. Jadi meski balas ramah, Devan tidak mau langsung percaya, harus tetap waspada.
"Lantas apa tujuan Om tiba-tiba Ke Indonesia? Bukankah Om bilang negara ini negara korup**?" sindir Devan telak.
"Ah kamu, itu hanya bercanda. Emang salah jika Om ingin menjenguk keponakan sendiri, sekalian liburan" kilahnya.
Devan hanya tersenyum miring mendengar alasan klasik Om nya itu. Sejak kapan seorang Edgard peduli dengan orang lain. Selama ini pria itu hanya mementingkan keluarga kecilnya, memanjakan anak dan istrinya sehingga dengan mudah menggelapkan dana perusahaan.
Tiba-tiba terdengar pintu di ketuk dari luar.
Devan langsung menyuruhnya masuk. ternyata sekretaris Risa yang datang.
"Ya ada apa Ris?" tanya Devan.
"Maaf mengganggu waktunya Pak. Risa melirik sebentar ke Edgard seakan ragu mengatakan hal penting ini.
"Tidak masalah, katakan saja. Pria tua ini tidak akan macam-macam" Ujar Devan membuat Edgard naik darah.
"Begini Pak, Manager marketing yang baru kerja itu pingsan. Setelah di cek Dokter.... Hemmm.. ternyata Dia Hamil." ucapnya pelan.
"Apa?!" Devan melongo.
"Hamil? bagaimana bisa kamu membawa wanita hamil di perusahaan ini Van?!" sentak paman Devan murka.
Devan menatap Edgard sebentar, lalu kembali ke Sekretaris Risa.
"Tolong urus wanita itu, suruh Dia istirahat di ruangan inap khusus karyawan." Devan menatap jam tangannya. "Sekarang sudah waktunya makan siang, kirim makanan pada wanita itu" ucapnya lagi.
"Baik Pak. Permisi" membungkuk sedikit, Risa bergegas keluar dari ruang Devan. Tak betah juga lama-lama ditatap Erdard begitu.
"Ahahah.. Cara mu ini nih, yang membuat karyawan manja. Bagaimana bisa kamu memberi fasilitas mewah begini dengan Dokter dan ruang rawat?" Edgard berkata sinis.
"Om nggak berhak mencampuri kebijakan ku di perusahaan ini. Ya, ini memang cabang dari JH Crop (Johan Alexander), tapi untuk cabang ini di bangun dari hasil uang ku sendiri. Dan untuk kebijakan, apa salahnya memfasilitasi mereka para karyawan yang sakit. Toh mereka sakit saat berada di lingkungan ini. Ini bukan memanjakan, tapi membuat mereka nyaman bekerja karna ada perlindungan. Saat mau berbuat curang mereka juga akan berfikir dua kali" tegas Devan.
"Ok, Om akui kamu memang mandiri dan hebat. Tapi, nggak gitu jugalah. Kamu bayangkan dengan membayar Dokter dan membangun fasilitas kesehatan ini, dana nya sangat besar Van." ujar Edgard tak puas hati.
"Terima kasih Om sudah perhatian dengan perusahaan ku. Tapi om nggak perlu khawatir, semua sudah di perhitungkan dan nggak akan rugi sama sekali. Justru dengan begini, karyawan semakin semangat kerja dan perusahaan akan semakin maju. Kualitas produk tergantung dari karyawan yang mumpuni bukan?" Devan beralih menuju sofa dan duduk berhadapan dengan Edgard.
"Baiklah. Jika nggak ada hal yang Om bicarakan lagi sebaiknya Om makan siang dulu, karna aku akan lanjut kerja." Devan mengusir halus.
Edgard hanya mampu menahan kesal dihati. Sungguh tak ada sopan santun keponakannya ini, pikirnya. Dengan memaksakan senyumnya Edgard pamit keluar.
"Keponakan keparat. Tidak ada sopan santun!" gerutunya saat sudah di cafe.
.
.
Jangan lupa like dan komentar
.
Selamat malam guys🤗
,, semoga mereka berdua segera dpt karmanya 😔
mksh sudah sering baca🙏🤗