NovelToon NovelToon
Cooking With Love

Cooking With Love

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / CEO / Tamat
Popularitas:976k
Nilai: 4.8
Nama Author: Neen@

"Dasar maling rasakan ini..!" Bugs..Bugs..Brakkk.. Jenar memukul maling itu dengan membabi buta. Setelah dirasa tidak ada pergerakan dari maling itu Jenar membuka mata.
"Whaaattt..! kenapa malingnya pakai jas rapi begini, jangan.. jangan dia tamu di restoran lagi, aduh bagaimana ini, lebih baik aku kabur saja"

Mahesa Jenar seorang gadis yang enerjik, penuh semangat, kecil, mungil dan sederhana yang bekerja sebagai asisten chef di sebuah restoran milik keluarga Akihiko.

Adam Athan Akihiko seorang pengusaha muda sekaligus pewaris tunggal Akihiko corporation yang banyak disukai gadis - gadis muda. Patah hati karena ditinggal kekasihnya Jesica yang seorang designer muda.

Karena suatu insiden harus memaksa mereka untuk selalu bertemu dan membuat suatu perjanjian. Apakah Jenar sanggup menghadapi Adam yang pemilih dalam hal makanan...

Hai perkenalkan aku Neen@
Ini adalah novel pertamaku, mudah - mudahan kalian suka

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neen@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rumah Adam 1

"Denisha, panggilkan pak Zaky ke ruangan saya." perintah Adam lewat telepon.

"Baik pak." jawab Denisha.

Tak lama kemudian pak Zaky datang. "Kamu sudah membawa kontrak yang aku minta?"

"Sudah pak." jawab pak Zaky sambil menyerahkan sebuah berkas.

"Kamu boleh keluar."

"Permisi." Pak Zaky segera keluar ruangan.

"Ini kontrak baru yang harus kamu tanda tangani, aku jamin kamu tidak akan rugi."

"Boleh saya baca dulu?" tanya Jenar.

"Hmmm." jawab Adam sambil menikmati Chicken Cordon Blue buatan Jenar.

Jenar kemudian membaca satu persatu isi dari kontrak itu. Pada intinya Jenar memang tidak akan rugi secara finansial karena tertulis semua hutang - hutangnya hilang, bahkan selama mereka menikah Adam akan menafkahi Jenar.

"Ehmmm pak."

"Ya." jawab Adam yang masih sibuk dengan makan.

"Kenapa point yang menyatakan tidak ada kontak fisik disini tidak dicantumkan?"

"Ya karena menurutku tidak perlu."

"Perlu pak."

"Kita ini menikah diatas kertas Jenar, tidak mungkin aku tertarik secara fisik denganmu."

"Bisa saja bapak khilaf." Jenar mencibir karena terkadang laki - laki seperti itu.

"Kamu meragukan saya!"

"Bukan begitu pak, saya hanya berjaga - jaga."

"Hahahahhh.. tubuh kamu yang kecil kurang gizi itu tidak terlihat seksi."

"Oke..oke.. saya akan percaya dengan bapak, awas kalau macam - macam burung bapak bisa saya masak jadi burung Betutu!" Jenar terlihat sewot karena dari awal Adam selalu memandangnya sebagai gadis yang tidak seksi dan menarik.

"Hahahahah.." Adam tertawa terbahak - bahak.

"Oya pak, point yang terakhir mengatakan bahwa saya harus menuruti semua perkataan bapak."

"Ya betul."

"Kalau bapak suruh saya terjun ke jurang saya harus terjun begitu?"

"Kamu itu otaknya kenapa pendek sih!  tidak mungkin aku menyuruhmu melakukan hal yang konyol seperti itu, mengerti!"

"Hmmm, baiklah dimana saya harus tanda tangan."

"Disini dan di sebelah sini." tunjuk Adam. "Oya kita harus membiasakan diri dengan panggilan, jangan lagi gunakan kata saya atau anda itu terlalu formal."

"Lantas apa? saya takut dianggap tidak menghormati bapak."

"Biasakan dengan aku, kamu, Adam, Jenar atau mungkin sayang biar lebih meyakinkan."

"Ih, jangan mengharap kata sayang keluar dari mulut saya."

"Kita lihat saja nanti." ucap Adam sambil tersenyum miring.

*****

Setelah menanda tangani kontrak baru Jenar segera kembali ke restoran. Memulai semua kegiatannya seperti semula.

"Jenar!" panggil Dirga.

"Ya mas." jawab Jenar.

"Kamu ini bodoh atau gimana sih!"

"Maksudnya?"

"Bisa nggak membedakan antara sirloin dengan tenderloins."

