MISI KEPENULISAN NOVELTOON
Enam tahun hidup sebagai istri yang disia-siakan, cukup sudah. Saatnya bercerai!
Zetta menghabiskan waktu yang tak sebentar untuk mengabdikan dirinya pada Keenan Pieters, lelaki yang menikahinya, tapi tak sekalipun menganggapnya sebagai seorang istri.
Tak peduli Zetta sampai menjadi seperti seorang pelayan di keluarga Keenan, semua itu tak juga membuat hati Keenan luluh terhadap Zetta. Sampai pada akhirnya, Zetta pun memutuskan untuk menyudahi perjuangan cinta sepihaknya tersebut.
Namun, saat keduanya resmi bercerai, Keenan malah merasakan jika ada sesuatu yang hilang dari dalam hidupnya. Lelaki itu tanpa sadar tak bisa lepas dari setiap kenangan yang Zetta tinggalkan, di saat sang mantan istri justru bertekad membuang semua rasa yang tersisa untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiwie Sizo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Jordan, papa Helia tampak agak membeliakkan matanya melihat apa yang saat ini putrinya itu lakukan. Dia kembali hendak membuka mulutnya tapi dengan cepat Helia memberikan isyarat agar Jordan tak mengatakan apa-apa. Lelaki paruh baya itu pun langsung mengerti jika Helia sedang berusaha menyembunyikan sesuatu dari Keenan, yaitu fakta jika sistem pencernaan Helia alergi terhadap zat yang terkandung dalam buah mangga.
Meski merasa sedikit khawatir, Jordan akhirnya memilih untuk bersikap biasa. Dia kembali mengajak Keenan mengobrol tentang rencana kerja sama mereka meskipun sesekali matanya akan melihat ke arah Helia.
Helia sendiri juga berusaha untuk terlihat baik-baik saja setelah menenggak habis segelas jus mangga yang selama ini sangat dihindarinya. Dia tak punya pilihan. Hal itu harus dia lakukan agar rahasia yang dijaganya selama ini tidak terbongkar. Bisa rusak semua usahanya bertahun-tahun ini kalau Keenan sampai tahu yang sebenarnya.
Tapi kali ini sepertinya Helia tak bisa benar-benar mengendalikan situasi. Pencernaannya sungguh tak bisa diajak kompromi. Perutnya mulai terasa mual dan mulas. Tubuhnya juga mulai teerasa tak enak sampai mengeluarkan keringat dingin. Reaksi jus mangga yang ditenggaknya tadi mulai terasa bahkan sebelum lima menit berlalu.
"Keenan, aku permisi ke tiolet dulu," ujar Helia kemudian pada Keenan. Dia sudah tidak tahan lagi dengan reaksi jus mangga yang diminumnya tadi.
"Kamu kenapa?" tanya Keenan saat menyadari wajah Helia yang tiba-tiba saja terlihat pucat.
"Tidak apa-apa, aku hanya tidak tahan lagi mau buang air kecil," bisik Helia sambil berusaha tersenyum. Sebisa mungkin dia tak memperlihatkan raut tak nyamannya pada Keenan.
Keenan pun akhirnya mempersilakan Helia untuk cepat-cepat pergi ke toilet. Dia tak menyadari jika saat itu sekali lagi Helia memberikan isyarat pada Jordan agar lelaki paruh baya itu tak mengatakan apapun padanya.
Setelah yakin Keenan tak menaruh curiga sama sekali, Helia bergegas menuju toilet. Tapi belum juga sampai ke sana, dia sudah merasakan dadanya sesak hingga kesulitan untuk bernafas. Efek dari jus mangga tadi rupanya bukan saja terasa di perutnya, tapi juga pada sistem pernafasannya. Helia pun limbung, namun dirasakannya ada seseorang yang menahan tubuhnya.
Orang tersebut tak lain adalah Alma Fernandez, mama Helia yang sengaja mengikuti putrinya ke toilet karena takut terjadi hal yang tak diinginkan pada sang putri. Perempuan setengah baya itu terlihat sangat cemas saat merasakan kulit Helia yang sedingin es. Wajah Helia juga terlihat sangat pucat seperti mayat.
"Kamu mau mati? Sudah tahu kamu alergi pada buah mangga, tapi kenapa malah nekat meminum jus mangga pemberian Keenan?" tanya Alma dengan agak marah.
Helia memandang Alma dengan wajah sayu dan nafas yang tersengal-sengal. Dalam hati dia merasa lega karena datang mamanya datang menyusul.
"Aku terpaksa, Ma. Keenan tidak boleh tahu kalau aku alergi pada buah mangga. Kalau tidak, semuanya bisa berantakan," sahut Helia dengan suara yang terdengar lirih. Jelas terlihat dia sedang menahan rasa sakit diperutnya juga sesak di dadanya.
"Iya, tapi kalau seperti ini kamu bisa celaka." Alma masih tak terima.
"Tidak apa-apa, aku masih bisa menahannya. Mama panggilkan saja dokter segera," sahut Helia lagi berlagak seolah kuat.
