Aleia punya kesempatan untuk menyelamatkan Diora ketika kecelakaan menimpa mereka berdua. Namun Aleia pilih membiarkan sahabatnya itu mati.
Keesokan harinya setelah pemakaman Diora, dia meminta sang ayah untuk menikahkannya dengan Arkan-suami Diora dan menjadi ibu sambung Bryan-bayi yang masih berusia beberapa minggu.
Masuk ke dalam pernikahan yang seperti di neraka, tapi Aleia bukanlah wanita yang lemah. Bersama baby Bryan dia hadapi suaminya yang kejam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
FM Bab 22 - Lebih Mengerikan
Arkan sedang duduk di ruang tengah bersama baby Bryan. Bayi yang kini usianya masuk 10 bulan itu sedang duduk di karpet dan bermain bersama sang pengasuh. Merangkak kesana kemari dengan senangnya.
Arkan tersenyum dan ikut bahagia saat melihat baby Bryan tertawa.
Namun ... Senyum Arkan itu perlahan pudar saat dia melihat baby Bryan seperti orang lain. Paras baby Bryan seperti mengingatkannya pada seseorang.
Bukan Diora.
Bukan pula pada dirinya sendiri.
Tapi entah siapa.
Deg! seketika jantung Arkan berdenyut, karena tiba-tiba kembali terngiang ucapan Aleia beberapa waktu lalu. Tentang, bagaimana jika baby Bryan bukan anaknya?
Shiit! umpat Arkan di dalam hati, karena nyatanya ucapan itu benar-benar menganggu dia. Bahkan sampai meragukan anaknya sendiri.
Arkan tidak bisa mengabaikan ucapan Aleia begitu saja, terlebih ketika dia mengetahui dengan sadar jika Aleia masih perawaan. Sebuah rasa yang bahkan hingga kini tidak pernah dia lupa, meski kebencian itu telah menguasai dia.
Arkan menggeleng pelan, dia kemudian mengambil baby Bryan untuk dia gendong.
"Ini adalah anak Daddy, anak tampan Daddy, anak kebanggaan Daddy," ucap Arkan, dia menciumi leher sang anak hingga baby Bryan tertawa dengan keras.
Sama seperti Aleia, Arkan pun sangat menyayangi baby Bryan. bahkan kasih sayangnya lebih besar, karena baby Bryan adalah satu-satunya harta paling berharga peninggalan mendiang sang istri.
Antara ego dan kebenaran yang belum pasti, Arkan seperti terapung di kapal yang siap tenggelam.
Siang tiba.
Saat Aleia keluar dari gedung acara, dia dan Lisa memutuskan untuk pulang.
Sungguh, Aleia sedikitpun tidak merasa ucapan Jakson pagi tadi adalah sungguhan. Jadi dia cukup terkejut saat melihat pria itu sudah berdiri di depan pintu lobby dan tersenyum ke arahnya.
Bukannya senang, Aleia malah benci. Tapi kebencian itu tak bisa Aleia tunjukkan dengan jelas, karena disini dia hanyalah seorang wanita yang tidak tahu apa-apa.
"Naik mobil ku saja," ucap Jakson tanpa basa basi.
Lisa saja bahkan sampai bingung.
"Maaf Tuan, saya harus segera pulang. Suami saya sudah menunggu."
Jack tersenyum, karena apa yang terjadi di rumah keluarga Bright itu sudah dia ketahui semuanya. Tentang Arkan dan Aleia yang seperti sedang perang dingin.
"Suami mu tidak akan peduli tentang hal ini Aleia. Aku hanya ingin berterima kasih padamu, karena ... telah sangat menyayangi baby Bryan."
"Tidak perlu berterima kasih Tuan, dia adalah anakku."
"Aku tahu, mungkin bisa jadi anak kita."
Lisa mendelik, sementara Aleia mulai keluar keringat dingin di kedua telapak tangannya.
"Anda benar-benar tidak sopan Tuan, saya permisi," balas Aleia, tak ada lagi raut wajah ramah yang dia tunjukkan.
Bahkan Aleia tidak memberikan sedikitpun tanda hormat, dengan kepala yang masih terangkat dan wajahnya yang dingin, Aleia pergi dari sana.
Masuk ke dalam mobilnya sendiri dan diikuti oleh Lisa.
"Apa itu tadi Leia? apa ada sesuatu yang aku lewatkan?" tanya Lisa dengan matanya yang masih melebar, sangat terkejut dengan apa yang dia lihat dan dia dengar.
Lisa bahkan melihat dengan jelas, Jakson yang tersenyum ke arah Aleia ketika Nonanya ini pergi.
Tapi Aleia tidak langsung menjawab, dia membuang nafasnya dengan kasar.
"Entahlah Sa, aku juga tidak tahu," kilah Aleia, tentang masalah rumah tangganya tetap dia simpan rapat-rapat.
Tapi tentang Jack, makin lama makin membuatnya gusar.
Siang itu, Aleia dan Lisa memutuskan untuk pulang.
Tiba di rumah, Aleia cukup terkejut saat melihat sebuah mobil tak asing terparkir di halaman rumahnya.
Itu adalah mobil kedua orang mertuanya, papa Danu dan mama Elma.
Menyadari itu, Aleia berlari masuk ke dalam rumah.
Dan cukup canggung ketika melihat semua keluarga berkumpul di ruang tengah.
"Maafkan aku Ma, Pa, aku tidak menyambut kedatangan mama dan papa," ucap Aleia lirih.
Arkan tersenyum miring.
Baik mama Elma ataupun papa Danu tidak menjawab, mama Elma hanya langsung memeluk menantunya erat.
Bahkan mencium pipi Aleia dengan sayang dan membawanya duduk bersama. Mama Elma tak henti-hentinya bersyukur karena Aleia bersedia menikah dengan Arkan. Dalam sekejab Aleia mengambil 2 peran, istri dan ibu sekaligus.
"Itu buka masalah sayang, mama senang kamu masih menikmati harimu setelah menikah dengan Arkan. Dia adalah pria yang dingin," ucap mama Elma sedikit berbisik, sebuah ucapan yang membuat Aleia tersenyum.
Karena kalimat itu memang benar adanya, bahkan lebih mengerikan. Andai dia tidak keluar rumah bisa-bisa stress.
"Malam ini papa dan mama akan menginap? tidak apa-apa kan?" tanya papa Danu pula, lengkap dengan tatapannya yang teduh.
"Tidak apa-apa Pa, aku akan memasak makan malam yang spesial," sahut Aleia dengan riangnya. Senyumnya bahkan sampai membuat mama Elma dan papa Danu tersenyum juga.
Tapi tidak dengan Arkan.
karena cinta Aleia jadi lemah walaupun dia tangguh,, tapi dihadapan arkan selalu lemah dan karena keiinginan aleia untuk merawat bryan,, arkan memanfaatkan keleman lea,, untungnya keluarga carter liat jadi enaklah langsung kena bogemm😅