"Bisa kok."

"Terus kenapa ada komplain dari pelanggan."

"Pelanggan dimeja berapa mas."

"Diruang VIP."

"Bukan aku yang buat, aku baru saja kembali dari kantor pak Adam."

"Oh.. tahu aku sekarang, kenapa karirmu di restoran ini cepat naik?"

"Mas Dirga jangan sembarangan ya, aku ini gadis baik - baik."

"Jangan banyak alasan, kita tidak tahu apa yang kamu lakukan kalau malam." Dirga tersenyum sinis.

Plak!!! Jenar menampar Dirga. "Walaupun aku anak seorang janda yang hidup pas - pas an tapi aku pantang jual diri, jangan sembarangan menuduh kamu!" mata Jenar menyala penuh kemarahan.

"Kurang ajar!" teriak Dirga. Plakkk!!! Dirga membalas tamparan Jenar.

"Dirga!" teriak Hana. "Jangan pengecut kamu beraninya sama perempuan! Kamu nggak apa - apa?" tanya Hana kepada Jenar.

"Nggak apa - apa mbak." jawab Jenar sambil memegang pipinya yang terasa panas akibat tamparan Dirga.

"Ada apa ini?!" tiba - tiba chef Efendi masuk ke dapur.

"Ini semua gara - gara Dirga, chef!" ucap Hana.

"Jangan menuduh tanpa alasan ya!"

"Tanpa alasan yang bagaimana? memang kenyataannya seperti itu."

"Sudah! Sudah! Jangan ribut terus, kalau sampai tuan Adam tahu kalian semua bisa dipecat! Sekarang bubar! lanjutkan pekerjaan kalian."

Mereka semua kembali kepada tugasnya masing - masing.

"Bener kamu nggak apa - apa?"

"Nggak mbak, cukup dikompres saja nanti juga hilang."

Setelah jam sembilan malam Jenar bergegas kerumah sakit. Sampai disana dilihatnya ibu telah tidur. Dengan pelan - pelan ia merebahkan tubuhnya disofa. Kenapa Dirga begitu membencinya, apakah mungkin dia yang telah mengunci aku diruang pendingin. Ah sudahlah aku tidur saja pikir Jenar. Ia bersiap untuk tidur tiba - tiba handphonenya berdering.

"Halo ya Ma."

"Jenar Mama kangen."

"Kan baru beberapa hari tidak bertemu Ma."

"Mama pengen kamu main kerumah."

"Iya Ma, nanti kalau ibu sudah boleh pulang aku janji akan main ke rumah Mama."

"Mama tunggu ya." ucap mama indira sambil memutuskan sambungan teleponnya.

*****

Ibu sudah hampir seminggu berada di rumah sakit. Berdasarkan saran dari dokter nanti sore sudah boleh pulang. Dan menjadwalkan terapi untuk melatih kakinya.

"Barang - barangnya jangan sampai ada yang ketinggalan." ibu memperingatkan.

"Sudah beres semua bu, tinggal nunggu taksi saja."

"Administrasinya bagaimana? kamu dapat uang dari mana?"

"Katanya dokter Reyhan sudah diurus sama pak..eh Adam maksudnya."

"Baik betul calon mantu ibu." puji Ibu.

"Heh pasti nanti ada maunya." gumam Jenar.

"Aku ikhlas kok, apa sih yang nggak buat kamu sayang." tiba - tiba Adam sudah berada dalam ruangan dan menghampiri Jenar sambil mencium pucuk kepalanya. "Balasan karena kamu kira aku ada maunya." bisik Adam ditelinganya Jenar. Tercium aroma wangi cendana pada rambut Jenar.

"Sayang kamu ngagetin aku." ucap Jenar sambil memeluk Adam agar bisa mencubit pinggang Adam sekeras kerasnya "Nih rasakan, mengambil kesempatan dalam kesempitan." bisik Jenar puas.

"Aduh!"

"Kenapa nak?" tanya Ibu.

"kayaknya digigit semut hitam kecil bu." ucap Adam sambil memandang ke arah Jenar. "Ibu sudah siap pulang?"

"Iya nak, Ibu sudah kangen dengan suasana rumah."

"Mari bu duduk dikursi roda biar Adam yang dorong."

"Jadi merepotkan nak Adam."

"Tidak apa - apa. Tas dan yang lainnya biar di bawa Shawn." ucap Adam pada Jenar.

Adam mendorong kursi roda Ibu melewati Jenar "Aku takut kalau kamu membawa barang berat tubuhmu tambah pendek." ucap Adam sambil mengerlingkan matanya.