Namun, tubuh Helia rupanya tak sekuat tekadnya. Gadis itu jatuh pingsan sesaat setelah meminta sang mama untuk menghubungi dokter. Tentu saja hal itu membuat Alma semakin cemas. Dengan bersusah payah, Alma membawa Helia ke sebuah kamar hotel. Setelah itu, barulah dia menghubungi dokter pribadi keluarga Fernandez.
Tak menunggu waktu lama, dokter tersebut pun datang dan memberikan pertolongan pada Helia.
"Kenapa Nona Helia bisa mengkonsumsi jus mangga, Nyonya? Terlambat memberikan pertolongan sedikit saja bisa sangat fatal akibatnya," ujar dokter tersebut setelah memberikan suntikan anti alergi pada Helia.
Alma tampak menghela nafasnya. Dia tadi juga terkejut saat melihat Helia nekat menenggak habis segelas jus mangga yang diberikan oleh Keenan. Minum seteguk saja biasanya sudah menjadi masalah, apalagi segelas.
"Aku juga tidak tahu kenapa dia sampai nekat seperti ini," ujar Alma sambil agak mendesah. Helia sudah keburu pingsan sebelum sempat mengatakan alasannya nekat minum jus mangga pemberian Keenan. Tapi setelah gadis itu sadar, Alma pasti akan meminta penjelasan dari putrinya itu.
"Jangan sampai Nona mengkonsumsi jus mangga lagi, Nyonya. Ini sangat berbahaya. Nyawa Nona Helia menjadi taruhannya," ujar dokter itu lagi sebelum kemudian pamit undur diri.
Alma pun mengiyakan. Setelah dokter keluarga mereka pergi dan memastikan Helia sudah baik-baik saja, dia pun segera kembali ke aula pesta.
Sementara itu, Keenan yang masih berbincang dengan Jordan tampak sesekali menoleh ke arah jalan menuju toilet. Sudah dua puluh menit lebih Helia pergi ke sana, tapi tak juga kembali. Keenan pun merasa sedikit khawatir. Tapi baru saja dia berniat ingin menyusul perempuan yang baru saja resmi menjadi tunangannya itu, Alma muncul dan langsung menemui Keenan.
"Maaf, Keenan. Tadi Helia merasa kelelahan dan juga mengantuk, jadi dia beristirahat sebentar dan malah tertidur," ujar Alma pada Keenan.
"Helia tertidur?"
"Iya, kebetulan Tante menyewa sebuah kamar hotel untuk beristirahat."
"Oh, tidak apa-apa kalau sekarang dia tertidur, saya pikir kenapa dia tidak muncul-muncul lagi," sahut Keenan.
"Iya, sepertinya dia kelelahan sekali. Maklum, dia memang gampang lelah karena baru pulih." Alma kembali memberikan alasan. Setelah itu, Alma juga mempersilakan Keenan untuk kembali dan beristirahat pula karena para tamu juga sudah mulai pulang satu persatu.
Keenan pun memutuskan untuk pulang. Di dalam mobil, Keenan kembali teringat pada Zetta yang datang ke acara pertunangannya tadi. Ada Theo yang menemani mantan istrinya itu. Tapi selain Theo, ada seorang pemuda juga yang menunggu mereka di luar. Pemuda yang sama yang selalu terlihat bersama Zetta belakangan ini.
Tak kuasa menahan rasa penasaran, Keenan menghubungi Gery dan meminta asisten pribadinya itu mencari tahu tentang pemuda tersebut. Tak menunggu waktu lama, Gery menghubungi Keenan balik untuk memberikan laporannya terkait informasi mengenai pemuda yang membuat perasaan Keenan galau itu.
"Lelaki muda itu bernama Alexander, Tuan. Dia pemuda miskin yang berasal dari sebuah desa terpencil. Beberapa tahun lalu, Nyonya Zetta bertemu dengannya dan menyadari potensi yang dimiliki
oleh pemuda itu, kemudian Nyonya Zetta memutuskan untuk membiayai sekolahnya, sekaligus mencarikan peluang untuk terjun ke dunia modeling. Sampai akhirnya, dia menjadi model papan atas dengan bayaran tertinggi. Lalu sekarang, pemuda itu membantu Nyonya Zetta menjadi pemegang saham terbesar di sebuah perusahaan." Gery menjabarkan hasil temuannya.
Setelah laporan dari Gery selesai disampaikan, Keenan langsung mengakhiri panggilan telepon dari asistennya itu. Dia kemudian merenung di dalam mobilnya selama beberapa saat, sebelum kemudian mengeluarkan cincin pernikahannya dengan Zetta.
Keenan memandang benda tersebut dengan perasaan yang sulit dijabarkan. Dia baru tahu belum lama ini kalau Zetta sendiri yang membeli cincin tersebut. Keenan pun jadi teringat pada kehidupan pernikahan mereka selama enam tahun ini. Dia baru menyadari jika selama ini Zetta tak pernah sekali pun meminta sesuatu padanya.
Zetta tak pernah menuntut apapun pada Keenan, tapi malah mempelakukan seluruh keluarga Keenan dengan sangat baik, terutama pada nenek Keenan yang justru sering diabaikan oleh cucu-cucunya sendiri.