Dibalik sikap ceroboh dan somplak di antara ketiga sahabatnya, Zahra menyimpan kisah hidup yang cukup memilukan. Masa kecil bersama Yudha di sebuah Panti Asuhan, membuat Zahra menganggap Yudha sebagai kakak bahkan Zahra sangat mengagumi lelaki itu dan berharap bisa menjadi pendamping hidup Yudha selamanya—kelak.
Di satu sisi, Zahra berusaha menghindar dari Arga karena tidak ingin 'sial' jika berada di dekat lelaki itu. Setelah sebuah penolakan terlontar dari mulut Zahra, Arga memilih untuk pergi.
Namun, bagaimana jika sebuah rahasia tentang Yudha terkuak dan hal itu membuat Zahra kecewa? Akankah Zahra bisa memaafkan Yudha, atau mengejar cinta Arga yang pernah dia tolak sebelumnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22
Setelah merasa cukup tenang, Zahra melerai pelukannya dan berpamitan masuk untuk membersihkan diri. Yudha hanya mengiyakan lalu mendudukkan tubuhnya di sofa. Baru saja Zahra masuk ke kamar, Zety dan Margaretha sudah menyusul dan menahan Zahra yang hendak ke kamar mandi.
"Ada apa?" tanya Zahra tanpa semangat.
"Zae, elu harus baik-baik sama Rasya. Jangan membuat beban pikiran buat dia. Bukannya elu tahu kalau saat ini Rasya sedang hamil muda," ucap Zety penuh kecewa.
"Siapa yang mau buat pikiran buat Rasya? Yang ada sahabat kalian itu yang terlalu ikut campur urusan gue! Dia udah tahu gue suka banget sama Mas Yudha, tapi kenapa malah ngedeketin si pembawa sial itu?" Zahra berkata benci. Mulutnya rasanya tidak ingin menyebut nama Arga lagi.
"Ingat, Zae. Kita berempat udah bersahabat lama. Harusnya sama-sama udah paham baik-buruknya kita." Margaretha berusaha meredam emosi yang saat ini sedang menguasai Zahra.
"Udahlah, gue mau mandi. Terserah kalian mau bela siapa. Mau bela Rasya yang sekarang udah jadi orang kaya pun sana. Gue enggak peduli!"
"Zae!" Zahra dan Maragretha berusaha menahan, tetapi Zahra tidak peduli dan justru masuk ke kamar mandi. Tubuh dua gadis itu terjengkit karena terkejut dengan suara pintu yang ditutup kencang.
"Gimana, Mar?" Zety cemas sendiri. Dia tidak ingin terjadi apa-apa dengan kedua sahabatnya.
"Gue yakin kalau saat ini Rasya sedang kepikiran. Nanti kita temui dia. Jangan sampai terjadi apa-apa dengan bumil itu," ujar Maragretha. Zety hanya mengangguk lalu mereka masuk ke kamar. Mereka hanya ingin memberikan waktu untuk Zahra menenangkan diri.
Seusai mandi, Zahra sudah bersiap untuk ke panti. Dia ingin menyegarkan pikirannya dengan bermain bersama anak panti. Ketika mengambil ponsel yang tergeletak di atas kasur, Zahra terdiam saat melihat banyak panggilan dari Rasya. Juga beberapa pesan dari sahabatnya tersebut. Namun, bukannya membuka, Zahra justru mematikan panggilan itu.
Zahra memasukkan ponsel ke tas selempang lalu berjalan keluar kamar dan langsung disambut Yudha. Mereka berdua pun pergi menuju ka panti. Zahra tidak berpamitan kepada kedua sahabatnya.
***
Rasya duduk di tepi tempat tidur. Wajahnya penuh kecemasan dan tatapannya tidak terlepas dari layar ponsel sama sekali. Hati Rasya merasa khawatir karena nomor Zahra saat ini justru tidak bisa dihubungi. Rasya tahu, Zahra marah padanya, tetapi dia hanya ingin meminta maaf pada sahabatnya.
Pandu yang baru keluar dari kamar mandi, mengembuskan napas kasar saat melihat istrinya. Bahkan, Rasya sama sekali tidak terusik dari lamunan. Pandu pun mendekati Rasya dan berjongkok di depan istrinya.
"Jangan terlalu memikirkan banyak hal."
Rasya terkejut saat mendengar suara Pandu. Apalagi saat Pandu sudah berada tepat di depannya. Pandu menggenggam tangan Rasya dengan erat.
"Aku merasa bersalah sama Zaenab, Mas." Suara Rasya terdengar berat.
"Kenapa? Karena dia sekarang marah padamu?" tanya Pandu. Rasya hanya mengangguk.
Pandu menghirup napas dalam lalu mengembuskan secara perlahan. "Ra, lebih baik kamu fokus pada kehamilanmu. Biarlah urusan sahabatmu itu menjadi urusan dia. Waktu yang akan menjawabnya. Ingat, ada janin yang harus kamu jaga di sini." Pandu beralih mengusap perut Rasya lembut. Dia khawatir akan terjadi apa-apa jika istrinya terlalu banyak pikiran.
"Mas ...."
"Berjanjilah kamu akan menjaga anak kita dengan baik." Pandu menangkup wajah Rasya dan mereka saling beradu tatapan.
Hati Rasya berdesir saat melihat sorot mata Pandu yang begitu memohon padanya. Rasya merasa bahagia melihat betapa besar cinta Pandu kepadanya. Rasya mengangguk cepat, dan Pandu mendaratkan banyak ciuman di wajah Rasya.
"Aku mencintaimu," ucap Pandu setelah selesai mengecup bibir Rasya.
••••
serius amat Thor 😂😂
selamat pagi dan jangan lupa dukungan kalian selalu Othor tunggu guys