Tuh kan jadi bahan bully an batin Jenar. Kemudian ia mensejajarkan langkahnya dengan Adam menuju pintu keluar yang sudah ada mang Udin disana.

Selama dalam perjalanan Jenar hanya diam karena Ibu lebih senang berbicara dengan Adam. Kalau sama Ibu saja bicaranya manis batin Jenar.

"Bu, aku mau minta ijin untuk membawa Jenar ke rumah."

"Boleh saja nak, yang penting tidak mengganggu kerjanya Jenar. Anak ini sejak ayahnya meninggal jarang main keluar bersama teman - temannya." ucap Ibu sambil menatap sedih ke arah Jenar dan menggenggam tangannya.

"Aku tidak apa - apa bu, apalagi teman Jenar tidak ada yang tulus berteman." ucap Jenar sambil mengalihkan pandangan ke arah jendela mobil. Adam melihat dari spion, ada apa dengan teman - temannya dimasa lalu batin Adam yang melihat Jenar murung.

"Tapi aku sekarang bahagia bu, sudah mendapat pekerjaan dan Ibu sehat kembali." ucapnya kemudian sambil memeluk ibu dan memaksa untuk tersenyum.

"Hmmm dasar manja." ucap Ibu dengan membelai sayang rambutnya.

Tak lama kemudian mereka sampai dirumah. Dengan hati - hati Adam dan Jenar membantu Ibu turun dari mobil. Tanpa sengaja kepala mereka bersentuhan dan mata saling memandang.

"Maaf" ucap Jenar.

"Sepertinya kamu sekarang punya hobi baru."

"Hobi baru?"

"Ya hobi baru, kontak fisik denganku."

"Awas kamu ya!" ucap Jenar geram. "Siapa juga yang suka nempel - nempel?"

Mereka bertiga masuk ke dalam rumah. Setelah ibu berbaring dikamar Adam berpamitan untuk pulang. "Jangan pulang dulu, kita makan siang bersama biar Jenar yang masak." ucap ibu.

"Jenar kamu masak sebentar ya biar nak Adam makan siang disini."

"Baik bu" Jenar bergegas menuju dapur mempersiapkan bahan - bahan. Aduh lupa belanja lagi, masak seadanya saja pikir Jenar.

"Mau masak apa?" tanya Adam tiba - tiba dari arah belakang.

"Sup, tempe goreng sama telur kecap pedas."

Adam manggut - manggut mendengar penjelasan Jenar.

"Kenapa? Tidak cocok? kamu bisa makan ditempat lain."

"Suka.. aku suka dengan masakanmu, aku cuma mau membantu."

"Benarkah, wow aku tidak percaya. Seorang pewaris tunggal Akihiko Corporation memasak di dapur." ucap Jenar tersenyum mengejek.

"Kamu belum tahu banyak tentang aku rupanya. Waktu kuliah di Jerman, aku membiayai hidupku sendiri disana tanpa bantuan orang tua sepeser pun."

"Hidupmu sepertinya menarik tuan Muda?" ucap Jenar sambil mengiris - iris sayuran.

"Sini biar aku yang iris." Adam menawarkan sambil mengambil alih pisau dapur dari tangan Jenar.

"Aku penasaran dengan cerita mengenai teman - temanmu di masa lalu."

"Tidak menarik untuk diceritakan."

"Tapi aku tertarik."

Jenar terdiam sejenak, ia menarik napas panjang. "Baiklah, aku pernah punya sahabat namanya Atika, dia dari keluarga yang berada. Kami bersahabat dari SMA sampai dengan kelas tiga. Ia pindah ke London mengikuti orang tuanya. Awal berpisah kami masih sering memberi kabar. Tapi karena kesibukan, lama kelamaan kami menjauh. Sampai akhirnya tiga tahun kemudian kami bertemu kembali di suatu pusat perbelanjaan. Aku senang bertemu dengan sahabatku lagi, tapi dia sepertinya telah berubah. Dia bersama teman - temannya mempermalukan aku."

"Mempermalukan bagaimana?"

"Suatu hari dia meneleponku untuk datang di suatu butik terkenal dengan alasan minta tolong untuk menemaninya memilih baju, disana sudah menunggu beberapa temannya yang aku sendiri tidak kenal. Ketika aku sibuk memilih baju mereka memasukkan ke dalam tasku sebuah syal yang harganya sangat mahal. Dan akhirnya aku berurusan dengan satpam. Untung ada CCTV yang membuktikan bahwa aku tidak bersalah, sehingga mereka tidak jadi membawaku ke pihak berwajib."

"Kurang ajar."

"Yang paling parah adalah ketika reuni SMA. Setelah kejadian yang tidak mengenakkan itu Atika datang minta maaf serta membawa sebuah baju untuk acara reuni. Tak disangka setelah baju itu aku pakai justru malah diolok - olok karena tuduhan bahwa baju itu hasil aku mencuri. Mereka juga memperlihatkan sebuah rekaman ketika aku ditangkap satpam. Semua orang yang berada disana mentertawakan aku."

"Kamu diam saja? Tidak membela diri sama sekali."

"Membela diri bagaimana maksudmu? Aku ini orang miskin, Adam. Siapa yang akan percaya dengan perkataanku?"

"Minimal kau bisa mempertahankan harga dirimu Jenar, otakmu benar - benar pendek!" umpat Adam.."Aduh!" teriak Adam.

"Kenapa?" tanya Jenar panik.

"Kena pisau." Jawab Adam sambil memperlihatkan tangannya. Tiba - tiba Jenar meraih tangan Adam dan memasukkan jari yang terkena pisau tadi ke dalam mulutnya dengan harapan darahnya bisa berhenti.

"Kamu sih, mengiris sayuran sambil marah - marah, jadi kena kan."

Tindakan yang begitu tiba - tiba membuat Adam terkesima dan tentu saja membuat adiknya terbangun. Oh syiiittt..ini terlalu berbahaya Jenar batin Adam.

Sadar dengan apa yang dia lakukan Jenar segera melepas jari Adam "Maaf."

"It's okay."

"Kamu sebaiknya duduk saja, biar aku yang teruskan masak."

Adam duduk sambil memperhatikan Jenar memasak. Gadis kecil yang penuh dengan kesedihan tapi berusaha tetap tegar untuk orang yang dia cintai batin Adam. Tak berapa lama masakan sudah siap untuk disantap.

*****

Tak terasa ini adalah hari dimana Jenar akan dibawa kerumah Adam untuk pertama kalinya.

"Ini masih kurang bersih ya" kritik Mama Indira kepada para pelayannya. "Mbok minah untuk memasak nanti biar chef dihotel saja, soalnya calon menantuku ini pinter masak. Aku tidak mau malu jika masakannya tidak enak."

"Baik Nyonya."

"Adam kamu belum siap - siap jemput Jenar."

"Sebentar lagi Ma, Adam mau mengirim email dulu."

"Kamu itu selalu mementingkan pekerjaan."

"Ini kan juga demi keluarga Adam nantinya."

"Iya..iya."

Sementara itu Jenar bingung dengan apa yang akan dia keakan nanti.

"Kenapa? bingung?" tanya Ibu.

"Iya bu." ucap Jenar sambil membolak balikkan baju di almari.

"Kenapa bingung? Kamu itu sudah cantik, pakai baju yang sederhana dan sopan saja."

"Baik bu."

Kali ini Jenar memakai mini dress di bawah lutut warna coklat pastel dengan rambut tergerai.

Tak berapa lama Adam datang menjemput. Mereka segera menuju rumah Adam untuk bertemu Mama.

Sekitar tiga puluh menit kemudian mereka sampai. Jenar terkagum - kagum dengan bangunan rumah Adam.

"Betul ini rumah kamu?"

"Sudah terbiasa ya sekarang panggilnya aku, kamu."

"Bagaimana sih? nanti kalau panggil bapak keliru lagi."

"Oke, ayo masuk Mama sudah tak sabar mau bertemu kamu."

Mereka berdua masuk ke dalam rumah, Jenar terkagum - kagum dengan design interior rumah Adam.

"Selamat datang di rumah kami Jenar." sambut Mama Indira.

"Rumahnya bagus sekali Ma, Pa."

"Terima kasih kalau kamu suka. Ayo mama ajak berkeliling." ucap Mama sambil menggandeng tangan Jenar.

"Ini ruang tamu."

"Besar sekali Ma."

"Iya, papanya Adam itu suka kalau nanti ada keluarga kumpul bisa jadi satu disini."

"Nah kalau yang itu lukisan dari kakeknya Adam dari Jepang. Beliau suka sekali membuat kaligrafi dari huruf kanji, katanya sih maknanya sangat dalam. Yuk lanjut lagi."

"Baik Ma."

"Ini ruang keluarga, tempat kita bersantai sore. Ruang ini menyambung dengan kolam renang."

Memang rumah Adam ini memiliki konsep alam, mulai dari banyaknya bonsai di setiap sudut ruangan, lukisan mengenai tumbuhan dan alam bahkan diruang keluarga terdapat pintu besar dari kaca sehingga bisa memandang keindahan kolam renang yang bergaya seperti air terjun miniatur. Ada beberapa gazebo, kursi santai dan mini bar.

"Yuk kita ke ruang makan, kamu pasti suka." Ajak Mama bersemangat.

"Taa...raa.." teriak Mama sambil membuka kedua tangannya.

"Wow bagus sekali Ma." ucap Jenar takjub dengan penataan ruang makan ini. Ruang ini didominasi dengan warna Putih, Hitam dan Abu. Dengan meja panjang yang terdapat delapan kursi dan menjadi satu dengan dapur dalam. Berlantaikan kayu yang merupakan ciri khas negera Jepang. Dapur ini yang membuat Jenar kagum semua peralatannya serba modern. Hampir sama dengan ruang keluarga, di ruang makan ini juga terdapat taman yang tidak begitu besar tetapi tertata rapi sehingga menambah kesan asri. Lampu kristal mewah bergantung diatas serta ada lampu unik di atas meja dapur.

"Jenar sebelum keatas Mama akan mengajakmu melihat dimana tradisi yang harus kita lakukan setiap satu minggu sekali."

"Apa itu Ma?"

"Tradisi minum teh. Ayo Mama tunjukkan ke kamu." ajak Mama sambil keluar melewati kolam renang.

"Nah di sana kita biasa melakukan tradisi minum teh setiap hari Sabtu sore."

"Itu.. itu rumah Jepang beneran Ma."

"Iya, untuk mengobati rasa kangen Papa ke negaranya. Ayo kita masuk."

Mama menggeser pintu yang terbuat dari kayu itu.

"Acara minum teh biasa dilaksanakan diluar ruangan dengan suara gemericik air untuk menambah kenikmatan. Adam selalu berlatih Kendo disini, setelah itu bersantai untuk menikmati teh bersama kami."

"Pantas Adam mendapat juara, ternyata memang sering berlatih disini."

"Alasan terkena samurai itulah yang membuat dia berlatih Kendo. Mama akui Adam mahir dalam menggunakan beberapa senjata. Kamu akan merasa aman disampingnya Jenar." jelas mama Indira.

"Nah sekarang kita keatas."

"Baik Ma." ucap Jenar sambil mengikuti langkah Mama. Mereka berdua melewati Papa dan Adam yang bermain catur.

"Sudah selesai tour singkatnya?" tanya Papa Akihiko. "Kapan kita mulai makan Ma?"

"Sebentar lagi, sudah Papa main catur saja dengan Adam. Ayo Jenar."

Mereka menuju ruang atas. Yang membuat terkejut adalah

"Jenar ini kamar pribadi Adam, sengaja mama menunjukkan padamu karena ini nanti akan menjadi kamar kalian berdua ketika menikah nanti."

"Deg..deg..deg..Aduh kenapa sakit jantungku kambuh

1
Trimulyati Trimountea
pria idaman bgt
Yenni Ajah Lah
Luar biasa
bunda DF 💞
luar biasaaa,, suka bgt sm ceritanyaa
nina widanarti: mksh dukungannya..🥰
total 1 replies
Ida Rodiah
karya yang sangat menarik
Esih Mulyasih
Luar biasa
Esih Mulyasih
Lumayan
yurrimm
sama aja pemerkosaan siiih ini jatoh nya walaupun di akhir si cewe kenikmatan juga, jangan di normalisasi kan yaaa semua.

kita berhak nolak, apalagi case yang kayak gini sangat berhak buat nolak
Aisyah Isyah66
Luar biasa
Nada Sunaryo
perasaan 20x15 mah termasuk gede lah Thor😁😆. perumahan type 36 aja kalah ituuu🤭
altanum
ceritanya menarik banget diawal2....
maaf mengkritik sedikit y thor, mendekati ending konflik nya terlalu dipaksakan jd feelnya mlah tidak mengena.
terus semangat berkarya thor...,❤️❤️❤️
nina widanarti: iya.. terima kasih dukungan dan masukannya.. bisa menjadikan motivasi utk trs berkarya..🥰
total 1 replies
Mei Wulandari
malahh turuu to dam dam,😪
Mei Wulandari
suami durhakim
Mei Wulandari
kekellll ak thor
Roslina. Rafidzi
Luar biasa
Mei Wulandari
busukkk
Mei Wulandari
,😂😂😂
Mei Wulandari
ak juga rindu,🤭
Trimulyati Trimountea: so sweet
total 1 replies
Mei Wulandari
hahahaha.... pemikiran bagus jenarr😂
Mei Wulandari
aaaapaaan tuhh mm indiraaa
Mei Wulandari
yeeeeeeeee🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!